Awal dari Segalanya

594 66 13
                                    

Kesetiaan. Satu kata yang dapat mendeskripsikan fraksi dengan nuansa hitam ini. Yang mereka butuhkan bukan uang, bukan juga kekuasaan. Melainkan, kesetiaan. Hanya itu.

Kini, di bar pinggir kota, terdapat perempuan yang sedang ditodong pistol oleh orang-orang yang sedang mengenakan masker. Diwawancarai, ditanyakan hal-hal tentangnya serta latar belakangnya.

Lelaki bersurai coklat itu menatap perempuan yang sedang berlutut itu dengan tatapan yang lain sembari menodongkan pistol. Tatapan sinis? Bukan. Tatapan membunuh? Bukan. Tatapan jatuh cinta? Apalagi itu, tentu saja bukan. Ia 'tak tau kata apa yang dapat mendeskripsikan tatapannya ke perempuan tersebut. Namun, satu hal yang ia tau jauh dari dalam lubuk hatinya adalah; perempuan itu menarik.

Welcome to the family, Echi,” ucap pria dengan surai merah, memecahkan lamunan sang surai coklat. Keadaan menjadi heboh setelah pria tersebut mengucapkan kalimat sakral tersebut. Kalimat yang membuat orang yang menerima kalimat tersebut secara resmi telah bergabung ke dalam keluarga. Keluarga kejahatan dengan warna hitamnya yang siap membuat orang lain merasa ketakutan.

Satu persatu, mereka membuka topeng yang mereka kenakan. Kini, mereka kembali menjadi diri mereka sendiri, dengan sifat rusuh dan 'tak bisa diamnya itu. Perempuan bersurai ungu muda itu berdiri dari posisi berlututnya, mulai bertukar kontak dengan anggota keluarganya yang baru.

Lelaki bersurai coklat itu berpindah ke pojokan bar, ingin merokok dan fokus akan dunianya sendiri—ia dan pikirannya. Sesekali, lelaki tersebut melirik ke perempuan yang baru saja menjadi anggota keluarga mereka itu. “Cewe aneh," gumamnya. Baginya, perempuan itu sedari awal sudah memiliki image yang buruk di matanya, walau 'tak melakukan apa-apa. Disaat ia sedang melirik perempuan itu untuk yang kesekian kalinya, tidak ia sangka-sangka, perempuan itu sedang menatap dirinya. Tatapan penuh tanda tanya.

Mungkin, di mata perempuan tersebut, ia adalah orang yang aneh. Pendiam, dan penyendiri. Bukannya ikut bergaul dengan yang lain, pemilik manik berwarna coklat itu hanya merokok sendirian tanpa minat untuk mendekati yang lain. Namun, pemikiran yang dimiliki olehnya ternyata berbeda dengan pemikiran perempuan tersebut.

Secara tiba-tiba, perempuan tersebut berjalan mendekati lelaki itu. “Bapak bapak, bapak galau yah? Atau lagi sedih? Atau gimana pak?” tanya perempuan tersebut, mencoba mengakrabkan diri dengan cara sok asik. Lelaki itu melirik ke arahnya, lalu berkata, “Kagak buset dahh.”

Dua manik berbeda warna itu saling menatap satu sama lain dengan tatapan yang sulit diungkapkan. Manik amethyst milik perempuan tersebut seakan-akan menghipnotis lelaki itu untuk semakin menatapnya lebih jauh. Lalu, dengan perasaan cukup aneh, perempuan tersebut memutuskan pandangan mereka.

“Ih bapak ngapain sih liat-liat saya? Astaga ngerinyahh,” ucapan perempuan yang lebih pendek darinya itu sontak membuatnya tertawa kecil. Ada-ada saja.

Lelaki itu menggeleng, “ya kalii, Chii. Gila kali.” Perempuan yang di depannya itu membulatkan matanya kaget, “ih nama bapak siapa?” tanyanya.

Pemilik surai coklat tua itu tersenyum tipis, lalu mengulurkan tangannya, sembari berkata, “Gin. Gin Geheboi,” ucapnya. Perempuan tersebut tersenyum, lalu menerima uluran tangan dari lelaki di depannya ini. “Echii, Elaine Celestia!”

Lelaki yang memiliki nama Gin itu merasakan sensasi yang aneh ketika berjabat tangan dengan perempuan di hadapannya. Apa-apaan ini?

Perempuan dengan sifat yang unik itu membulatkan mulutnya ketika baru sadar akan nama belakang lelaki tampan di hadapannya itu. “Geheboi? Ih, digeboy, geboy mujaer," ucap Echi sembari berjoget ria, memutar-mutar badannya dengan posisi tangan di depan dadanya. Sontak, hal tersebut membuat Gin tertawa lagi. Perempuan dengan sifat aneh, pikirnya.

───────────────

Ketik 1 untuk lanjut.

With love,
Ayako.

Perantara Dua Kepak - Gin x EchiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang