Half love, half regret
Dressin' up for Polaroids and cigarettes
Socialize, romanticize the life-ife-ifeSex, Drugs, Etc - Beach weather
Kalingga Wilder, siapa yang tidak kenal lelaki dengan seribu satu kelebihannya itu? Dia tampan, pintar, berbakat dan berprestasi. Sebuah mahakarya yang berhasil di ciptakan Evander.
Perawakannya yang mempesona dengan tubuh tinggi dan kulit coklat keemasan yang eksotis, mata biru gelap yang setajam elang, serta garis rahang yang tegas, siapapun pasti akan sangat menyukai parasnya yang bagaikan pahatan patung dewa Yunani.
Tapi Mahakarya yang luar biasa itu juga memiliki kekurangan, Mata biru gelapnya yang bagaikan langit malam itu tak dapat melihat warna warna dunia yang indah, dunianya hanya dipenuhi kelabu.
Kosong dan hampa, hanya dua hal itu yang dapat ia rasakan sejak pertama kali membukakan mata ke dunia. Tangisan pertama sang bayi yang seharusnya di sambut dengan suka cita, nyatanya dipenuhi oleh teriakan, rintihan dan rasa sakit. Hari dimana ia lahir juga menjadi hari kematian bagi sang ibu, membuat sang ayah yang sangat mencintai ibunya menaruh rasa benci yang sangat besar padanya.
Kelahirannya ke dunia di iringi oleh umpatan dan kutukan untuk keluarganya, Dia terlahir dengan karma buruk atas perbuatan sang nenek moyang. Sebuah kutukan turun temurun yang selalu menimpa sang pewaris keluarga Wilder.
Kalingga mengusap wajahnya menyingkirkan air yang mengalir menghalangi pengelihatannya, diacaknya surai hitam yang basah. Kedua lengan kekarnya berpegangan pada tangga kecil yang berada di sisi kolam renang mengangkat tubuhnya keluar dari air.
Sinar bulan purnama yang terang memantul diatas air, membuat Kilauan indah diatasnya. Kulit coklat yang basah bersinar terkena pantulan cahaya bulan, desir angin malam yang berhembus lembut menyentuh kulitnya yang basah.
Entah sejak kapan berenang di malam hari menjadi kebiasaan, dia tidak ingat jelas. Yang pasti disaat kepalanya berdenyut karena stres yang tinggi dia akan melakukan ini, mencoba untuk menenangkan pikirannya dari semua hal yang membebaninya. Tapi entah mengapa, hal ini tidak juga memperbaiki suasana hatinya, Kalingga masih butuh pelampiasan amarahnya yang sudah hampir meledak ini.
Kalingga melangkahkan kakinya menuju bangku kayu yang terletak di sisi kolam, lengannya terulur untuk mengambil handuk putih yang tergeletak di atas bangku, di lilitkann handuk itu di pinggangnya.
Air masih terus menetes dari rambut hitamnya, mengalir membasahi tubuhnya. Diliriknya seorang wanita dengan blouse putih yang dilapisi rok hitam tengah mengetuk pintu kaca yang menghubungkan halaman belakang dan mansion, wanita itu menunduk menghindari kontak mata dengan Kalingga.
"Permisi tuan, nona Fioren datang berkunjung"
Raut wajah Kalingga langsung masam
"Suruh pergi, katakan aku tengah keluar"
Maid itu diam untuk beberapa saat tapi setelah melihat raut wajah Kalingga yang tidak bersahabat dia langsung mengangguk patuh dan berbalik pergi. Kalingga mendegus jengkel, disambarnya dengan kesal air yang terletak diatas meja kayu itu, lalu diteguknya sampai habis.
Kalingga mendudukkan bokongnya ke kursi panjang itu, lalu menyadarkan punggungnya, mencari posisi senyaman mungkin, ditutupnya wajah tampannya dengan buku, dia memejamkan matanya mencoba untuk meredam amarahnya.
Disisi lain, seorang gadis dengan poni yang menutupi dahinya tengah duduk di sofa ruang tamu, mata hazelnya menatap magazine yang menampilkan foto gaun gaun mewah dari brand ternama, jari jari lentiknya membalik halaman demi halaman, mengisi waktu agar tidak merasa bosan.
Fioren Greyson
Putri tiri dari tuan Logan Greyson, Gadis manis yang menggemaskan dengan tubuh kecilnya. Wajahnya seperti malaikat, tapi pikirannya layaknya seorang pembunuh. Didepan semua orang dia akan bertindak layaknya malaikat manis memainkan peran gadis lugu yang tidak berdosa, tapi siapa yang akan menyangka malaikat manis itu mampu menjerat musuhnya dengan erat, menghancurkan kehidupan mereka hingga mati dalam ketidakberdayaan.
"Tuan Kalingga sedang pergi keluar, Nona"
Gerakannya terhenti, senyum manis terukir di bibir merah mudanya, mata hazelnya melirik ke arah pelayan itu dengan tatapan ramah.
"Kalingga ada di halaman belakang kan?"
Pelayan itu diam, bingung harus menjawab apa, sebenarnya dia merasa tidak tega membohongi gadis manis ini, tapi Kalingga pasti akan mengamuk jika dia tidak berbohong.
Fioren berdiri dari duduknya karena tidak kunjung mendapatkan jawaban, persetan jika Kalingga tidak mau menemuinya dan akan mengusirnya nanti, yang terpenting dia harus menemui lelaki itu dulu.
Gadis manis dengan gaun merah muda itu tersenyum manis lalu melangkahkan kakinya menuju halaman belakang, membuat sih pelayan panik. Wanita tigapuluh tahun itu berlari kecil menyusul Fioren yang sudah hampir sampai di halaman belakang, berusaha menghentikan Fioren menemui Kalingga.
---✧---
Kalingga hampir tertidur pulas namun insting tajamnya terlalu peka akan keberadaan orang asing yang mendekat ke arahnya. Sebuah tangan terulur hendak menyingkirkan buku yang menutupi wajahnya, dengan sigap tangan Kalingga menangkap pergelangan tangan kecil itu, menghentikan sih pemilik untuk menyentuhnya.
"Don't you have any manners, lady?"
Mata setajam elang itu perlahan terbuka, menyorot dingin gadis yang berada di hadapannya. Cengkeramannya di pergelangan tangan Fioren makin erat, memperingati kekasihnya agar tidak sembarangan menyentuhnya karena dia tidak menyukainya.
Senyum manis terukir di bibir merah muda itu, gadis dengan tahi lalat kecil di atas bibirnya itu terkekeh, mata hazel itu menatap tepat ke mata biru milik Kalingga. Dengan iseng menggoda lelaki batu itu.
"Maybe no, can you teach me?"
Kalingga hanya diam untuk beberapa saat, menatap wajah Fioren dengan datar. Matanya melirik ke arah belahan dada gadis itu, menatap tubuh Fioren dibalik gaun pendek yang dikenakannya. Kalingga baru menyadari calon tunangannya ini cukup menggemaskan, jadi mengapa tidak dimanfaatkan?
"With pleasure, little slut"
Seringai sinis menghiasi wajah tampannya, ditariknya pergelangan tangan Fioren membuat gadis itu terjatuh tepat di atas tubuhnya, dia berguling ke samping membalikkan posisi mereka.
"E-eh?"
Mata hazel Fioren melebar kaget karena pergerakan tiba-tiba Kalingga, bukan ini yang dia harapkan. Diluar dugaan lelaki itu tidak mendorong dan bicara kasar padanya seperti sebelum sebelumnya. Tapi rasanya ini malah semakin berbahaya, kedua tangannya menahan dada Kalingga yang tak terbalut apapun agar tidak terlalu mendekat, dia memalingkan wajahnya.
Ini melenceng jauh dari rencananya
Mata biru gelap Kalingga melirik ke arah pintu kaca, melihat wanita pelayan itu berdiri mematung dengan gugup karena tidak berhasil menjalankan perintah Kalingga.
"M-maaf tuan saya-"
"Sudahlah, pergi saja sana"
"Biar dia yang menggantikan hukuman mu"
Lanjutnya, mata birunya makin menggelap menatap Fioren yang berada di bawah tubuhnya
Dengan cepat pelayan itu mengangguk patuh dan pergi meninggalkan kedua remaja itu.
Fioren makin panik saat pelayan itu menjauh, dia berusaha untuk berdiri dan mendorong Kalingga menjauh. Sepertinya Fioren mulai menyesali pilihannya untuk bermain-main dengan Kalingga.
Kalingga menatap dingin Fioren yang menggeliat dibawahnya, diapitnya dagu Fioren dengan ibu jari dan telunjuknya memaksa gadis itu menatap tepat ke matanya.
"Jadi, Fioren"
"hukuman apa yang lo mau?"
*✧•°
.
.
.
.
.
.
.Salam cinta♡
Whitney Yvonne
KAMU SEDANG MEMBACA
Cursed Tears
Teen FictionDi dalam kehidupan ini selalu terdapat dua pilihan, Tapi ketika kedua pilihan itu terasa sulit mampukah kau memilih salah satunya? "Jadi milikku atau ku buat sengsara hidupmu?" -Asher Grayson "Pilihannya hanya ada dua, mati perlahan atau kehilangan...