Hari kedua, Cookies sudah berhasil merebut tahta kedua orang tuanya. Ia menjadi pusat perhatian.
Orang-orang baik keluarga pun kerabat, tetangga dan teman silih berganti berdatangan. Maklum, bayi baru. Biasanya seperti itu bukan? Mereka datang sekaligus memberi selamat dan doa.
Yang ditanya.
Mana bayinya?
Ganteng ya.
Siapa namanya?
Cookies Uncle datang, Nak.
Cookies tidur?
Cookies kemana?
Cookies belum bangun?
Cookies mau Onty gendong gak?
Lucu ya.
Cookies dan Cookies.
Rony mengambil cuti tiga hari, tidak bisa lebih pun kurang. Semaksimalnya. Ia bukan anak konglomerat yang mempunyai uang 271 triliun yang bisa kapanpun dan seenak jidatnya mengambil cuti berkepanjangan.
Menjadi buruh pabrik yang bekerja dibawah tekanan perusahaan memang begitu prosedurnya, tidak ada tawar menawar pun dispensasi. Tidak sesuai kehendak, pecat. Sebab, dunia kerja memang penuh persaingan. Kata orang-orang, keras!
Mau tak mau Rony harus memaksimalkan jatah cutinya dengan sebaik mungkin. Jangan pikir ada dispensasi tetap dibayar meski tak bekerja, gaji tentu hilang selama masa cuti tersebut.
Ah, uang memang segalanya tapi keluarga jauh lebih segalanya bukan? Tak masalah, Rony masih bersyukur setidaknya ia tidak pecat.
Notabenenya Rony adalah karyawan baru. Em, mungkin hanya pegawai biasa? Sistem kontrak berlaku hampir disemua perusahaan. Tentunya Rony tak bisa semena-mena.
"Mas..." Salma setengah memekik, Rony tengah bercengkrama dengan tetangga terdekat yang kebetulan bertandang, hendak berpamitan.
"Selamat ya atas kelahiran putranya, kami gak bisa lama. Kebetulan ada kegiatan lain."
"Ah, iya. Makasih Pak, Bu. Sudah berkunjung."
"Sama-sama. Mari, Ron. Salamin buat Salma ya."
Rony mengangguk mengantarkan tamunya keluar rumah, lalu kembali kedalam rumah sedikit berlari kecil.
"Iya, Ca?" tanyanya saat sudah didalam kamar, tadi bukannya Salma memanggil?
"Mau pipis, temenin ke kamar mandi."
"Ehek...ehek..."
"Sssttt...udah gakpapa biar sama Bunda aja Cookiesnya. Abang temenin Istrinya, masih ngilu jalannya itu, kasian."
Salma melirik sebentar putranya yang tadi hendak menangis, saat mulutnya disumpal botol susu diamlah bayi itu. Dasar! Kekeh Salma.
Rony membantu perempuannya melangkah, dituntun pelan. Salma sedikit tertatih, ngilu katanya.
Sedangkan yang meringis malah lelakinya, "Sshh..."
Salma tersenyum tipis saat didudukan dicloset, Rony menunggu diluar sambil melihat putranya yang kembali terlelap disamping ibunya.
"Mas."
"Iya? Udah, Ca?"
"Udah."
Rony menuntunnya lagi menuju kasur, hati-hati penuh perasaan. Rengganis hanya menonton sambil menjaga cucunya agar tak terjaga. Hatinya menghangat, putranya sangat siaga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi Switzerland (END)
Teen Fiction#Karya 4 [Romance Funfiction] Sequel You're SPECIAL ●○●○●○●○ Switzerland is a dream country bagi seorang gadis untuk melanjutkan pendidikannya disana, namun orang tuanya melarang jika ia hanya pergi seorang diri. Jalan pintasnya adalah ia dinikahkan...