"Aneh, kenapa tiba-tiba Hyeonju menghilang, ya? Aku memberinya pesan juga belum dijawab." Oceh [Name], menghadap depan. Namra yang mendengar itu hanya terdiam, "Molla."
[Name] mendengar itu hanya menghela napas. 'Feelingku kok ga enak ya..?'.
Di sebrang sana, Suhyeok menatap [Name] yang memangku dagu dengan tangannya di atas meja. Tak lama kemudian matanya tak sengaja bertemu dengan orang yang ditatapnya.
Sang lelaki hanya tersenyum canggung, sementara [Name] yang ditatap menaikkan alis. Setelah dipikir-pikir, [Name] menggeser bangkunya mendekati Namra hingga menempel, lalu bersender pada lengan sang ketua kelas.
'Mwoya? Kamu kalau suka Namra gaboleh. Punya aku.' Pesannya tersampaikan dengan baik ke pikiran Suhyeok. Tindakan itupun di akhiri dengan [Name] memeletkan lidahnya, seolah memamerkan bahwa dia lebih dekat dengan ketua kelas.
Suhyeok setelah mengerti hal itu hanya menggeleng-geleng. Mungkin dia harus cemburu pada Namra karena ketempelan dengan [Name]. Ah, mungkin [Name] juga mengira kalau Suhyeok sendiri menatap Namra.
Dirinya tertawa kecil memikirkan hal itu, lalu kembali pada urusannya. Namra yang sedari tadi lengan kanannya dijadikan senderan mengangkat suara, "Kalau kamu sakit, pergi ke UKS."
[Name] bangun, menatap sahabatnya. "Eonnie, kamu peduli sekali denganku. Saranghae." Namra mendengar itu hanya mendehem, membuat lawan bicaranya cemberut.
Lagi-lagi, Suhyeok di sebrang sana menatap interaksi itu. Ah, sial. Seorang Namra memanjakan [Name]? Yah.. hal wajar. Namun, Apakah Suhyeok boleh cemburu dengan interaksi mereka? Sekedar teman, tapi entah kenapa pandangannya berbeda. Astaga, [Name] begitu tetap normal padahal..
╾╼
"Siapa yang mau menerjemahkan ini?" Tanya Park-Ssaem.
Suara kaki kursi yang bergesekkan dengan lantai terdengar dari belakang, [Name] menoleh pada orang di belakangnya. "Baiklah, Heesu."
"Bu, aku mau ke toilet.." Izin Heesu. Ssaem lantas mengizinkannya.
[Name] melihat itu hanya terdiam. Kenapa rasanya hari ini banyak yang aneh, ya? Apa sesuatu bakal terjadi?
"Kalau begitu, siapa yang mau menerjemahkan ini?" Park-Ssaem menanya kembali, lalu melihat ke bangku Namra yang sedang menulis. "Banjang?"
Namra yang dipanggil pun mendongak, lalu menjawab, " 'Sebernarnya, kita tak bisa lepas dari prasangka. Kita semua memiliki prasangka mengenai orang lain.' "
Ssaem mendengar Namra sembari mencuri lihat ke arah bangku Suhyeok, lalu mengangguk, "Baiklah. Selanjutnya, Su-Teka, berdirilah."
Suhyeok yang tadinya mengobrol dengan teman sebangkunya berdiri. "Kenapa dipanggil Su-Teka?" Tanya Park-Ssaem.
Salah satu siswa yang duduk di depan Park-Ssaem menjawab, "Karena Su-Hyeok suka telanjang kaki, jadi Su-Teka."
[Name] mendengar itu tekikik sedikit, membuat Suhyeok yang mendengar itu malu. "Dia benci memakai kaus kaki. Bau kakinya sangat menyengat." Ujar Daesu, membuat anak kelas tertawa termasuk [Name], kecuali Namra.
"Kalau begitu, apa yang baru saja dikatakan Namra?" Tanya Ssaem.
Suhyeok terdiam sementara, "Itu... ". Beberapa anak kelas terkikik melihat reaksi Suhyeok. "Dia mengartikannya dengan tepat."
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐄𝐏𝐈𝐃𝐄𝐌𝐈𝐂 | 𝗔𝗹𝗹 𝗢𝗳 𝗨𝘀 𝗔𝗿𝗲 𝗗𝗲𝗮𝗱
Fanfiction𝐁𝐨𝐨𝐤 𝐈𝐈 : 𝐄𝐏𝐈𝐃𝐄𝐌𝐈𝐂 "𝑨𝒍𝒍 𝑶𝒇 𝑼𝒔 𝑨𝒓𝒆 𝑫𝒆𝒂𝒅 𝒘𝒊𝒕𝒉 𝑹𝒆𝒂𝒅𝒆𝒓„ "𝘚𝘢𝘪𝘯𝘴 𝘥𝘪𝘮𝘶𝘭𝘢𝘪 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘳𝘢𝘴𝘢 𝘪𝘯𝘨𝘪𝘯 𝘵𝘢𝘩𝘶, 𝘵𝘦𝘵𝘢𝘱𝘪 𝘣𝘦𝘳𝘢𝘬𝘩𝘪𝘳 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘮𝘪𝘴𝘵𝘦𝘳𝘪." - 𝘓𝘦𝘦 𝘉𝘺𝘦𝘰𝘯𝘨-𝘊𝘩𝘢...