HUT Kabupaten

308 11 1
                                    

Greecyn | JenAl



Kerumunan dan kemacetan memadati area alun-alun Kabupaten Kaliasri dari pagi tadi. Mengingat agenda hari ini adalah acara puncak Hari Ulang Tahun Kabupaten Kaliasri yang ke 488, diawali dengan acara jalan sehat di pagi hari, festival, hingga konser dangdut koplo kesukaan warga kabupaten. Rundown acara yang disusun dengan matang dengan tujuan utama menggaet semua kalangan masyarakat untuk memeriahkan hari terbentuknya kota kecil tersebut. Matahari berada di sisi barat namun masih terasa terik, dan keramaian semakin menjadi. Apalagi saat acara di area panggung berubah, yang awalnya menampilkan band indie ataupun penyanyi cover lagu pop local pride mulai beralih menampilkan biduan dengan kostum shimmer kurang bahan dan make-up menor.

"Jen, bisa back up kamera 2 sebentar? Gue mau ke kamar kecil sekalian break."

"Bisa bang. Tunggu sebentar."

Seorang anak muda yang dari tadi standby di deretan operator langsung menegakkan tubuhnya saat komando datang dari HT yang terpasang di saku celananya, lalu bergegas menuju depan panggung dengan agak tergesa-gesa.

"Tahu kan shot apa aja?"

"Tahuu, tadi kan nyimak briefing. Udah sana. Percaya aja sama aku bang."

"Beneran ya? Makasih, Jen."

Jen mengambil alih kamera dan perintilannya sebelum menempatkan dirinya di posisi yang strategis di depan panggung. Di saat bersamaan, penampil selanjutnya muncul dan bersiap. Dia tersenyum tipis, saatnya mengeluarkan skill PDD abadinya selama menjadi budak organisasi di kampusnya.

Jen bukanlah panitia acara bentukan pemerintah ataupun staff vendor acara, dia hanyalah mahasiswa yang libur ke kampung halaman dan memutuskan untuk mendaftar volunteer di HUT kabupatennya. Dia tak sendiri, ada temannya Grees yang juga lolos volunteer menjadi divisi acara sekaligus merangkap talent yang tadi siang tampil bersama band acoustic nya.

Dia memang lebih suka mendokumentasikan stage performance dibandingkan acara lain. Lebih ekspresif menurutnya dan banyak yang bisa dieksplor. Seperti saat ini, tangannya secara spontan mengarahkan lensa ke arah seorang salah satu backup vocal biduan yang tampil. Senyumnya, mata bulatnya, bibir merahnya, jari lentiknya, hingga pinggulnya yang bergoyang. Sudut bibir cewek jangkung ini secara otomatis terangkat tinggi.

"Iler lu netes noh. Gitu amat nge-shoot mbaknya."

Jen langsung tersadar saat suara familiar keluar dari HT nya. Sialan, pasti si grees-grees itu melihatnya dari sebelah panggung. Dia pun kembali fokus dan mulai beralih angle, meski pada akhirnya sorot kameranya kembali ke arah salah satu biduan yang menarik perhatiannya. Sementara di samping panggung, Grees menggelengkan kepalanya, tidak kaget mengingat temannya satu itu sering kedapatan menyukai postingan Instagram biduan-biduan cantik yang entah darimana dia tahu mereka semua.

"Kayaknya salah satu bagian dokum naksir Alya deh. Masa dia lebih sering disorot daripada gue, padahal biduannya kan gue."

"Kayaknya iya deh Kak Lulu. Mana gak kedip lagi sama cengar cengir. Kepelet kali Al."

"Apaan sih Kak Lulu, Kak Indira. Gak ya."

Grees mengikuti langkah kaki mereka menuju backstage, meng-escort sekaligus melempar beberapa basa-basi dengan ketiga perempuan yang baru saja selesai tampil itu. Matanya sesekali mencuri lirikan ke arah salah satu di antara mereka yang menjadi sorotan temannya, sebuah ide muncul di kepalanya.

"Terima kasih ya Kak Lulu, sudah mau menerima tawaran kami."

"Sama sama. Aku seneng kok bisa tampil di kampung halaman sendiri. Kalau ada acara lagi hubungi aku ya. Masalah rate card bisa dibicarakan hahaha."

SepasangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang