#2

133 18 0
                                    





Dermaga pantai mulai sepi seiring berjalannya waktu yang menunjukkan pukul setengah sembilan malam.

Terlihat dua insan yang kini sedang duduk bersebelahan di atas permukaan pasir pantai dengan suasana yang senyap, tak ada satu pun dari mereka berniat untuk membuka pembicaraan terlebih dahulu sementara angin mulai bertiup kencang yang membuat rambut mereka sedikit berantakan.

Hanya helaan nafas berat dari laki laki di samping Gracia yang terdengar. "Gue gak tau seberat apa itu beban yang lo pendam sendirian." Ujar sang laki laki yang akhir nya membuka percakapan.

Gracia menolehkan kepala nya ke arah laki laki itu sambil mengerutkan keningnya. "Maksudnya?" Gadis itu bertanya.

"Kenapa lo mau tenggelam di laut?" suara parau laki laki itu terdengar menyambut telinga Gracia.

Gracia kembali menaruh perhatian penuh nya kepada ombak laut kecil yang menerjang telapak kaki telanjang nya. "Emang nya kenapa kalo aku tenggelam di laut?" tanya gadis itu.

"Mati lah bego,lo berharap apa lagi?" balas laki laki itu.

Gracia menghela nafas gusar. "Satu dunia sudah tidak ada lagi yang menerima ku, maka biarlah jiwa raga ku di bawa pergi oleh laut hingga ke dasar nya yang paling dalam-" ucap Gracia terpotong.

"Kalau begitu, biar gue yang nerima lo sepenuhnya, biar gue yang peluk jiwa raga lo ketika dunia gak berpihak ke lo, dan kalau gue enggak berpijak di dunia lagi, biar gue lepas pelukan gue dan biar laut nantinya yang akan memeluk lo sepenuhnya." Ia menyela ,iris mata coklat nya yang teduh menatap insan di samping nya.

Angin mulai bertiup semakin kencang, suara amukan gemuruh samar samar mulai terdengar menggelegar di langit yang kian menggelap.


"Haekal Aditya Gemintang, itu nama gue." Ucap Haekal sambil tersenyum tipis ke arah Gracia.

Gracia menoleh."Gracia Vernanda." Ucap Gracia dengan senyuman cerah yang terlukis di wajah cantik nya.

"Langit udah mulai gelap, lebih baik lo pulang, apalagi lo pakai dress pendek, gue juga enggak bisa anter lo pulang,gapapa kan?" Haekal berujar sambil beranjak di susul oleh Gracia yang ikut berdiri.

"Iya, gak apa apa,aku bisa sendiri, lagi pula rumah aku dekat dari sini, hanya masuk ke gang itu saja." Kata Gracia sambil menunjuk sebuah gang gelap yang tak jauh dari daerah dermaga pantai.

Haekal ikut menoleh ke gang yang di tunjuk oleh Gracia, ia mengangguk paham dan membuka jaket nya. "Pakai jaket gue, udara lagi dingin apalagi lo pakai pakaian lumayan tipis, lo bisa balikin nya kapan kapan aja." Kata Haekal sambil tersenyum dan memberikan jaket itu ke Gracia.

Gracia membeku sejenak,kemudian ia mengambil jaket itu dan memakainya. "Makasih ekal, besok kita bertemu lagi di sini ya." Kata Gracia dengan sumringah di wajah nya.

Haekal mengangguk, ia mengelus pucuk kepala Gracia dengan pelan. "Iya, hati hati di jalan tuan putri." Ucap Haekal sambil melambaikan tangan nya ke arah Gracia.

Iris mata Haekal terus mengikuti pergerakan Gracia sampai punggung gadis itu mulai menghilang perlahan lahan dari pandangannya, ia tersenyum tipis sebelum berbalik badan dan meninggalkan area dermaga pantai.





Malam semakin gelap ketika waktu sudah menunjukkan pukul setengah sepuluh malam, dengan hati hati Gracia membuka pintu rumah, mata nya terbelalak saat melihat pemandangan di depan matanya saat ini.

PRANG!

Bunyi pecahan kaca terdengar menggema ke seluruh sudut ruangan itu ketika Andrew Vernanda—ayah Gracia melempar kan vas bunga berbahan kaca ke arah dinding yang tepat di belakang Gracia.





To be continued..

A Piece of Ocean Memories -HAESELLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang