Beginning

313 23 3
                                    

HANNI'S POV

Alarm ponsel berbunyi, aku terbangun dari tidurku pada waktu yang sedikit terlambat untuk masuk sekolah "Sial." gumam ku.

Aku pun mematikan alarm ponsel tersebut yang mengganggu pikirannya, aku bergegas ke kamar mandi dan memakai seragam sekolah dengan terburu buru.
Tiba-tiba ponselku berdering ketika aku baru saja mengambil tasnya. aku bergegas mengambil pnselnya dan melihat tulisan "Danielle."

Dani<3

Hey, jangan bilang kamu tidak datang sekolah hari ini.

Yah, sepertinya aku tidak datang..

Ayolah, hanni😭 aku tidak mau sendiri di sekolah gila ini.

😮‍💨Bisakah kamu pergi ke sekolah tanpa ku sehari saja, Danielle?

Tidak, aku tidak akan menjadi orang yang gila sendirian.

Tunggu disana, aku akan sampai sedikit terlambat

Kamu membuatku khawatir, kau tahu

Conversation ended

Hanni mematikan ponselnya, dia bergegas keluar rumah dan menuju ke sekolahnya.

Sampai di pintu depan sekolah, bel telah berbunyi dengan tepat waktu. Syukurlah aku tidak telat, atau aku akan dihukum dengan berbagai jenis hukuman.

"Hanni!" kata danielle sambil lari menuju arahku. Aku menengok kepadanya dan melihat muka yang ngos-ngosan. "Danielle, kamu seperti orang yang rumahnya baru saja terbakar." kataku sambil tertawa terbahak bahak
"Tidak lucu, Hanni." balas danielle dengan muka sinis "Ayo, cepat ke kelas sebelum dimarahi oleh guru" kata Danielle sambil menarik tanganku

Sampai di kelas, seperti hari biasa. Kita hanya mendengarkan guru berbicara di depan kelas sampai merasa ingin pulang secepatnya. Aku hanya menguap sepanjang pelajaran dan tiba-tiba guru itu menulis soal di papan tulisnya.

Aku hanya bersikap santai di kursi karena aku yakin guru tidak akan memilihku. "Semuanya, ada yang bisa menjawab ini?" teriak guru yang membuat satu kelas hening. "Tidak ada? maka akan kupilih secara acak." dia melanjutkan, mata guru itu menelusuri murid satu persatu dari depan hingga belakang. "Hanni Pham, silahkan maju" kata guru itu sambil menunjukku dengan sopan.

"Sial sekali." bisikku dalam hati, aku dengan ragu berdiri dari kursi dan mengambil langkah ke depan untuk menjawab pertanyaan membingungkan ini. Ya, aku hanya bisa menatap soal neraka itu sampai guru mengeluarkan suaranya. "Ada apa, Hanni?" kata guru dengan pelan. "Aku.. tidak tahu.." aku membalasnya dengan nada rendah sambil menggaruk leherku. "Yah, sudah kuduga.. aku melihat mu menguap sepanjang pelajaran." bisik guru lalu melihat ke depan kelas.

Tidak mungkin dia memperhatikanku sepanjang pelajaran

"Ayo, siapa yang ingin membantu Hanni?" guru itu kembali berbicara. "Aku." kata Minji sambil mengangkat tangannya.

Sial, Mengapa gadis itu?

"Baik, majulah.. Minji." kata guru. Minji pun langsung berjalan ke depan kelas dan menuliskan jawabannya dengan cepat dan sombong. Ia menatapku sebentar sambil menyengir. Ingin sekali rasanya melempar batu bata ke muka Minji.

Mungkin aku belum beritahu kalian, Minji adalah gadis yang sangat ku benci dari awal aku masuk sekolah sampai sekarang, atau mungkin selamanya. Aku dan dia tidak akrab dan tidak akan pernah mengira kalau kita akan berteman. Dia menjawab soal di papan itu bukan untuk berbuat baik kepadaku, melainkan membuatku merasa lebih ingin membunuhnya karena kesombongannya.

Guru itu mengoreksi jawaban Minji dan tentu saja, benar. akan ku akui dia gadis yang pintar, tetapi sangat amat menyebalkan. "Duduklah, kalian berdua." kata guru sambil tersenyum. Tanpa memikirkan apapun, aku langsung duduk di sebelah Danielle yang sedang menertawakanku. "Tidak lucu, Dan." kataku mengerucutkan alisku. "Maaf, mukamu terlihat sangat lucu ketika di depan" balas Danielle sambil menutup mulutnya untuk tidak ketawa.

Ketika aku baru saja ingin membalas perkataan Danielle, bel sudah berbunyi dan waktunya makan siang. Danielle dengan bersemangat menarik tanganku untuk keluar kelas, "Sepertinya kamu sangat lapar, Dani" kataku sambil tertawa kecil. "Yah, Hanni.. aku tidak sarapan dan aku menyesal." balasnya dengan membuat muka sedih, kami berdua mengambil makanan yang sudah disiapkan dan mencari meja kosong untuk makan.

"Disini." bisikku, kami berdua duduk berhadapan dan mulai memakan makanannya. Aku baru saja menikmati makananku sampai si jalang itu datang untuk membuat para murid teriak dengan gila, "Kim Minji!" sorak para murid dengan begitu kencang. Aku menghela napas dengan sangat malas sambil memutar mataku "Berisik sekali!" kataku sambil menahan emosi, aku membalik badanku dan melihat Minji memakai jaket hitam dan topi berwarna coklat. Sejujurnya, dia terlihat cantik. Tidak tidak tidak, maksudku... sedikit. Hanya saja.. dia terlihat menyebalkan.

"Jadi, bagaimana harimu?" basa basi Danielle sambil membuka tutup botolnya. Aku tersadar dari lamunan ku, "-Hari ini? Oh, seperti hidup di neraka. Dan." balasku sambil mengambil sesendok lauk makanan untuk terakhir kalinya. Danielle tertawa kecil dan menjawab "Apakah karena Minji?" dia melanjutkan "Oh, tolong. jangan bahas dia!" aku menghela napas "Yah, aku cuma bertanya.." dia tersenyum untuk mengejek.

Sejujurnya, keramaian di kafetaria ini masih belum reda, aku hanya bisa melihat para murid yang sok-sok an mendekati minji. Yah, bisa dibilang sok akrab. Heran sekali mengapa mereka bisa heboh dengan gadis jalang itu. "Hey, mengapa kamu terus menatap dia?" kata Danielle sambil menyengir, "Mengapa? aku punya mata." balas ku. "Oh, umm orang biasa tidak melihat orang lain se teliti itu.." kata Danielle dengan godaan. Danielle melanjut, "Mungkin saja kamu diam diam jatuh cin-" Hanni langsung menutup mulut Danielle dan berkata "Diam! tidak, tidak mungkin aku menyimpan perasaan ke orang itu. Dan berhentilah menjodoh-jodohiku dengan dia!" Muka hanni memerah, "Hmm, ya.. muka merah mu itu menjelaskan semua, tapi tidak apa apa.." kata danielle dengan hati hati

Bel sekolah telah berdering untuk kelas terakhir, mereka masuk ke kelas dan menjalani kegiatan seperti biasa hingga waktunya pulang.

Aku sedang mengambil tas ku dan Danielle berada di sampingku, "Sampai jumpa besok, Hanni! Aku akan pulang sekarang." Danielle berkata dengan riang. Aku hanya tersenyum dan mengangguk sambil melambaikan tangan ke Danielle.

Saat aku berbalik badan untuk keluar pintu sekolah, aku tidak sengaja menabrak orang dengan jaket hitam. Aku tidak perlu menengok ke atas karena aku tahu itu adalah Minji. "Hey, lihat lihat dong kalau jalan!" ejek gadis yang lebih tinggi dariku, "Maaf." hanya itu yang kukatakan karena aku tidak mungkin akan membuat keributan konyol hanya dengan ini. Minji menghela napas, "tidak apa-apa, karena kamu sudah membantuku" katanya sambil tertawa kecil.

membantu?

"Oh, ya. terima kasih atas jawaban soal nya." kata Minji sambil membalik badan, "T-tunggu- apa aku pernah mengasih jawaban..?" kataku dengan keraguan, dan membuat badan minji melihat ke arahku lagi. andai saja Danielle ada disini. "Hmm, aku mengambil jawabannya.. di kolong meja mu." kata Minji sambil berbisik tepat di kupingku, yang bisa kulakukan hanyalah menggenggam tanganku sekuat tenaga dan menahan untuk menampar mukanya. "Aku tidak pernah mengizinkanmu menyalin." kataku dengan nada datar, "Woah, calm down.. girl. Itu hanya tugas?" katanya dengan sombong "Kau tahu kau bisa menjawabnya dengan gampang karena kau tidak 'sebodoh' ku-" aku berhenti, "-Aku tidak ingin berbicara panjang." kataku dengan nada datar dan berjalan dengan cepat ke luar pintu sekolah,

untungnya wanita itu tidak mengikuti ku. aku berjalan pulang menuju rumahku dan meninggalkan sekolah itu walau aku tahu besok akan masuk lagi.

We can't be friends | BBANGSAZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang