Oh, come on.

132 16 0
                                    

Warning: Swear words!

Pagi ini, aku bangun di waktu yang tepat. Aku mempersiapkan diriku seperti biasa dan aku turun tangga menuju dapur untuk sarapan pagi. Aku memakan sereal sambil membuka ponsel ku dan tidak ada notifikasi apapun didalamnya.

Entah kenapa aku sangat malas ke sekolah hari ini, padahal ini baru pagi dan belum ke sekolah sama sekali. Aku membuka kunci pintu rumahku dan bergegas untuk pergi menuju ke sekolah. Seperti biasa, aku bertemu dengan Danielle dan gila bersamanya di sekolah.

Sejujurnya, aku tidak keberatan dengan sekolah ini. Tetapi kehadiran Kim Minji yang membuatku ingin pindah saja bersama Danielle. "Hanni, aku dengar dari murid kelas sebelah kalau IPA ada tugas kelompok untuk dua orang?" kata Danielle sambil berjalan di sampingku, "Benarkah? kalau begitu aku akan sekelompok denganmu." balas ku sampai menuju depan kelas. "Sayangnya.. tidak bisa, Hanni. itu akan dipilih secara acak." jawab Danielle sambil menghela napas. "Aduh, semoga saja aku dapat pasangan yang pintar." kata ku sambil jalan ke meja yang biasa aku duduki.

Ketika aku duduk, aku melihat guru sudah masuk ke dalam kelas dan menaruh bukunya diatas meja guru. Aku langsung menghadap ke depan dan mencoba untuk memperhatikan guru, karena aku tidak mau kejadian seperti kemarin terulang lagi. Sepanjang guru menjelaskan, sejujurnya mata ku terasa berat. Karena aku adalah orang yang suka begadang di malam hari, aku orang yang tidak gampang tidur. "Semuanya, sekarang ibu akan membagikan kelompok untuk membuat PPT IPA." teriak guru, "Ibu akan memanggil nama kalian sesuai pasangan masing-masing." lanjutnya.

Guru itu satu persatu menyebut nama murid sesuai kelompok, "Haerin & Danielle." guru menyebutnya, "Yang benar aja." bisikku ke diri sendiri. Guru itu melanjutkan memanggil nama muridnya hingga aku mendengar namaku terpanggil. "Hanni & Minji." guru menyebut namaku.

Goblokkk, oh ayolahh aku tahu guru merencanakan ini kan!?

"Danielleee, aku ingin pulang." bisikku dengan muka sedih. Danielle mendengar suaraku dan menutup mulutnya untuk tidak tertawa dengan kencang, "Aku berharap semoga kalian baik baik saja!" dia membisik balik sambil mengelus pundak ku. Beberapa detik kemudian aku menoleh ke arah Minji, yang sedang melihat ke arah ku juga.

Apakah dia memperhatikan aku selama ini?

Minji langsung menengok ke arah lain ketika mataku baru saja bertemu dengan matanya. Rasanya aneh, mengapa jantungku berdebar sedikit kencang? Oh, ayolah... Hanni. Kamu tidak akan memikirkan hal bodoh seperti itu.

Bel telah berbunyi ketika pengumuman kelompok sudah dibagikan, aku dan Danielle pergi keluar kelas untuk istirahat dan ke kafetaria. Seperti kemarin, aku mengambil makanan ku dengan Danielle dan duduk di tempat yang kosong. "Dani, bagaimana jadi tugasnya kalau kita tidak saling kompak.. bahkan dia terlihat seperti orang yang 'Bodo amat' dengan tugasnya, aku heran dia pintar tetapi sangat malas." kataku sambil mengunyah makanan, "Kalau begitu, kau duluan yang menegurnya. Aku tahu seorang Kim Minji tidak akan membuat langkah pertama." balas Danielle. "Dani, apakah kamu benar benar serius? Tidak akan, aku tidak akan menegurnya pertama." aku menghela napas, rasanya lelah padahal tugasnya baru dimulai sekarang. "Oke, jika kamu ingin mengerjakan tugas itu sendiri, atau mungkin.. tidak selesai." ejek Danielle, "Hufttt baiklah, aku akan menegurnya.", "Dengan terpaksa." aku menambahi. "Itulah gadisku, satu kelompok bersama orang yang kita benci sangat menyenangkan, bukan." ejek Danielle sambil tertawa, "Diam!" jerit ku yang tidak terlalu berisik.

Aku dan Danielle telah menghabiskan makanan kita, aku terpaksa harus menemui Minji yang sedang duduk di dalam kelas dan membaca buku. "Minji." aku memanggilnya dengan nada rendah, Minji menengok ke arah ku dan mengangkat alisnya. Aku menarik napas sebelum berbicara, "Jadi gimana.. tugasnya.." kataku dengan suara pelan, "Hah?" Minji memiringkan kepalanya sedikit, tidak mendengar perkataanku.
"Maksudku, kita kerjakan dimana tugasnya?" balas ku, dengan nada suara yang sedikit tinggi agar Minji tidak tuli lagi. "Terserah." jawabnya dengan singkat, lalu menoleh ke arah bukunya lagi.

Aku akan membunuhmu Kim Minjiii! tunggu saja

"..Apa di rumahku saja?" aku berusaha untuk terus bertanya agar si gadis jalang itu menjawab dengan jelas. "Oh, tidak." balasnya. "Jadi..?" aku terus menanyakannya, jujur saja aku ingin menendangnya sampai terpental ke matahari. "Di rumahku, kau akan nyaman di sana daripada rumahmu sendiri." jawabnya sambil melihat ke arahku, lalu menengok ke bukunya lagi. "Berani berani nya dia berkata seperti itu?!" bisikku dalam hati, "Oh, aku takut ekspektasi ku berlebih-" Minji tiba-tiba memotong pembicaraanku "Kau ingin mengerjakannya atau tidak?" dia bertanya dengan nada datar. Aku diam beberapa detik, lalu aku berkata "Kapan kita akan mengerjakannya?" Minji membalas ku, "Terserah." Jawabnya dengan singkat, LAGI. "Besok..?" tanya ku, "Hari ini." gumam Minji.

Hari ini? mengapa ia bertingkah seperti orang yang rajin?? aku sendiri malas kalau melakukannya hari ini.

Mau bagaimana lagi, aku juga ingin tugasnya selesai dengan cepat. "Temui aku segera saat waktu pulang, atau aku akan meninggalkan mu pulang." kata Minji, "Baik, bos jalang." ejek ku. "Apa kau bilang?" kata Minji sambil memajukan kepalanya, "Baik, bos jalang." aku mengulanginya dengan nada tinggi. "Panggil aku seperti itu lagi dan aku akan membatalkan semua ini, sungguh." katanya dengan suara dingin. Ingin sekali aku membalas perkataan itu, tetapi kelihatannya dia serius tentang ini. Mau bagaimana lagi, aku mengalah.

Aku meninggalkan Minji dan membalikkan tubuhku ke belakang untuk duduk di sebelah Danielle. "Dani, aku ingin sekali mencopot kepalanya." aku berkata dengan muak sambil menarik kursi dan duduk. Danielle tertawa melihat ekspresi ku, "Setidaknya kamu membuat langkah pertama." dia berkata lalu tertawa lagi

Kita kembali belajar seperti biasanya hingga waktu pulang, aku melambai tangan ke Danielle "Bye, Dani!" teriakku sambil senyum, "Byee! bunny!" balas Danielle sambil jalan mundur. Yah, tentu aku tidak lupa dengan perkataan bos jalang itu. Mau tidak mau aku harus menemuinya.

Aku melihat Minji sedang mengobrol dengan temannya. kau tahu, seorang Minji pasti akan mengobrol dengan semua orang. Syukurlah mereka pergi sebelum aku berjalan ke arahnya, aku bergegas ke gadis itu dan berkata "Aku sudah disini, bos jalang." ejek ku, "Lama sekali." jawabnya

Padahal lima menit saja belum anjing?!

"Oh, setia sekali kamu menunggu ku." balas ku sambil tertawa kecil, "Hoek" balasnya sambil memutar matanya. Keadaan menjadi hening beberapa detik, kemudian Minji berkata "Tunggu apa lagi?" katanya sambil berjalan tanpa aba aba, seperti meninggalkan ku. Aku berlari ke arahnya, lalu kita berdua pergi ke gerbang luar sekolah. Kita terus jalan dengan sangat hening, tidak mengatakan satu kata pun. Aku tidak tahu kalau kita akan pulang dengan mobil Minji.

Minji berhenti di depan mobilnya dan aku malah belok ke kiri, karena aku tidak sadar. Si jalang itu malah membiarkanku jalan sampai sedikit jauh, "Woy" teriaknya yang membuatku tersadar. "Eh" bisikku ke diri sendiri

Malu banget bangsat 🖕🏻

Aku berlari ke mobil Minji dan Minji membuka kunci mobilnya, Aku tidak tahu dia punya mobil se mewah ini. Aku sudah berada di depan pintu mobilnya, Minji berjalan ke arah ku dan membuka pintunya.

Dia baru saja membuka Pintunya untukku?

Tidak tidak tidak, itu hal biasa. "Get in, princess." kata Minji dengan ejekan. Tidak tahu mengapa, dadaku tiba-tiba terasa panas. Tidak, tidak mungkin.

Minji menutup kembali pintunya lalu berjalan ke driver seat, aku memakai seatbelt dan Minji mulai menghidupkan mesin mobilnya dan siap untuk menyetir.

We can't be friends | BBANGSAZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang