Issue

149 17 0
                                    

Aku berusaha tidur di kasur Minji, tetapi sulit. Aku selalu kepikiran tentang masalah orang tua ku setiap aku ingin tidur, entah kenapa.. rasanya mandiri dari kecil hingga remaja itu sangat sedih.

Flash back

Dari kecil aku mempunyai kedua orang tua yang bahagia, sampai aku berumur 12 tahun.. Ayah dan Ibu ku tidak akur. Suatu hari, Aku mendengar mereka bertengkar dari kamarku, saling membentak.. aku hanya bisa menutup kuping ku dan menutupi diriku dengan selimut. Aku masih bisa mendengar omongan mereka walaupun aku menutupi kuping ku, suara itu sangat keras.. sampai aku tahu permasalahannya tentang Ayah dan Ibu ku yang bertengkar.

Saat itu, aku mengetahui kalau Ibu ku selingkuh dan Ayah ku pemabuk. Beberapa minggu setelah kejadian itu, Ibu dan Ayah ku membicarakan soal hubungan mereka kepadaku. Ya.. mereka ingin cerai.. Ibu dan Ayah meninggalkan ku sendiri dirumah begitu saja saat aku bangun tidur di pagi hari. Aku mengecek ponselku dan ada notif dari Ibuku.

Mom

Jika butuh apa-apa, bilang ke ibu. Ya.

Conversation ended

aku hanya membaca pesan itu. aku mulai hidup mandiri, di rumah aku selalu sendirian, untungnya aku masih bisa menjaga diriku dengan baik. dan Ibuku masih membiayai ku untuk sekolah dan makan. Sejak kejadian itu, aku menjadi orang yang pendiam. Sampai aku bertemu Danielle, satu satunya teman ku. Aku tidak punya siapa siapa lagi selain dia.

Aku memejamkan mataku dan menarik napas ku, mencoba untuk melupakan semua kejadian yang membuatku trauma. Aku melihat ke arah jam dinding dan sekarang jam setengah 10, aku akhirnya tertidur setelah 15 menit.

-  -  -  -  -  -  -  -  -  -  -  -  -  -  -  -  -  -  -

Waktu sudah siang, Minji membuka pintu kamarnya dan melihat aku sedang tidur. Aku membuka mataku dan melihat ke jendela, hari sudah terang dan aku panik. "Minji kita sudah terlambat!!" kataku dengan panik sambil duduk di kasur dengan cepat, "Oh iya, aduh gimana nih.." kata Minji dengan santai sambil menggaruk lehernya, membuatku menjadi lebih panik. "Mengapa kamu berekspresi sangat santai bodoh!! kita akan dimarahi" balasku sambil memukul lengan Minji, "Yah, kau lupa Hanni?" katanya sambil tertawa terbahak bahak, dan mengelus lengannya sendiri yang habis ku pukul. "Lupa? maksudmu?!" balas ku, "Hari ini libur, princess.." kata Minji sambil menggelengkan kepalanya. "Oh." aku menjawab dengan singkat, aku berhenti sejenak lalu berkata "Kau gadis seperti babi" aku memutarkan mataku, "Yah, kamu sangat emosian" balasnya sambil berjalan untuk duduk di ujung kasur, "Biarin." balasku dengan nada datar. "Turunlah, ada makanan untuk sarapan dibawah" kata Minji, aku tidak membalasnya dan hanya mengangguk.

Aku dan Minji keluar kamarnya dan turun ke bawah tangga untuk ke dapur, aku melihat banyak sekali makanan yang berada diatas meja makan. "Ya, kau harus habiskan semua ini" ejek Minji

Anjing banget, ini orang goblok atau gimana sih??

Aku hanya diam melihat ke muka minji dengan ekspresi 'Yang bener aja?' "Bercanda bercanda, makan se sanggup mu saja" katanya sambil tertawa terbahak bahak, tanpa memikirkan aku langsung mengejar Minji dan mencubit badannya lagi sedikit keras "Aw sakitt" kata Minji yang air matanya keluar karena kelamaan tertawa. "Awas ya." aku balas dengan nada serius lalu menampar lengannya, "Huhh, habis ini ibuku akan heran dan menanyakan 1001 pertanyaan tentang tubuhku" katanya sambil menghela napas dan mengelap air matanya karena habis tertawa. Aku hanya bisa menatapnya dengan muka datar, "Wow- santai.." kata Minji sambil mundur, "Ayo makan" lanjutnya.

Kita berdua mulai duduk berhadapan untuk sarapan, aku dan Minji mengambil makanan yang berada dimeja. "Aku heran, rumah seluas ini mengapa sangat sepi" aku bicara sambil memakan pasta ku, "Yah, orang tua ku pergi ke luar kota.. makanya aku memintamu tinggal disini sehari." katanya, "Oh ya, kamu tidak izin ke orang tuamu tentang ini?" lanjut minji, aku terdiam ketika Minji bertanya seperti itu, "Um, aku.. tidak bersama mereka lagi.." aku menjawab dengan nada rendah, "Oh" gumam Minji, "Maaf untuk itu" dia melanjut. Aku mengangguk "Tidak apa-apa" kataku dengan suara pelan, keadaan ruangan menjadi hening, makanan Minji dan aku sudah mau habis.

"Aku akan pulang habis ini" aku bilang agar tidak hening, "Secepat itu?" dia membalasnya. "Kau ingin sekali aku tinggal di rumahmu??" aku bertanya dan mengerucutkan alisku, "Aku bosan sendirian.." katanya sambil menghela napas. "Kau si gadis pOpuLEr itu kan? mengapa tidak mengajak temanmu yang lain saja, kau bersikap seperti orang yang tidak pernah bergaul dengan satu orang pun di sekolah". Minji hanya bisa diam karena Hanni mengatakan yang benar, dia mengalah dan membolehkan Hanni pulang, "..Fine" balasnya yang pendek. "Kalau begitu, aku pergi dulu. terima kasih untuk semuanya" Kata Hanni sesudah sarapan dan mengambil tasnya di kursi samping. "tunggu-" Minji tiba tiba datang ke Hanni, tentu aku berbalik ke arah Minji dan memasang muka membingungkan. "Uh," "–apakah kita.. bisa mengobrol lagi?" Minji berbicara dengan sedikit ragu, "Tentu lah monyet, aku kan punya mulut" jawab ku sambil menggelengkan kepalaku, "Santai, Han" Minji tertawa sedikit, lalu ia melihat layar ponsel ku, "Kamu akan memesan taksi?" kata Minji di sampingku, aku hanya mengangguk dan Minji berkata "Naik saja mobilku, aku tahu kau belum memesan taksi"

Minji ini sepertinya obsesi sekali denganku??

Aku menggelengkan kepala dan berkata "Tidak u-" "ayo." Minji mengajakku dan menggandeng tanganku untuk keluar dari rumahnya dan menuju ke mobilnya. "Ribet banget sih kamu, gak perlu keluarin uang kalau jelas jelas temanmu bisa mengantarkan mu kemana saja" Minji bilang saat kita sampai di depan pintu mobil, lalu dia membuka kunci mobilnya. "Hahaha teman? pertama, aku bukan temanmu dan TIDAK akan pernah menganggap kalau kamu temanku. Kedua, ini adalah uang ku, aku bisa lakukan apa saja dengan uang milikku." aku menjawab sambil membuka pintu passenger seat dan memakai seatbelt. "Setidaknya kamu berterima kasih kepadaku karena ingin mengantarmu" minji memutarkan matanya, "Aku tidak pernah ingin memintamu mengantarku sialan."

Kita berdua sudah siap dan aku mengasih alamat rumahku ke Minji, dia mulai menyetir mobilnya seperti biasa, Keadaan di dalam mobil hening lagi seperti kemarin. Aku mendengar notif di ponselku dan mengeluarkannya dari kantong ku.

Dani<3

Hey kau tahu, aku baru saja mengerjakan tugasnya bareng Haerin dan aku merasa seperti orang yang dekat dengannya!! oh kau tidak tahu betapa senangnya aku bermain di rumahnya, bahkan kita mengerjakan tugasnya sedikit sedikit dan kita menghabiskan waktu untuk bermain game online bersama.. sksjskkakska

danielle u ok?

Uh, ya.. hanya sedikit senang. Aku tidak pernah secepat ini akrab dengan orang lain😩

Kau bilang seperti itu seperti kamu tidak cepat dekat dengan ku saja🙄

Ya, bukan untuk merendahkan mu.. hanya saja aku senang berteman dengan Haerin.. Oh, sepertinya dia juga mengajakku untuk menginap

Benarkah? aku sedikit mengenal Haerin karena aku pernah mengobrol dengannya sebentar, dan kurasa dia bukan tipe yang suka mengajak orang lain menginap dirumahnya??

Benarkah..? Oh..

Dia menyukaimu?

Diam.

Tidak

Diammmmm

Baiklah, kabarkan aku jika tidak berjalan dengan baik. siapa tau dia menyakitimu

Ooh, baiklah. protective sekali ya?🤭

Conversation Ended

"Kita akan sampai." kata Minji sambil membelokkan setirnya ke arah rumahku. Mobilnya sudah sampai di depan pagar rumahku dan aku melepas seatbelt ku, "Sampai jumpa." kata Minji dan dia memberi senyuman kecil kepadaku.

Yah, dia memang sedikit lucu..

"Sampai jumpa." aku membalasnya, dia melambaikan tangan kepadaku dan tentu aku juga. Aku tidak tahu mengapa dia bersikap baik padaku belakangan ini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 13 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

We can't be friends | BBANGSAZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang