1. Pintu pitih

1 0 0
                                    

Sepasang kaki mungil berjalan perlahan mengendap-endap menaiki tangga menuju lantai tiga, tujuannya adalah ruangan yang semulanya tidak pernah bisa dia masuki namun kini karena rasa penasaran yang besar membuatnya ingin membantah larangan dari orang tuanya.

Entah ada apa di dalam sana, apakah semacam monster berkepala tiga atau sesosok hantu pemakan anak kecil?

Semakin di pikirkan semakin membuat gadis berusia delapan tahun itu penasaran dan saking penasarannya, untuk pertama kalinya dia melanggar larangan dari orang tuanya.

"Mami, kali ini saja ya Cecil melanggar" ucap gadis kecil itu sembari perlahan memegang gagang pintu, dengan hati hati dia berusaha memutar kenop pintu namun suaranya cukup kuat membuatnya menegang seketika.

"Kamu jangan bunyi dong pintu, nanti Mami dengar" bisik gadis kecil itu kesal pada pintu yang sudah jelas tidak memiliki nyawa.

Suara derap langkah yang terdengar sangat terburu buru membuat gadis kecil  itu menegang seketika, takut jika orang tuanya tau dan memarahinya karena melanggar aturan.

Dia ingin lari namun di sini hanya ada satu ruangan saja dan jika dia kembali, orang tuanya akan langsung menangkapnya. Akhirnya dia memilih memejamkan matanya menunggu teriakan marah atau sejenisnya yang tidak pernah dia bayangkan sebelumnya.

Perlahan suara langkah kaki itu semakin mendekat membuat gadis kecil itu memejamkan matanya takut. Dia berharap Mami ataupun Papi nya yang datang, siapapun itu, mereka tidak terlalu memarahi dirinya karena dia tidak tau akan bagaimana jika di marahi untuk pertama kalinya.

Namun, teriakan marah dan pukulan tidaklah dia terima melainkan sebuah usapan lembut yang menyentuh puncak kepalanya sayang.

"Cecil sedang apa ....? Bukannya ....Mami bilang jangan ke sini ya?" suara halus penuh kasih sayang membuat gadis kecil itu membuka matanya perlahan satu persatu, menatap sang Mamu yang kini menatapnya masih dengan tatapan teduh walau dia sudah melanggar aturan.

"Cecil cuma penasaran, Mima ....Maaf" lirih Cecilia benar benar merasa bersalah.

Wanita dewasa di hadapan gadis kecil itu tersenyum lembut, dia tau jika putrinya ini sangat tidak suka dengan sebuah rahasia. Cecilia sangat penasaran dengan berbagai hal yang dia temui dan salah satunya pintu putih yang menjadi tempat tak tersentuh di rumah ini.

Setidaknya selama bertahun tahun ini dia memang tidak pernah membuka ruangan ini, hanya akan ada orang yang di tugaskan untuk membersihkan setiap satu minggu sekali.

"Tidak apa, sayang. Tapi Mami minta jangan lagi, ya ... Cecil mau kan nurutin permintaan Mami?" suara lembut namun penuh dengan keseriusan membuat gadis kecil itu mengangguk dengan patuh.

"Cecil janji gak akan lagi, Mami"

Wanita dewasa itu tersenyum lembut, mengusap rambut tebal putrinya dengan sayang.

"Putri Mami memang hebat....., Cecil turun ya, kan harus siap-siap ke rumah Oma" wanita itu mengingatkan Cecil dengan apa yang akan dia lakukan selanjutnya.

"Oh iya, Cecil lupa Mami" gadis kecil itu menepuk dahinya spontan.

Tindakannya yang terkesan lucu membuat wanita dewasa di hadapannya tersenyum lembut dan menyuruh gadis kecil itu untuk cepat bersiap siap.

"Papi udah nungguin kamu, tuh" ucapnya.

"Ya sudah, Cecil pergi dulu ya Mami" gadis kecil itu kemudian pergi dengan ceria, sungguh sangat menggemaskan bagi wanita itu.

Selepas kepergian gadis kecil itu, wanita dewasa berdiri menatap pintu putih itu dengan tatapan penuh kerinduan.

"Sudah sangat lama sejak kala itu, tapi kenapa sesak di hatiku masih terasa?" lirihnya pelan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 13 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Aksa yang HirapTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang