Warn! Mature 21+, sex scene, harsh words, explicit picture, rap3, stalker, age gap!
•••
"ABANG!!!"
Teriakan menggelegar seorang wanita paruh baya dari dapur yang sukses memekikkan telinga Husen yang baru saja akan memasang headphonenya.
"Anjir ini gendang telinga gw jebol juga elah..." Rutuknya sambil akan melanjutkan kerjaan di depan laptop.
"ABANG, DENGERIN IBU NGGAK KAMU?!" Sambut satu teriakan susulan yang membuat Husen kalang kabut keluar menuju sumber suara.
"Iya, bu! Bentarrr!"
'Kalau gw gak dipecat gak bakal gw semenyedihkan ini' batin Husen yang saat ini memegang uang sepuluh ribu rupiah menuju ke warung.
Husen berdecih sebal, pasalnya sekarang matahari lagi terik-teriknya dan sang ibu negara meminta untuk dibelikan garam dapur perkara persediaan bulanan habis.
Mungkin ayo perkenalan dulu, biar lebih akrab.
Husen atau dikenal juga sebagai abang adalah anak sulung Tri Harti dan Alm. Pak Galuh.
Semenjak ayahnya meninggal, Husen bekerja keras hingga bisa kredit KPR rumah. Namun, Husen mendapati kabar buruk karena tempatnya berkerja mengalami pengurangan karyawan. Sehingga Husen menganggur dan sang ibu yang lanjut membayar kredit tersebut serta biaya sekolah adik-adiknya yang masih kecil.
Kebetulan yang menyedihkan memang, apalagi Husen sebagai anak pertama harus membantu adiknya yang seorang pemilik ketring makanan ke pekerja kuli di daerahnya.
Iya, sebuah tanah lapang yang akan dijadikan sebuah bangunan pabrik entah Husen juga belum dapat informasi lebih lanjut dari gibahan ibu-ibu kompleksnya.
"Bu Inah, beli garam!" Pekik Husen dari luar warung.
Tampak penjual yang sedang melayani beberapa pekerjaan yang minum kopi di depan warungnya menoleh dan mendekati Husen yang mendengus melihat keganjenan tetangganya.
"Duh, Bang Husen. Tumben keluar siang-siang, ganteng~" Goda Bu Inah sambil mencolek dagu Husen yang sudah bermuka masam.
"Cepet aja ih bu!" Rengek Husen ikut masuk ke dalam warung, apalagi dia tidak nyaman dengan bau rokok yang bercampur bau ketek kuli di sana.
"Iya, ih! Rewelnya~ eh mas gak sekalian rokok sebatang?"
Tanya Bu Inah manja sambil memberikan kresek yang berisi garam yang Husen mau.
"Gak, ah. Lagi hemat duit, nanti ibu marah kalau uangnya Husen ambil." Tolak Husen agak sedih perkara uangnya yang minum sehingga membeli rokok sebatang yang notabene hanya dua ribuan rupiah pun sulit.
Bu Inah juga ikut sedih, tapi tiba-tiba dia teringat sesuatu dan menarik tangan Husen.
"Bang Husen, coba lihat mas itu deh!" Bisik Bu Inah meski agak rusuh, Husen mencoba memicingkan matanya saat tangan Bu Inah menunjuk kepada seorang pria yang memakai baju ketekan dengan rambut hitam legam yang memegang gelas kopi hitam serta sebuah rokok terselip di jarinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[Oneshoot] The Kuproy - Markhyuck Local
Художественная прозаKarena perintah ibu negara, Husen si pengangguran terpaksa keluar dari cangkangnya untuk membeli garam dapur ke warung yang berada di seberang konstruksi bangunan yang menjadi menyambung takdirnya dengan seorang om-om kuli yang suka genit. "M-mas...