FOUR

21 2 0
                                    

Entah kenapa hari ini gue bangun lebih pagi dari hari-hari biasanya. Gue langsung berkemas dan segera turun ke bawah buat sarapan. Ketika gue udah berada di ruang makan, abang gue yang songong itu terlihat kaget ketika gue muncul.

"ALIFIA??!! Ini beneran Fia?" abang gue langsung berdiri dihadapan gue, dengan mencubit pipi gue

"Iyalah bang ini gue. Ini bukan fatamorgana gue bang" jawabku dengan cemberut. Ku lihat abangku malah cekikikan ga jelas

"Sudah sudah.. lebih baik kita segera sarapan. Kalian gamau telat untuk ke sekolahkan?" Ujar mama menengahi obrolan kami

"Jelas aku gamau telat ma. Kan kemaren aku sudah terlambat gara-gara abang" aduku pada mama yang dijawab pelototan oleh abangku. Aku segera menghabiskan makananku dan bergegas menuju sekolah.

Ketika sampai di sekolah, aku langsung berlari menuju kelas karena sebentar lagi bel akan segera berbunyi. Aku tidak fokus pada sekitar, dan tiba-tiba....
BRUUKK.. BRUUKK

Kenapa sepagi ini aku harus menabrak orang sih, aduh bakal panjang deh masalahnya. Aku membantu mengambil buku orang yang ku tabrak tadi, dan ketika sudah tidak ada lagi buku yang tergeletak dilantai, aku memberikan bukunya. Dan betapa terkejutnya aku, karena orang yangku tabrak adalah.. VARO!!

"Nih buku lo" aku memberikan bukunya dan segera pergi menuju kelas. Namun tiba-tiba ada yang mencekal lenganku, "apalagi sih?" Lanjutku dengan muka bete

"Terus... Setelah lo nabrak dan ngejatuhin buku yang gue bawa, lo langsung pergi gitu aja?" Tanyanya masih dengan mencekal lenganku

"Iyalah, gue kan juga udeh bantu lo buat mungutin itu buku. Terus gue mesti apa lagi?" Tanyaku dan melepas tangannya secara paksa

"Ya setidaknya kan lo bilang maaf dan bukannya..." Ucapannya terputus. Jelas aku yang memutuskan karena aku sedang malas.

"Ya Ya Ya.. Kalo begitu aku MINTA MAAF" jawabku dengan menekan kata yang di capslock dan segera beranjak menuju kelas.

Sesampainya di kelas, aku langsung menaruh tasku diatas meja dengan kasar dan duduk dibangkuku. Ku lihat tatapan penuh tanya dari sahabatku.

"Lo kenapa deh Fi, masuk kelas langsung emosi gitu?" Rani bertanya dengan memutar kursinya ke arahku

"Iya Fi. Lo kenapa sih? Lo ada masalah? Cerita ke gue giihh" Ricky menimpali

"Gue gapapa ko guys. I'm fine" gue menjawab dengan senyum yang gue paksa

"Lo yakin lo gapapa Fi? Lo ga...-" Anne berdiri disamping Rani, dan memotong ucapan cewe itu.

"Udah lah Ran, biarin Fia tenang dulu. Ntar kalo dia udah tenang, dia kan juga bakal cerita ke kita, iya kan Fi?" Anne menoleh ke arahku diikuti yang lain, sedangkan aku hanya menganggukan kepala.

Tak berapa lama kemudian, Pak Budi selaku guru kimia masuk ke dalam kelas. Dan pelajaran di mulai. Entah kenapa kali ini aku merasa sangat bosan, padahal biasanya aku selalu bersemangat ketika pelajaran kimia. Ketika aku melihat ke belakang bagian pojok kanan, mata kami tak sengaja bertatapan hingga membuatku terus memandangnya.

"Lo ngeliatin apa sih Fi?" Tanya seseorang disampingku namun aku masih bergemig, "Fi.. Fiaa" lanjutnya dengan mengoyangkan tubuhku

"Eh, i-iya kenapa bang" gerakannya membuatku tersadar dari lamunan

"Lo liatin apaan sih?" Ricky mengikuti arah mataku

"Eh, i-itu, eng-enggak liatin apa apa ko bang" aku langsung kembali menghadap papan

"Lo.." dia memberi jeda, "lo lagi liatin si Varo itu kan? Ngaku deh lo. Jangan-jangan lo jatuh cinta pada pandangan pertama ya ke Varo?" Lanjug Ricky dengan menunjukku menggunakan jari telunjuknya

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 12, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

First LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang