👑 12 : Azura (1)👑

127 24 35
                                    

•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Padahal kita sama sekali belum mengeluarkan kekuatan kita, kita juga sudah makan tdi.. tapi mengapa aku merasa lelah sekali.. Huft.." Keluh Ben.

"Tahan yaa.. Kita harus fokus dengan tujuan utama kita.." Steve menghibur Ben.

Ben hanya mengangguk.

"Sebentar lagi kita sampai... Tingkatkan kewaspadaan kalian." Peringat Jullian.

"Adek, Capek?" Terry memastikan keadaan si bungsu yang nampak terdiam saja sedari tadi.

Kyren menggeleng sembari mengulum senyum, "Tidak, Kak.. Aku baik-baik saja.."

"Syukurlah.."

Mereka pun melanjutkan perjalanan mereka.

2 jam sudah.

"Lihat!! Kita akan benar benar memasuki wilayah Azura yang terlarang.." Jullian menghentikan laju kudanya. Diikuti yang lain yang juga menghentikan kudanya.

Mereka memandang pemandangan di depan mereka. Hutan lebat yang bahkan lebih lebat lagi di banding dengan hutan hutan yang telah mereka lewati sebelumnya. Tak ada yang aneh jika dilihat dari luar. Seperti hutan pada umumnya. Namun, tidak ada yang tahu ada apa saja di dalamnya.

Gelapnya malam menambah kesan yang cukup menegangkan bagi mereka. Setiap pasukan mereka membawa obor api guna untuk menerangi jalanan. 2 pasukan berpindah posisi di barisan paling depan untuk memberi penerangan dari depan. Sehingga Putra Mahkota tak perlu lagi untuk memegang obor satu persatu sebagai penerangan mereka.

Di depan jalan masuk tersebut, ada papan kayu yang nampak sangat lusuh. Sebagiannya sudah tidak utuh mungkin dimakan rayap atau hewan semacam itu. Namun, tulisannya masih bisa dibaca dengan mata kosong mereka.

Wilayah Terlarang.

-Azura-


Semua meneguk ludah. Keringat dingin juga mulai membasahi dahi mereka. Degupan jantung mereka begitu terasa berpacu semakin kencang.

Perjalanan yang sebenarnya sudah di mulai.

"Kita masuk. Jangan ada yang terpisah. Kita harus tetap bersama-sama." Jullian menegaskan lagi.

"Baik." Semua mengangguk kompak mengiyakan perkataan Jullian, pemimpin perjalan mereka.

Dengan langkah yang pasti, mereka mulai memasuki area terlarang itu. Kanan kiri benar benar dipenuhi pohon lebat juha semak belukar yang liar. Sesekali terdengar suara dedaunan yang tak sengaja tersenggol oleh kuda kuda yang mereka tunggangi. Suara kicauan burung juga beberapa terdengar. Namun terkesan menambah ketegangan suasana yang ada.

𝗔𝗥𝗗𝗔𝗟𝗔𝗡 [ Hiatus ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang