Prologue

363 26 1
                                    

***

Kalau aku bilang aku suka kamu, kamu gak akan percaya, kan?

.

Selasa, 07 Januari 2025.

Jam menunjukkan pukul 7.25 ketika seorang cewek –dengan tinggi 171 cm, perawakan acak acakan seperti murid murid lain yang terlambat, rambut sebahu, seragam putih yang di keluarkan dan lecek, sepatu putih, juga satu tangannya yang memegang tas ransel sedang berwarna hitam– tengah berlari terengah-engah menuju gerbang sekolah berwarna hijau itu.

Gadis itu menghirup oksigen sebanyak banyaknya, memenuhi paru paru nya dengan pasokan oksigen setelah kegiatan berlari lari nya itu. Tepat di depan nya, seorang murid perempuan lain tengah menatap kearah nya sambil menggeleng gelengkan kepala. Another day, another naughty student.

Iya, cewek itu tak lain dan tak bukan adalah Mikaila Putri Shaura, ketua osis di SMA Negeri Nusa Dahayu, Kota Jakarta. Buat Mikaila, bertemu murid murid nakal seperti Zevanya Pradista ini sudah biasa. Bahkan tabiat terlambat mereka pun buat Mikaila sudah berada di tingkat normal nya anak anak nakal. Ya, murid nakal memang sudah pasti sering terlambat, kan?

"Kakak lagi," Mikaila menghela nafas, kesal. Ia menatap Zevanya dari ujung rambut sampai ujung kaki dengan jengah.

"Gak bosen telat mulu, kah? Kayaknya buku keramat nya Bu Anin udah penuh sama nama kamu, kak." Sarkas Mikaila. Demi tuhan, ia sudah muak bertemu dengan Zevanya dalam situasi seperti ini. Rasanya sudah tidak bisa dihitung lagi berapa kali ia bertemu dengan Zevanya. Bukan apa-apa, hanya saja cewek satu itu memiliki sifat tengil yang membuat Mikaila kesal setengah mati dan menguras tenaga nya di pagi hari.

Namun Zevanya, cewek itu hanya bisa cengar cengir mendengar sarkasan Mikaila yang kelihatan nya sudah muak dengannya. Ketara sekali, cewek itu kesal. Zevanya malu mengakui ini, tapi ia suka melihat ekspresi Mikaila saat ini. Menurut nya itu lucu dan menggemaskan.

"Santai aja, cantik. Jangan marah-marah terus, nanti cepet tua. Tuh liat, muka kamu merah. Kayak tomat, hihi.." kekeh Zevanya di sela sela ucapannya.

Mikaila? Tentu makin kesal. Apa dia bilang, cewek di depannya ini suka sekali bersikap tengil yang membuatnya ingin menghantam Zevanya. Kalau saja Mikaila tidak mengingat jika Zevanya adalah kakak kelas nya dan kalau ia tidak mengingat jabatan ketos nya itu, Mikaila sudah menghabisi nya sedari lama.

"Gausah out of topic, bisa? Kakak disini selain telat juga mau ngejek muka aku yang merah kayak tomat, hah?"

Zevanya menggaruk tengkuknya yang sebenarnya tak gatal. "Yaudah cantik, maaf deh."

Lagi lagi, Mikaila kembali menghela nafas kali ini. Diamati nya lagi Zevanya yang tengah berdiri di depannya, menunggu apa yang akan semesta lakukan kepadanya. "Kali ini alasan kamu telat apa? Motor mogok? Bangun telat karena push rank? Atau debat sama stranger di tengah jalan?" Oceh Mikaila, sedikit terkesan menyudutkan Zevanya dari intonasi bicaranya.

Zevanya tertegun, tapi sedetik kemudian gadis itu malah terkekeh pelan dan menjawab, "Kok tau semua? Kamu selama ini perhatiin aku ya?"

Mikaila memutar bola mata nya jengah, "Aku tuh udah hafal sama alasan kamu yang template itu kak. Hampir setiap hari, alasan kamu gak jauh jauh dari itu. Bosen, ngerti?" Tukas Mikaila sinis.

Zevanya hanya bisa tersenyum simpul, "Iyaaa Mikailaa. Ngerti kok, sorry ya?" Kata Zevanya.

Mikaila tetap memasang raut wajah khas nya yang jutek, atau entah hanya di depan Zevanya saja, cewek itu juga tidak tau. Gadis dengan rambut panjang hingga menyentuh pinggang itu menulis sesuatu di secarik kertas lalu menyodorkan kertas itu pada Zevanya, apalagi kalau bukan kertas yang selalu anggota Osis berikan kepada mereka yang bermasalah dan harus menghadap Bu Anin selaku guru BK.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 20 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Unspoken Words - ZeeShaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang