Guru mata pelajaran IPA tidak masuk sekarang, alhasil keadaan jamkos sangat kacau. Ribut. Berisik. Berantakan. Ah entahlah mungkin kelas ini lebih mirip kapal pecah.
Rara yang sudah tidak mood karna emang kurang enak badan di tambah tapi pagi memang tidak sarapan karena telat bangun.
Rara juga tidak bisa ke kantin karena ia lupa membawa uang yang ia tinggalkan di atas meja belajarnya. Untung saja jarak antara sekolah dan rumahnya dekat jadi Rara bisa berjalan kaki untuk pulang
Bukankah hal yang sangat tepat sekarang adalah tidur. Rara membuka resleting tasnya berniat mengeluarkan Hoodie sebagai bantalan untuk tidur. Tapi tangannya tiba-tiba berhenti saat sorot matanya menemukan kotak makan. Perasaan Rara tadi tidak membawa bekal, lantas kotak makan ini punya siapa?
Rara mengeluarkan kotak makan tersebut dan ditaruhnya di atas meja. Di atas kotak makan tersebut terdapat surat kecil berwarna peach yang tertempel
"Makan!! Gua gak mau liat Lo sakit. Gua tau lo belum sarapan"
Hanya dua kalimat itu yang tertera di surat tersebut, tapi Rara sepertinya menyadari kotak makan ini dari siapa...
Rara melihat ke arah kanannya lalu menatap seorang pria yang terhalang satu bangku dari bangku Rara. Pria bername tag Aufa A Sanjaya tersebut sama sedang menatap dirinya juga. Lalu pria itupun tersenyum.
Rara membalas dengan senyum tipis. Lalu menatap kotak makan berwarna abu tersebut. Dibukanya kotak makan itu, ternyata isinya adalah opor ayam kesukaan Rara. Dengan senang hati Rara menghabiskannya
Aufa hanya tersenyum melihat Rara yang lahap menghabiskan masakan yang dibekalkannya.
*
*
*Rara keluar untuk mencuci tangan juga membersihkan sendok yang tadi ia gunakan makan. Dari kejauhan terlihat Aufa sedang duduk bersama Icha berdua.
Entah kapan Aufa keluar kelas dan menemui Icha si cewek jual mahal dan berbincang di koridor.
Aufa fokus berbincang bersama Icha tanpa menyadari ada Kamila yang memperhatikan mereka berdua sedari tadi. Kamila yang sadar ia diperhatikan oleh rara lantas pergi dari tempat tersebut.
Rara hanya menghela nafas dan kembali masuk ke kelas lalu tertidur.
*
*
*"RARA BANGUN!!" Teriak Aufa tepat di depan telinga Rara
Rara yg masih mengantuk hanya melirik sekilas siapa yang tengah meneriakinya lalu kembali menenggelamkan kepalanya ke sela-sela tangan. "HEH BOCIL BANGUN! lo mau gua tinggalin hah?!" ucap Aufa sambil menjewer pelan telinga Rara.
"Ishh apan apaan sih" ucap Rara cemberut dan terpaksa bangun karena jeweran Aufa. Aufa pun melepaskan jewerannya
"Pulang" jawab Aufa dingin sambil membereskan beberapa barangnya yang tergeletak di meja.
"Lah semua orang pada kemana pan?" Tanya Rara polos dan heran ketika menyadari keadaan kelas kosong dan sunyi. Perasaan sebelum Rara tertidur kelas ini seperti pasar.
"Makanya punya jam itu yang guna" Rara lantas melihat jam tangannya, hal itu yang berhasil membuat Rara membulatkan matanya kaget karena ini sudah jam 5.10 itu artinya jam pulang sudah berlalu satu jam lebih
"IH MAYLA KENAPA GAK BANGUNIN KALAU MAU PULANGG, AAGGGKK" Teriak Rara seperti reog kesetanan.
"Gua yang nyuruh dia duluan, dah ah yok pulang" ajak Aufa menarik tangan Rara rusuh. Rara pun dengan cepat menggapai tas dan hoodienya yang sedari tadi memang rapi.
*
*
*"Kenapa apan nyuruh Mayla jangan bangunin Rara sih pan?" Tanya Rara yang masih kesal pada Aufa.
Mereka berdua kini tengah berjalan pulang bersama. Kenapa tidak menggunakan motor? Atau setidaknya sepeda? Karena rumah mereka dekat. Jika berjalan santai 15 menit pun mereka sudah sampai di rumah..
"Tadi gua ngobrol dulu sama firya di kelas. Jadi sengaja gua gak bangunin lo, biar ada yang nemenin" ucap Aufa énténg tanpa rasa bersalah
"Oh jadi sedari tadi Rara di jadiin nyamuk gitu hah?!" Ucap Rara seraya menghentikan langkahnya dan berkacak pinggang.
"Hehe, lo gua jadiin monyet bukan nyamuk wlee" ucap Aufa dengan nada mengejek dan menjulurkan lidahnya.
"IH APAANN!!" Rara pun memukuli pundak Aufa yang mulai lari menghindar. Mereka menghiasi jalan komplek yang sepi dengan tawa mereka. Matahari senja pun tersenyum.
Auwsstttss
Aufa yang kaget langsung membalikan tubuhnya dan melihat Rara yang terjatuh.
"Ck makanya jangan lari-lari" tegur Aufa sambil menjulurkan membantu Rara
"Apan pusingg" lirih Rara sambil memegang kepalanya yang berdenyut
Aa yang mendengar itu langsung menjongkokkan tubuhnya
"Naik!!" Perintah Aufa singakt
"Apan"
"Ck cepet"
*
*
*
*
*
*
*Hai hai guys call me Rara! Gue sengaja pake name panggilan sendiri biar lebih leluasa aja. Ngak ada sangkut pautnya sama pribadi kok. Suerr
Gimana prolognya?? Kalian suka ngak?
Awal-awal udah keliatan tuh ada berapa ceweknya si Aufa..
Tapii.., kenapa Rara masih mau aja sama tu cowok
Semua hal pasti ada alasannya ya seng, tunggu aja
Dah dulu deh ya. Bye
Vote. Vote. Cantik.

KAMU SEDANG MEMBACA
RAQILLA
Novela Juvenil"Denger ya Ra! gua kagak gini karna status lo lebih jelas dari pada mereka. Lo itu SAHABAT gua. Sedangkan mereka hanya hts gua" - Aufa "Lo itu spesial di hati gua Ra tapi entah sebagai apa" - Devan "gua cintanya sama Nenda. Tapi rasa sayang gua lebi...