Clara amanda joseph ya itu namaku. Umurku tepat 23 tahun pada agustus ini. Aku terlahir dari keluarga yang bisa dibilang bercukupan. Ayahku adalah seorang manager di perusahaan yang bergerak di bidang transportasi dan ibuku adalah seorang dokter yang berkerja di rumah sakit swasta. Aku mempunyai satu orang adik laki laki yang masih duduk di bangku sma, kenakalannya selalu membuat ayah dan ibu dipanggil ke sekolah karena ulahnya dan tak jarang aku yang harus menggantikan orang tua ku ke sekolah untuk memenuhi panggilan tersebut. Hidupku tidaklah mewah. Tapi sederhana saja aku bahagia dengan semua ini.
Bukan dalam artian bahagia yang sesungguhnya karena kebahagian itu tidak pernah lagi ku kenal sejak aku pergi dari kehidupannya. David smith brooklyn, bahkan untuk mengeja namanya saja dapat menggetarkan hatiku. Berada di sampingnya adalah keinginan terbesarku, ya walaupun aku yang memilih untuk meninggalkannya bukan berarti aku tidak mencintainya, tapi karena aku tidak ingin dengan ada aku disisinya membuat langkahnya terhenti.
Aku hanya ingin dia sukses menjadi direktur muda dalam umur 24 tahun dan mengambil alih semua perusahaan keluarganya. Menjadi salah satu kebanggan di keluarganya itulah david yang ku kenal. Kata rindu tidak pernah bisa lagi mengungkapkan kerinduanku padanya. Wajar saja aku telah berpisah 5 tahun dengannya. Dan aku tak pernah tahu apakah dia sudah sukses menjadi CEO muda sekarang atau menikah dan memiliki anak tentunya.
Membayangkan saja membuat mata ku terasa perih, air mata karena merindukannya tak dapat ku bendung. Biarkanlah semua mengalir walaupun segelintir harapan menginginkan nya tetap mencintai dan menungguku kembali.
Flashback
"Hi aku david" sapanya ramah sambil menjulurkan tangannya. Aku tidak membalas hanya saja aku terlalu terpaku dengan mata indahnya yang kutahu dapat membuatku merasa nyaman. Mataku turun menjalajahi setiap inchi ciptaan tuhan yang sempurna ini mulai dari hidung mancung dan bibir yang terlihat sangat merah, yang membuatku sangat ingin mengecupnya. Oh tuhan sepertinya ada yang salah dengan otakku.
"Mengagumi wajah tampanku eh?" Ucapnya usil dengan disertai senyuman manis yang kuyakin melebihi kegantengan dewa yunani sekalipun. Eh tunggu, apa tadi dia bilang? Tampan? Oh percaya diri sekali cowok ini ya walaupun aku mengakui karena nyaris setiap cewek yang lewat di depannya pasti melempar senyum kegenitan mereka.
"Maaf? muka lo dibilang ganteng? Gak salah dengar gue? Muka kayak penjual sate didepan rumah gue eh dibilang ganteng?" upss sate? Setauku di depan rumah gak ada yang jual satelah *ok abaikan*
"Wajah seganteng ini dibilang mirip penjual sate? Bisa habis itu satenya diborong ibu ibu di komplek. Tapi gak masalah kok kalau aku jadi tukang sate kan tukang satenya tuh jualan di depan rumah kamu" ucapnya usil sambil mengedipkan matanya ke arah ku.
"Liat aja kalau lo berani gue lempar itu gerobak sate ke got sekalian lo nya gue lempar" ucapku dalam sekali tarikan nafas. Mulut sama hati emang gak pernah sejalan. Mana mungkin aku ngelempar orang seganteng dia kedalam got, yang ada malah aku yang kesensem sendiri.
"Yaudah, Jangan emosi terus dong nanti cepat keriput lagi mukanya. Aku david nama kamu siapa?" Wah gak benar ini orang masak wajahku dibilang keriput.
"Clara" Ucapku malas dan ketus.
Tak berpikir lama lagi aku langung pergi meninggalkannya. Samar samar aku dapat mendengar perkataanya yang kuyakin itu ditujukan untukku.
"Clara? Nama yang indah dan kupastikan kau akan menjadi milikku"