6. Demam pt.2

32 5 0
                                    

Tidak terasa hari sudah semakin gelap, Helix juga mulai membereskan meja belajarku yang tadi digunakan untuk menyelesaikan pekerjaanya.


"Ungh~ aah~ akhirnya selesai juga kerjaan hari ini"

Selesai memasukan semua berkas berkasnya ke dalam tasnya, wanita itu kembali mendekat tapi kali ini dia duduk di menyamping di atas tempat tidurku.
Ia menempelkan tangannya ke leherku untuk kembali mengecek suhu tubuhku.


"Panasnya sudah mulai turun, mungkin besok sembuh."


"Hehehe kan di rawat sama Helix jadi pasti sembuhnya."


"Kamu berkeringat banyak banget, sini aku seka badanya"


"Eh? Jangan, maksudku aku bisa sendiri kok. Sudah helix gak papa aku gak mau terus - terusan bikin repot."


"Sudah kamu nurut aja. Cepetan lepas bajunya!"


"Jangan Helix aku belum siap untuk ini."


Aku yang panik pun melipat tanganku di depan dada karena merasa malu. Tetapi Helix masih


memaksa untuk membantuku membersihkan diri.


"Kamu itu kalau tidak dipaksa seperti ini pasti nanti juga tidak akan dilakukan. Sudah sini aku


bantuin"


"Tapi Helix... aku kan malu"


"Malu kenapa? Kan kita sama - sama cewek?"


Akhirnya aku pun terpaksa mengiyakan Helix untuk menyeka badanku yang basah keringat.
Aku duduk membelakangi helix sambil menanggalkan baju tidurku. Awalnya aku hanya melepas bajuku, ternyata helix juga menyuruhku melepas celanaku juga.


Sekarang aku hanya mengenakan celana dalamku sambil duduk tersipu sambil menutup bagian


depan badanku dengan selimut.


"Pelan - pelan ya Helix, aku gampang geli orangnya"


"Iya - iya. Sudah kamu diem dulu"


Perlahan Helix menggosokkan handuk yang dia ambil dari lemari baju.
Berawal dari tengkuk, punggung, hingga pinggangku dijamahnya tanpa terlewat sedikitpun.
Rasa geli ini membuatku bulu kudukku berdiri.


"Belakangnya sudah. Sekarang Hadap sini, biar depanya aku bersihkan sekalian"


"Jangan dulu, aku masih malu kalau di lihat orang lain"


"Kalau begitu aku bersihkan dari belakang ya?"


Aku hanya bisa menjawab dengan menganggukkan kepalaku.
Tangan Helix mulai bergerak ke bagian depan tubuhku seakan memelukku dari belakang.
Diusapkan handuk itu dari perutku


mengarah ke atas, diusapnya dengan lembut buah dadaku dari bawah. Entah memang aku yang


mudah merasa geli atau memang ada faktor lain, saat tangan Helix mengusap ujung buah dadaku
Serasa menghantarkan aliran listrik kecil yang menyebabkan seluruh tubuhku merinding dan sedikit menggeliat.

Tangan itu berlanjut naik ke leher, terasa ada rasa nyaman saat ia menyentuh lembut bagian bawah daguku.


Pundak, hingga ke ujung jari tanganku juga tidak lepas dari bilasan lembut tangannya.

Setelahnya membersihkan bagian badan atas, Helix kembali memegang pinggulku untuk mulai membersihkan bagian bawah.
Disaat itu pikiranku sudah mulai kabur dan tidak bisa kembali logis.
Aku yang sebelumnya membelakanginya, sekarang di arahkan untuk duduk di atas kasur sembari kakiku di turunkan ke lantai.

Di ruang BK kita bertemuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang