Prolog

3 0 0
                                    


Duduk bertatapan di lantai atas sebuah kafe, salah satu gadis menatap sosok di depanya dengan serius, keningnya berkerut menuntut jawaban.

Dihadapanya gadis dengan sweater rajut ungu muda hanya menopang dagu sambil menatap sendu.

Terperangkap, rasa tidak nyaman selalu menyelimutinya ketika hal ini terus menjadi pembahasan mereka. Tidak bisakah ia dan sahabatnya bertemu hanya untuk membicarakan hal-hal sederhana? Dia ingin menjalani hidup dengan rasa syukur tanpa terus membuang nafas berat.

"Lo yakin?" gadis itu kembali bertanya.

"Yakin seratus persen yakin." walau terdengar tidak meyakinkan.

"tuh kan nada lo aja lesuh banget, itu artinya lo masih sayang sama sih Al, Laa.." memperkuat argumen nya, dia berusaha meyakinkan sang sahabat akan pilihanya.

"apaansih, Sel udah gue bilang gue sama Al udah usai, lo kenapa maksa banget? Sebagai sahabat lo seharusnya dukung keputusan gue.. Lo nggak tau aja alasan kita putus--"

"Iya! lo belum cerita sama gue kalian kenapa."

mampus

rutuknya dalam hati.

Dia mengigit bibir bawahnya gemas, terlanjur mengungkapkan sepatah kata yang seharusnya belum waktunya untuk terujar.

"Cerita sama gue.. Kita sahabat kan?"

"Sel, nanti ada waktunya lo akan tau gue nggak bisa ngomong soal itu sekarang karna ini menyangkut privasi Al juga. Walaupun statusnya mantan dan ini adalah perbuatan yang bikin gue patah hati berhari-hari but please.. Kasih ruang buat gue."
Dia memelas, memohon pengertian.

Walau dipenuhi rasa penasaran yang tak tertahan, tapi dia mau tidak mau harus berada di sisi sahabatnya.

"Kalo lo udah siap, cerita sama gue ya.. Gue nggak mau aja lo buat keputusan yang salah, gue juga butuh tau cerita lengkapnya biar gue juga nggak salah paham sama sisi manapun."

Dia menarik nafas, menatap gadis di depanya yang hanya mengangguk anggukan kepala.

"Gue nggak maksud ikut campur La, tapi lo itu sahabat gue, pokonya apapun itu pastiin keputusan ini bikin lo bahagia ya."

"Pasti, gue jamin itu."

"Sel, lo tau nggak cowo yang namanya William anak sefakultas lo."
Pembahasan baru tiba-tiba saja dimulai.

"ada banyak namanya William."

"William Angkasa."

Mata gadis di depanya seketika membulat, terheran-heran darimana sahabatnya ini mengetahui nama dari pria yang keberadaanya cukup terkenal di se antero fakultas Desain.

Terkenal dengan kepribadianya yang sedingin Antartika

"Iya, kenapa?"

"Gue mau ketemu."

"Nggak usah! Nggak bakal lo ketemu sama dia. Dia itu kek jelangkung tiba-tiba muncul tiba-tiba hilang, nggak pernah ngomong nggak pernah mo negur mahasiswa laen. Apa jangan jangan..."

"Daebal! Lo suka ya sama dia?! Ganteng sih, bisa dibilang salah satu yang paling ganteng di fakultas. Lo kenapa bisa tau? Dia nggak ada sosmed, wa nya pun setengah mati di dapet anak-anak jurusan Dkv."

"Apasih ketemu aja nggak pernah, kemaren dia kecelakaan terus gue tolongin, tapi buku gambarnya ikut kebawa."

Disitulah, awal mula takdir mempertemukan dua individu dengan kepribadian yang begitu berbeda ke dalam satu cerita cinta yang rumit.

Sour GrapesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang