Marvel menatap ke arah jendela, matanya menyorot dalam ke arah pelayan yang wanita yang pertama kali ia lihat, "cewe gila."
Marvel membuka jendelanya yang didepan kacanya terdapat vas berukuran sedang terbuat dari kaca. Ia mendorong vas itu dan jatuh tepat mengenai wanita itu.
Marvel tersentak saat ia melihat seorang laki-laki mendongak ke atas dan menatapnya, tubuhnya meremang. Ia cepat-cepat menutup jendelanya.
"Marvel."
Marvel menoleh, ia melihat Agra berjalan mendekat ke arahnya. "Ayo turun, dia sudah pulang."
Tangan Marvel digenggam, ia nampak patuh dan mengikuti langkah Agra. Sampai di lantai bawah, semuanya sudah berkumpul. Marvel nampak terpaku melihat wajah yang sama.
Marvel tanpa sadar memundurkan langkahnya saat laki-laki itu mendekat, ia merasa tak nyaman entah mengapa.
Pluk!
Merasa sesuatu menahannya untuk mundur, ia menoleh dan melihat Agra berada di belakangnya.
"Ukh!!" Tangan Marvel ditarik kencang ke depan.
Marvel memiringkan kepalanya saat kepala laki-laki itu berada di lehernya dan mengendus-endusnya.
"Dia membunuh pelayan wanita."
Tubuh Marvel menegang, "e-enggak ah!!" Marvel meringis saat pinggangnya diremas kencang.
Tangan Marvel ditarik tiba-tiba, ia mau tak mau berjalan menyesuaikan langkah laki-laki di depannya. Ia menggigit bibirnya risau saat mereka berjalan keluar.
"Lihat, kamu melempar vas dari atas sana Marvel."
Jevgas melirik tajam ke arah putranya, Marvel. Ia melangkah mendekati mayat itu dan jarinya terulur mengambil darah merah tersebut. Jevgas melangkah mendekati Marvel, tangan kirinya terulur meremas pipinya dan dua jarinya yang terdapat darah mendorong masuk ke mulut Marvel.
"Huek!!" Marvel memalingkan wajahnya, perutnya terasa bergejolak ingin muntah karena merasakan darah.
"Pa..."
Perasaannya semakin tak enak saat melihat Zein datang dan membawa pisau ke Jevgas.
"Hiks m-maaf!!!" Marvel berusaha untuk menjauh, namun tubuhnya dipeluk erat dari belakang oleh Agra.
"Kak, santai saja. Papa hanya memberimu sedikit hukuman."
"D-daddyy j-jangan!"
Tangan Marvel digenggam, telapak tangannya dibuka paksa. Jevgas menekan ujung pisau tajam itu hingga membuat garis goresan di telapak tangan Marvel yang lama-kelamaan memunculkan darah.
"Ssshh s-sakitt!!"
"Jangan gigit lidahmu sendiri." Arga yang merupakan putra sulung mengulurkan jarinya menahan agar Marvel tak menggigit lidahnya.
Pisau tajam itu dilempar sembarang arah, Jevgas menggenggam tangan Marvel dan mengecupnya. "Ayo masuk, sayang."
Sampai di dalam, seorang pelayan nampak sigap datang dengan membawa kotak obat. Saat ia hendak mengobati Marvel, sebuah suara terdengar.
"Ya ampun kak Marvel!!" Sheila menuruni tangga tergopoh-gopoh, ia meraih tangan Marvel yang terdapat banyak darah.
Tangan Marvel ditarik dengan kasar oleh Agra, "jangan sentuh, Marvel." Agra menatap tajam ke arah Sheila, namun justru tangannya menekan telapak tangan Marvel hingga membuatnya meringis.
"S-sakit..." Lirihnya.
"Mengganggu sekali."
Marvel menoleh ke samping kanannya saat mendengar ucapan samar-samar, ia melihat Zein tengah membuka bukunya tetapi mulutnya bergumam dan matanya menatap ke arah Sheila.
Sheila mengepalkan tangannya menahan amarah, tatapan beralih ke arah Marvel yang menggelengkan kepalanya kecil. Matanya bahkan mengarahkan ke arah tangga seakan menyuruhnya kembali naik. Akhirnya Sheila naik ke atas tanpa sepatah katapun.
Marvel menatap telapak tangannya, ia berdiri dan mendudukkan dirinya di lantai tepat di depan daddynya.
"Daddy... Sakit..." Marvel meletakkan kedua tangannya yang terbuka di atas paha Jevgas.
Jevgas mengulurkan tangannya mengelus pipi Marvel, ia menyuruh pelayan tadi mendekat dan memberikan kotak obatnya.
Jevgas mengobati telapak tangan Marvel dan membalutnya, ia menepuk-nepuk pahanya.
"Duduk."
Marvel mendudukkan dirinya dengan posisi miring, ia menekuk kakinya dan meringkuk.
Marvel memejamkan matanya, ia tertidur di pangkuan Jevgas.
———
Haha, kangen gak sih? Lucu banget lihat salah satu komen kalian yang ngeluh suruh cepet update (≧▽≦)
KAMU SEDANG MEMBACA
MARVEL
FantasyJiwa baru yang memasuki tubuh Marvel membawa perubahan yang signifikan. Marvel yang sebenarnya merupakan sosok yang pembangkang, berbanding terbalik dengan sosok Jean yang tau bagaimana bersikap pada tiap orang sesuai kepribadian mereka.