16. D-DAY!

6.2K 858 43
                                    

Riji dan Selia sekarang masih berada di kelas mereka, menunggu giliran untuk di rias. Key dan Elya yang kebetulan mendapat tugas untuk mengurus kostum serta riasan hanya bisa mengelus dada meratapi nasib mereka yang menjadi nyamuk.

"Ji, mendingan pake yang ini atau yang ini?" tanya Selia sambil menunjukkan dua liptint ditangannya.

Riji menyipitkan matanya, berusaha untuk mencari perbedaan warna yang ada, namun karena tak kunjung menemukannya akhirnya ia bertanya, "Bedanya apa emang sayang?"

"Warnanya mirip kok, tapi rasanya beda. Yang kanan tuh manis gitu, kaya bubblegum? Terus yang kiri ya rasa biasa yang sering aku pake, stawberry." jelas Selia dengan semangat, Riji juga terlihat mendengarkan dengan seksama.

"Yang kanan aja, aku mau nyoba rasa baru. Bosen strawberry mulu." jawabnya dengan yakin.

Elya dan Key berusaha menutup telinga mereka erat-erat, selain telinga, mereka juga berusaha menghalau pikiran jorok yang mengetuk pintu pikiran mereka dengan brutal. Apa-apaan perkataan Riji tentang mencoba rasa baru itu??

Riji dan Selia terlihat berjalan beriringan, keduanya menyalakan mode waras mereka sekarang. Selia berjalan dengan anggun sambil menggenggam tangan Riji, keduanya juga memasang senyum terbaik mereka, keputusan pengurus kelas untuk memilih mereka sebagai pasangan yang mewakilkan memang sangat tepat. Chemistry couple goals dari kelas mereka memang tak terkalahkan!

Semua orang terhanyut akan suasana yang tercipta, jangan lupakan melodi lagu Semua Aku Dirayakan yang terputar dan cerpen mereka yang sedang dibacakan oleh pembawa acara. Semua hal berjalan dengan sesuai rencana, meskipun banyak kesulitan yang mereka alami selama proses persiapan, setidaknya sekarang mereka bisa tersenyum bangga.

Setelah penampilan Selia dan Riji selesai, suara tepuk tangan terdengar dari ujung ke ujung. Penampilan yang mereka buat sangat menakjubkan, semua bagian-bagiannya menyatu menjadi satu kesatuan yang indah. Setelah itu, acara dilanjutkan, satu persatu kelas menunjukkan hasil kerja keras mereka selama 2 minggu lebih ini.

Acara sempat dijeda sejenak sembari menunggu para juri mendiskusikan siapa pemenangnya, juara akan diambil dari tiap angkatan. Sedangkan di belakang sana, terlihat Selia dan Riji yang duduk bersama, genggaman tangan mereka masih tak terlepas sedari tadi.

Selia merasa sangat gugup sekarang, beberapa bulir keringat terlihat keluar dari pelipisnya, jangan lupakan detak jantungnya yang sangat kencang sekarang.

"Enggak apa-apa kalau kalah, Sel. Kan anak-anak juga bilang begitu, yang penting pengalamannya." Riji menatap Selia dengan dalam, berusaha menenangkan pacar cantiknya itu. Dan saat pengumuman juara untuk angkatan mereka dibacakan, mereka kompak memejamkam mata mereka, menahan rasa gugup yang membuncah di dada.

Dan saat mendengar nama kelas mereka disebut sebagai juara pertama, Selia langsung berteriak kegirangan. Ia bahkan meloncat-loncat kecil tanpa memperdulikan heels yang sedang ia pakai.

Setelah proses penerimaan hadiah dan berfoto selesai, semua orang kembali ke kelasnya untuk merayakan kemenangan. Caine juga sudah terlihat menunggu mereka di belakang panggung.

"You guys did such a great job!" Caine memuji mereka dengan senyum riang sambil bertepuk tangan.

Selia yang melihatnya lantas merengek terharu, ia menghamburkan dirinya ke pelukan Caine. "Mami aku gugup banget tadi hueee, takut banget kalah." keluh Selia.

Caine hanya tertawa mendengarnya, ia menepuk-nepuk pelan punggung Selia berusaha menenangkannya. Di sisi lain ia juga memberikan gestur ke Riji untuk bergabung, dan Riji juga langsung menurut dan ikut ke dalam pelukan itu.

"Ditunggu punya tunggu malah pelukan disini, udah kaya teletubbies aja anjir." Mereka bertiga kompak menoleh, ternyata ada Rion dan Gin yang menjemput mereka. Yang barusan bicara adalah Gin, Rion? Ia cuma menatap mereka datar.

Sebenarnya, semua anak-anak di kelas sudah meminta maaf kepada Rion dan memperlakukannya seperti biasa, bahkan panggilan papi masih melekat padanya. Hanya saja Rion yang seperti sedikit menjaga jarak, mungkin dia merasa agak canggung sehabis perdebatan kemarin.

Akhirnya mereka semua berjalan untuk masuk ke kelas, merayakan kemenangan yang mereka dapatkan dengan kerja keras mereka. Suasana kelas amat meriah sekarang, ada makanan di tiap meja sebagai jatah tiap orang, tidak lupa dengan minumannya. Mereka makan bersama siang itu, Pak Istmo juga turut hadir dan mengapresiasi mereka. Karena selama proses pengerjaan, pak Istmo tak begitu memberi bantuan yang berarti selain memberi mereka semangat. Suara canda tawa dan orang berbincang terdengar dari kelas mereka sampai ujung lorong, Rion juga terlihat mulai bergabung dengan yang lain.   Caine tersenyum sambil memperhatikan sekitarnya, meskipun kemungkinan besar Rion dan dirinya tak akan pernah kembali seperti dahulu, setidaknya suasana kelasnya membaik sekarang.

Setelah selesai makan, mereka semua sengaja berbincang santai. Menunggu niat datang menghampiri mereka untuk bergerak pulang, namun ditengah keributan yang terjadi, tiba-tiba terdengar ketukan dari pintu kelas yang mengalihkan perhatian mereka.

"Eh, sorry ganggu. Gue mau ngejemput Caine buat ngajak pulang." Makomi berdiri di depan pintu dengan canggung, karena perhatian semua orang tertuju padanya.

Caine lantas pamit untuk pulang lebih dahulu, lalu keluar dari kelas bersama Makomi. Keduanya terlihat makin akrab sekarang.

"Sat set banget ya Makomi. Nggak kaya sebelah tuh sahabatan lama, udah cemburu nggak jelas juga sampe berantem, tapi jadiannya malah sama yang lain." Sindir Echi sambil sengaja sesekali melirik ke arah Rion, Rion tentu saja sadar bahwa ia di sindir, namun hanya bisa menunduk pasrah. Reaksi Rion yang begitu memunculkan suara tawa dari beberapa orang.

Makomi baru saja selesai memasangkan helm pada Caine, senyumnya ikut mengembang karena melihat senyum manis Caine tidak luntur dari wajahnya sedari tadi. Jujur saja, Makomi lebih suka jika ada senyuman manis yang menghiasi wajah pemuda bersurai merah itu dibanding air mata seperti semalam.

Ia mencubit pipi Caine gemas, "Lagi seneng banget ya karena bisa menang?"

Caine terkekeh mendengar pertanyaan Makomi. "Nggak salah sih, alasannya gitu juga. Hari ini banyak yang ngebuat aku seneng kak." jawabnya.

Makomi mengangguk paham, ia menepuk-nepuk pelan helm yang di pakai Caine, "You handled it well, Caine. I'm so proud of you." Ujar Makomi dengan senyum bangga.

Caine terpaku sejenak melihatnya, lalu ia juga ikut tersenyum, "Makasih juga ya kak buat beberapa hari belakangan ini, aku banyak ngerepotin kakak."

Makomi tertawa kecil, "My pleasure, Caine. Udah, sekarang naik. Kosong banget nih jok belakang kakak." godanya dengan senyum jahil. Caine tergelak mendengarnya, namun tetap menurut dan ikut naik ke motor.

Perasaan hangat menyelimuti hati keduanya, Caine berusaha menahan senyumannya di belakang sana. Biarlah mereka menikmati waktu berdua bersama, untuk kali ini saja.

TBC

Tokyo Noir Class || RioncaineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang