Kini Damar sudah berganti dengan kostum yang ketiga yang lebih sporty. Dengan celana jeans dan t-shirt berwarna putih dan sepatu kets membuat penampilan Damar terlihat lebih manly. Untuk ke sekian kalinya ia berpose sesuai arahan fotografer untuk mendapatkan hasil foto yang maksimal.
"Bagaimana kisah awalnya Mas Damar terjun ke dunia kuliner dan menjadi chef?" Tanya sang wartawan yang kini sudah duduk di depan Damar yang telah menyelesaikan pemotretan untuk cover sebuah majalah.
"Sejak masih kecil saya tinggal dengan nenek saya. Berhubung nenek saya saat itu sudah tua dan dia punya masalah kesehatan yang membuatnya tidak bisa melakukan banyak hal di rumah sehingga saya harus membantu nenek saya untuk mengerjakan segala macam pekerjaan rumah tangga, termasuk memasak. Disitulah saya memulai karir memasak saya." Jawab Damar dengan santai.
"Kapan tepatnya Mas Damar memutuskan bahwa menjadi chef adalah passion Mas Damar?"
"Saya lupa persisnya kapan. Yang jelas semua berawal dari saya bekerja part time di sebuah restoran Italia. Beruntungnya, saya mengenal seorang chef yang kemudian banyak membantu saya melatih skill memasak saya hingga akhirnya saya bisa bersekolah di Australia."
"Disamping seorang chef, anda memiliki program sendiri di televisi dan juga pernah tampil sebagai model di catwalk. Anda begitu multi-talented." Puji sang wartawan.
"Rasanya berlebihan jika anda menyebut saya seperti itu." Ucap Damar dengan diplomatis.
"Apa yang membuat Anda menerima tawaran – tawaran di luar profesi Anda sebagai seorang chef?"
"Tadinya saya cukup punya banyak pertimbangan dalam menerima sebuah tawaran yang datang karena saya memiliki profesi yang membutuhkan fokus yang tinggi agar apa yang saya kerjakan bisa bermanfaat untuk orang lain. Dan untuk pekerjaan saya di luar dapur, itu semua berawal dari ketidak sengajaan."
"Lalu bagaimana Anda membagi waktu antara pekerjaan Anda sebagai chef dengan pekerjaan Anda yang lainnya?"
Damar dengan luwes menjawab semua pertanyaan yang diajukan oleh si pewawancara. Di tengah proses wawancara berlangsung, muncul sosok wanita berkerudung biru muda. Usai berbicara dengan seorang staf, ia berjalan menuju meja komputer untuk melihat hasil jepretan foto yang baru saja dilakukan.
Akhirnya proses wawancara selesai dan Damar menyapa para staf sambil mengucapkan terima kasih hingga pada akhirnya ia sedikit terkejut dengan sosok wanita berkerudung biru yang berdiri tak jauh dari sang fotografer.
"Sepertinya kita pernah bertemu sebelumnya." Ucap Damar yang merasa tidak asing dengan wajah sang wanita.
Sang wanita berkerudung melihat ke arah Damar. "Ya. Waktu itu kita pernah ketemu di acara fashion shownya Mas Baron."
Damar mencoba menggali kembali ingatannya.
"Ya. Kamu adik temennya Mas Baron kan?"
Sang wanita mengangguk sambil tersenyum ramah. "Iya Mas. Perkenalkan, saya Fanny Nurazizah. Panggil saja saya Fanny." Ujar Fanny sambil mengulurkan tangan kanannya pada Damar.
Damar menyambut uluran tangan Fanny. "Saya Damar. Saya nggak nyangka kalau kamu ternyata kerja disini."
"Saya redaktur pelaksana disini Mas."
"Berhubung saya masih ada urusan yang lain, saya mohon izin pamit dulu. Kalau ada waktu, datanglah ke Borealis Cafe."
"Insya Allah Mas. Terima kasih atas undangannya." Jawab Fanny sambil tersenyum.
Lalu Damar segera menghilang dari studio untuk segera mengganti kostum dan bergegas menuju cafe tercintanya.
●●●
KAMU SEDANG MEMBACA
Journey of Love 1 : Undenied
RomanceMa, akhirnya Melati temukan dia. Orang yang selama ini Mama inginkan untuk menjadi bagian dari keluarga kita. Awalnya Melati gugup ketika pertama kali bertemu dengannya. Melati takut kalau niat Melati yang sebenarnya ketahuan olehnya. (Melati) Kena...