5

4 0 0
                                    

Dina melihat buku catatannya setelah menghabiskan steak-nya. "Kostum untuk keluarga udah. Hiasan untuk acara wedding juga udah. Kostum buat EO juga udah. Tinggal booking tempat wedding aja."

"Kalian bikin kostum buat kita juga?" Tanya Micky dengan sedikit terkejut.

Dina mengangkat wajahnya dan menganggukkan kepalanya.

"Kalian nggak perlu repot – repot nyiapin kita kostum, Din." Ujar Micky usai menghabiskan steak-nya.

"Nggak apa – apa Mas. Ini juga Mas Roy yang minta, biar semuanya kelihatan sama. Jadi nggak ada bedanya antara keluarga sama EO. Kan nggak rapih saja kelihatannya Mas." Jawab Dina lalu meneguk air putihnya.

"Kalau begitu, sampaikan terima kasih gue buat Roy."

Dina membalasnya dengan tersenyum.

"Sekarang aktivitas kamu apa?" Tanya Micky.

"Kalau sekarang sih Dina nggak terlalu sibuk. Paling cuma ada beberapa pemotretan aja. Biar Dina bisa fokus sama weddingnya Mas Roy."

"Adik yang baik." Puji Micky sambil tersenyum.

"Mas Roy abang Dina satu – satunya. Makanya Dina harus bikin semuanya perfect."

"Trus kapan kamu mau nikah? Udah punya pacar belom?"

Dina menggeleng. "Cari cowok yang mau diajak serius itu susah."

"Pasti ada kok. Sabar saja, nanti kalau udah waktunya dia pasti akan datang."

"Mas Micky sendiri gimana? Umur Mas Micky udah cocok banget buat nikah lho."

"Cariin dong." ceplos Micky yang membuat Dina tertawa geli.

"Nggak salah Mas? Kalau Dina yang cariin malah nggak cocok sama Mas Micky. Temen – temen Dina kan banyak dari kalangan model. Yang ada, malah kejadian yang sama terulang lagi." Jawab Dina.

"Maksud kamu sama Suci?"

Dina mengangguk.

"Itu kan nggak sepenuhnya salah kamu, Din."

"Mas Micky pernah ketemu Suci setelah putus?" Tanya Dina.

"Pernah. Waktu itu kita nggak sengaja ketemu waktu aku lagi survei tempat buat proyekku." Jawab Micky.

"Jadi kalian masih berhubungan baik sampai sekarang?"

Micky mengangguk. "Nggak ada alasan untuk membuat hubungan buruk cuma gara – gara kita berdua putus."

"Beda banget sama Dina. Dina lost contact sama mantan pacar Dina yang terakhir."

"Kalian waktu putus sempat berantem hebat ya?" Tebak Micky.

Dina mengangguk.

"Yang penting bukan kamu yang duluan putuskan hubungan silaturahmi sama dia."

"Kalau Dina sih pengennya everything will be back to normal. Tapi kayaknya emang masih sulit."

"Nggak apa – apa. Doakan saja yang terbaik buat dia."

Dina menatap Micky.

"Kenapa kamu natap aku seperti itu?"

"Dina jadi ingat kata – kata Suci setelah beberapa bulan dia putus sama Mas Micky."

"Apa katanya?"

"Dia menyesal berpisah dengan orang sebaik Mas Micky. Dia menyesal karena belum sempat memahami Mas Micky sepenuhnya."

Micky hanya bisa tersenyum. "Itu semua udah berlalu. Mungkin memang aku yang belum bisa jadi yang terbaik untuk dia. Mungkin juga berpisah adalah hal yang terbaik untuk kami daripada bersama tapi malah saling menyakiti."

Journey of Love 1 : UndeniedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang