Bagian 10 - Al Meera

669 119 19
                                    

🍁



Bahwasanya
setiap air mata yang di dapat Sang Anak akibat luka yang diberikan orang tua, adalah bentuk kegagalan kita sebagai manusia.



Sepekan sudah berlalu. Kendati, pesan itu masih belum mendapatkan balasan. Walaupun ia sudah menduganya, tapi jauh di lubuk hatinya, ia tetap berharap pesan itu terbalaskan.

Ia pun sadar untuk tidak menghubungi sosok itu kembali. Tahu bahwa pengabaian yang diberikan merupakan bentuk dari penolakan. Dan, tak ada yang dapat dilakukan selain pasrah menerima.

Meski hari ini akan sedikit berbeda. Sebab untuk kesekian kalinya, mereka akan kembali berjumpa. Dalam rupa yang sama, dalam belenggu yang tak pernah lepas menyesakkan dada. Mereka kembali meramu temu seolah pertemuan itu adalah takdir.

Lelaki bernama Erza itu tengah mematut dirinya di depan kaca. Hari ini, ia diminta untuk memberikan sambutan di acara charity yang diselenggarakan di panti asuhan miliknya. Setelah satu bulan berlalu, acara yang sudah dipersiapkan oleh Nakes dari RS Harmoni pun tiba.

"Daddy..." Panggil seorang anak perempuan yang mengintip dari balik pintu. Erza menatapnya dan menepuk pahanya seolah meminta anak tersebut untuk duduk di pangkuannya.

"Daddy, tampan sekali!!!!" Seru Sang Anak hingga membuat keduanya terkekeh. "Daddy, nggak mau ke luar? Di sana ada paman cantik loh!" Lanjutnya.

Erza paham paman cantik yang dimaksud Agetha adalah mantan kekasihnya, Moeza. "Paman cantik hari ini cantik nggak?" Tanya Erza. Namun Agetha menggelengkan kepalanya. "Paman jadi tampan!"

Lalu, tangan kanan Agetha bergerak bagai gunting yang sedang memotong rambutnya. Erza mengerti dan mengusap surai legam anak angkatnya itu.

"Yuk, kita keluar, Sayang." Erza menurunkan tubuh Agetha dan menggandeng tangan si kecil.

Saat menuruni tangga, entah bagaimana caranya manik Erza langsung menangkap presensi Moeza. Sosok itu sedang sibuk mempersiapkan bingkisan yang akan diberikan untuk anak-anak nantinya.

Lima belas menit kemudian, acara tersebut dimulai dengan pembukaan oleh MC. Erza sudah duduk di sebelah Fany atau di deretan petinggi rumah sakit. Sedangkan para Dokter lainnya duduk menyebar di sekitaran anak-anak panti.

Erza cukup gugup saat menunggu gilirannya untuk memberikan sambutan. Terlihat dari beberapa kali tubuhnya bergerak gusar dan kalau sudah begitu, maka ia harus—obsidiannya menatap Moeza yang berdiri di samping panggung dan sibuk membaca rundown acara.

Dari kejauhan, Erza terus memperhatikan rambut Moeza yang berubah drastis. Sepertinya sosok itu benar-benar mengubah penampilannya. Di mana, menurut Erza, rambut Moeza yang sekarang jauh membuatnya tampak lebih segar.

Kalau mereka bertegur sapa, maka ingatkan Erza untuk memuji penampilan baru Moeza.

"Terakhir, kami persilakan Pak Erza selaku pemilik yayasan untuk memberikan kata sambutan." Ucap MC, sontak membuat Erza mengalihkan netranya. Fany sempat menepuk bahunya guna memberikan dukungan.

Sekali lagi, Erza menatap presensi Moeza sebelum menarik napas dan memulai sambutannya.

"Selamat siang, saya Erza Erlangga. Pertama-tama terima kasih kepada RS Harmoni, Tante Fany, dan seluruh tenaga kesehatan yang telah bekerja keras untuk menyelenggarakan acara ini. Ini merupakan pengalaman pertama untuk yayasan bekerja sama dengan pihak luar dalam membuat sebuah acara.

#MOERZA | Jika Kita Bertemu Kembali [MARKNO AU]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang