Lovasick f: Don't do that to me!!!

5.3K 262 30
                                    

"It's heartbreaking but we're trying to get over it. As disappointed as we were, I think that somehow you have to find a way to think that it happened for a reason."

--Lovasick--

"Aku rasa Sapphire punya suatu kelainan."

"Kelainan? Maksudmu?"

"Aku tak tau pasti... Tapi, dia langka. Maksudku. Dia ini orang yang memiliki kelainan langka. Dan Relvin..."

"Apa?"

"Kau sebenarnya seberapa dekat dengan Relvin?"

"Aku? Sebenarnya aku ini mantannya Relvin. Aku dan dia pernah berpacaran selama satu tahun tiga bulan. Hmm, menurutmu apa itu dekat?"

"Sangat dekat. Apa kau tau? Relvin... Anak itu... Bagaimana aku menjelaskannya ya?"

"Jelaskan saja, Kak. Beritahu padaku apa yang kau rasakan di diri keduanya."

"Baiklah. Pertama, Sapphire. Aku merasakan kalau dia ini gadis yang bermasalah dengan kejiwaannya. Dan ingat, kelainannya itu langka. Kedua, Relvin. Ada sesuatu yang membuat dia selalu waspada dan ketakutan. Sekarang hidup Relvin benar-benar dipenuhi oleh kegelapan, aku tau sebelumnya Relvin anak yang baik. Tapi, karena satu hal dia berubah."

"Apa maksudmu, Kak? Hidup Relvin dipenuhi oleh kegelapan? Apa maksudnya?"

"Ya... Kau harus tau. Relvin sedang berusaha menyelamatkan nyawa banyak orang selama ini. Kalau kau sadar, Relvin dalam bahaya. Sangat amat bahaya. Suatu saat bahaya itu bisa merenggut nyawanya, bahkan mungkin saja semua yang ada di diri Relvin hilang tak tersisa... Tak tertemukan... Relvin akan menghilang jika dia tak mampu lagi bertahan dan melawan bahaya itu. Singkatnya, jiwa dan raga Relvin akan dimusnahkan."

Perkataan Kak Alena semalam masih terekam jelas diotakku. Dari semalam hingga sekarang aku sedang berjalan menyusuri koridor sekolah yang masih sepi pun sama halnya.

Apa maksusnya? Jiwa dan raga Relvin akan dimusnahkan? Relvin dalam bahaya? Relvin sedang menyelamatkan nyawa banyak orang? Dan... Apa itu! Sapphire memiliki kelainan langka?

"Tuan Putri."

Langkahku terhenti ditengah koridor menuju kelas pertamaku, kelas seni. Aku memutar tubuhku, melihat seorang pria paruh baya mengenakan kemeja biru serta celana bahan hitam menunduk sopan kearahku.

Beliau Mr. Smith. Guru matematikaku.

"Maaf mengganggumu. Tapi, Mr. Sev menyuruhmu ke ruang rapat. Disana telah siap semua staf sekolah serta Mr. Sev. Kami ingin membicarakan hal penting padamu."

Keningku berkerut. "Kalian ingin berbicara apa sampai seluruh staf sekolahpun ada di ruang rapat?"

"Maaf, Tuan Putri," guru yang terkenal killer ini merunduk, beliau benar-benar menghormatiku. "Biarkan Mr. Sev yang menjelaskannya."

"Baiklah."

Aku memutar tubuhku kearah jam sembilan. Ku langkahkan kakiku menuju sebuah ruangan besar dengan karpet merah selembut bulu domba menghiasi lantai marmer diruangan tersebut. Warna putih dipadu dengan abu-abu serta hembusan dinginnya ac.

Aku membuka pintu berdaun dua warna hitam legam, di samping atas kusen pintu ini terdapat gantungan nama 'Meeting room' ketika aku masuk, semua orang yang berada di kursi bertingkat-tingkat dari dasar sampai atas bangkit dari duduknya, mereka membungkukkan badan sambil mengucapkan.

"Selamat pagi, Tuan Putri."

Aku tersenyum sambil berjalan ke atas podium. "Pagi."

Mereka masih merunduk disana. Mr. Smith pun sudah ikut, beliau duduk di kursi barisan dasar. Aku menyisir menatap satu persatu tingkatan kursi. Di kursi barisan dasar atau pertama itu ada kepala sekolah, wakil kepala sekolah serta guru-guru senior, di barisan kedua sampai barisan kelima adalah guru-guru, di barisan ke enam sampai delapan adalah orang-orang yang bekerja di TU dan lobby--mereka orang-orang yang mengawasi setiap data siswa dan perkembangannya, semua arsip tentang siswa ada di ruangan mereka dan itu sangat rahasia-- lalu yang terakhir, barisan ke delapan sampai ke duapuluh adalah para penjaga sekolah, satpam, pembersih sekolah serta pedagang kantin.

POL I--Lovasick [Ruby's]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang