Lovasick c: You don't know me.

9.9K 368 13
                                    

"If you want to keep a secret, you must also hide it from yourself."

--Lovasick--

"Selamat datang Tuan Putri... Silahkan masuk dan apa yang bisa kami bantu untukmu, Tuan Putri."

Seorang pelayan wanita paruh baya berseragamkan kuning lembut menyambutku bersama kesepuluh pelayan wanita dan sepuluh pelayan pria, memakai seragam yang sama pula.

Mereka semua membungkukkan badan, terlihat jelas bahwa mereka sangat menghormatiku. Padahal umurku baru tujuhbelas tahun. Apa yang mereka hormati dari diriku ini? Umur mereka bahkan kebanyakkan sudah kepala tiga atau empat atau lebih. Hanya ada satu pelayan wanita yang menurutku mungkin saja seumuran denganku.

Aku memicingkan mata berusaha untuk mengenali wajah mereka satu persatu lalu tatapanku tertuju pada name tag yang mereka kenakan.

Wajah dan namanya asing semua. Apa lagi-lagi Kak Alvin memecat pelayan yang lama? Oh, sialan. Anak itu selalu saja semena-semena!

Aku tersenyum lembut, memegang tangan wanita patuh baya yang tadi menyambutku. Beliau menegang, sepertinya gugup sekali. Apa wajahku menyeramkan?

"Dimana yang lain, Bu?"

"Eh?" beliau mengangkat wajahnya, tatapannya tersirat kebingungan disana.

"Kak Al, Kakek dan Nenek. Dimana mereka? Kenapa mansion ini sepi sekali, Bu?"

Ibu didepanku ini yang bernama Rosa tampak salah tingkah. Apa aku salah berucap?

"Tu-Tuan Putri, panggil saja namaku... Rosa. Namaku Rosa," beliau menundukkan kembali wajahnya. "Tuan muda, Tuan besar serta Nyonya sedang ke bandara menjemput Tuan Putri Candice, Tuan muda Altair dan Tuan muda Daiva."

"Loh? Mereka belum sampai? Aku kira sudah." kataku agak bingung.

Pasalnya tadi Kak Al tiba-tiba saja menelfonku dan menyuruhku untuk datang ke mansion. Tengah malam ia mengirimkan supir, ia mengatakan bahwa ketiga sepupu tak kandung tercintaku berada di mansion. Mereka menginginkanku untuk berada disana.

Awalnya aku marah-marah. Bagaimana tidak? Sudah jam satu dini hari. Aku sedang tertidur pulas sehabis pulang diantarkan oleh Relvin. Pangeran tampan nan kejamku itu. Walau raut wajahnya sangat dingin aku tau dia terus memperhatikanku, bahkan sampai aku masuk kedalam kamar apartement pun dia tetap ada dimobil depan gerbang apartement sederhanaku. Selang sepuluh menit berlalu dia baru melesatkan mobilnya membelah kegelapan dimalam hari.

Aku menguap merasakan mataku yang berat akan kantuk. Oh, ayolah! Aku baru tidur tiga puluh menit tapi kejam sekali Kakakku itu! Dia menyuruhku kesini namun tak ada seorangpun didalamnya selain para pelayan ini!

"Ah ya!," aku berseru menepuk dahiku. Para pelayan sedikit terkesiap menatapku heran. "Kenapa Kakek dan Nenek ikut juga?"

"Tuan besar dan Nyonya ingin makan di restaurant dekat bandara yang terkenal enak, Tuan Putri."

"Hah? Apa ada yang buka jam satu dini hari seperti ini?"

"Iya, Tuan Putri...,"dia mengangguk dan menyuruhku untuk duduk disofa besar yang sangat empuk di ruang keluarga seluas lapangan ini. "Restaurant itu buka duapuluh empat jam."

Aku mengangguk mendengar penjelasan dari Ibu Rosa. "Tumben sekali Kakek dan Nenek makan diluar. Memang mereka belum makan malam, Bu?"

"Nyonya mendadak ingin makan disana, Tuan Putri."

Aku tertawa renyah. Oh Tuhan! Apakah Nenek sedang hamil tua? Memikirkan itu aku jadi geli sendiri. Pemikiran konyol, Ruby!

"Eng... Tuan Putri? Apa yang kau butuhkan? Kami siap mengabulkannya."

POL I--Lovasick [Ruby's]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang