2 - Minggu Pagi

0 0 0
                                    

Suasana pagi hari di meja makan keluarga terasa begitu ricuh. Rema yang tak henti mulutnya untuk mengomentari penampilan suaminya, "papa bisa-bisanya pakai baju seperti ini. Nanti kalau jalan sama mama pasti dikira supir mama. Papa ganti cepetan." Ya, Rema berniat mengajak suaminya untuk ikut acara arisan bulanan, tapi Bawa malah mengenakan kaos lengan pendek juga celana kombor yang membuat Rema tak henti mengoceh. Dan akhirnya ocehan Rema sampai pada penampilan Bawa saat pergi ke Singapura. Lebih tepatnya saat pergi dengan gadis muda berdua di Singapura. Penampilan saat jalan dengan perempuan lain yang sangat nyentrik tinimbang saat jalan dengan istri sahnya.

'Astaga? Harus banget bahas perselingkuhan 3 tahun lalu, lagi?' Sebal Visha dalam hati.

Visha berdiri dari duduknya, mood sarapan pagi di haru minggu kali ini benar-benar hilang karena tingkah kedua orangtuanya itu. Oleh karena itu Visha berniat untuk pindah rumah secepatnya, karena kepalanya setiap hari semakin tegang dengan tingkah kedua orangtuanya. Perdebatan, percekcokan dan segala hal yang membuat Visha benar-benar pusing.

Disini lah Visha sekarang, di taman kota, sebelumnya Visha hanya sikat gigi dan cuci muka, tanpa menggunakan make up, dengan menggunakan daster kaos pendek, juga rambut coklat panjangnya yang di cepol asal, namun wajah gadis itu terlihat masih sangat cantik. Visha hanya berdiam di taman kota itu.

Udara Minggu pagi ini sebenarnya sangat segar, namun begitu mengingat perdebatan kedua orangtuanya di meja makan tadi membuat kepala Visha tiba-tiba pening.

Ada satu hal yang masih menjadi tanda tanya besar di kepala Visha. Papanya bukan satu dua kali berselingkuh dari mamanya, namun kenapa mamanya tak kunjung melayangkan surat cerai untuk papanya? Kenapa mamanya masih mempertahankan pernikahannya walaupun sudah berkali-kali di hianati papanya? Karena menurut Visha tingkah papanya benar-benar sudah kelewat. Selain berselingkuh dengan rekan bisnis, papanya juga pernah menikah siri secara diam-diam dengan perempuan yang seusia dengan Visha. Visha ingat sekali saat itu isinya 15 tahun. Dan disaat itu ia juga menyaksikan mamanya yang hampir mati karena meminum racun. Ya, Rem pernah berniat meminum racun karena sudah kecewa dengan suaminya yang selalu saja menyakiti hatinya.

Karena semua itu membuat Visha mengalami trauma percintaan. Perjalanan pernikahan kedua orangtuanya yang begitu buruk membuat Visha belum berniat untuk terikat dengan pria manapun. Visha beranggapan kalau ia terikat dengan lelaki maka ia harus siap dengan sakit hati dan segala kebohongan laki-laki itu.

Ponsel berdering membuat Visha menoleh ke sampingnya, dahinya berkerut saat kedua matanya melihat penelfon itu. 'Mas Gani?' Bingungnya, 'kenapa tiba-tiba menelpon?' Bingung Visha

Karena setelah perkenalan satu minggu lalu mereka hanya bertukaran nomor WhatsApp, selanjutnya tidak ada percakapan lagi. Gani juga jarang membuat story WhatsApp begitu juga dengan Visha.

"Ya, mas?" Setelah menelpon ke 2 kali baru Visha mengangkat telpon itu.

"Kamu dimana?"

"Di luar rumah."

"Di taman kota?"

Deg, "kok mas Gani tahu?" Bingung Visha.

"Kamu sudah sarapan?"

"Belum," jujur Visha.

"Jalan ke parkiran yang ada di samping kanan kamu, aku tunggu." Setelah mengucapkan itu Gani menutup telponnya.

Visha menatap layar ponselnya bingung. Benar-benar bingung. "Kok dia bisa tahu kalau aku di sini?" Bingung Visha. Ponsel Visha berdering, membuat gadis itu berdiri dari duduknya dan berjalan sedikit cepat ke arah mobil SUV yang tidak asing baginya itu. Mobil Gani. Benar, pria dengan wajah dingin itu berdiri tegap di samping mobil itu, menatap Visha tak henti.

"Bangun tidur langsung keluar rumah?"

Visha menatap Gani tak suka, berani-beraninya pria itu mengomentari penampilannya. Namun di minggu pagi seperti ini Gani sudah berpenampilan rapi, mengenakan kemeja hitam panjang, juga celana bahan hitam. Penampilannya seperti akan pergi ke kantor.

"Mas kok bisa ada di sini?"

"Ya, kenapa? Ini kan tempat umum."

"Jawaban macam apa ini." Sebal Visha mendumel lalu memutar tubuhnya, berniat meninggalkan Gani, Gani menahan pergelangan tangan Visha.

"Temani saya sarapan dulu, kamu juga belum sarapan kan."

Gani dan Visha berjalan sekitar 20 m untuk sampai di kedai soto. Kedai ini sangat ramai pembeli, membuat Visha dan Gani mau tak mau harus antri.

"Kenapa bisa di sini pagi-pagi?" Gani membuka obrolan saat mereka berdua sama-sama membungkam mulut setelah memesan soto. Visha sibuk melamun sedangkan Gani sibuk memperhatikan Visha.

Gani sangat bisa membaca raut wajah lelah Visha, mungkin Visha sedang banyak pikiran.

"Pingin cari udara segar." Jawab Visha tanpa menoleh ke Gani.

"Dengan penampilan sepeti ini? Seperti orang kabur dari rumah."

Visha melirik Gani tak suka, "Mas Gani ngapain pagi-pagi di sini? Penampilannya rapi banget kayak sales." Balas Visha.

"Ya karena saya mau sarapan makanya saya ke sini. Warung ini, langganan sudah 3 tahun. Saya memang ada acara kerjaan setelah ini. Mau tanda tangan kontrak penjualan perumahan baru. Sales gimana maksud kamu?"

"Lebih baik kayak sales daripada kayak orang kabur dari rumah." Balas Gani tak mau kalah dengan Visha.

"Ih kok julid. Pamer lagi."

"Kok bisa pamer? Orang saya beneran mau ada tanda tangan kontrak penjualan perumahan baru."

"Siap bos." Malas memanjangkan perdebatan akhirnya Visha yang mengalah. Untung pesanan mereka datang, jadi selanjutnya mereka sibuk dengan pesanan mereka.

"Kamu langsung balik?" Tanya Gani setelah mereka berdua jalan keluar dari kedai soto itu.

Visha menoleh, mengangukkan kepala. "Iya, makasih ya mas traktirannya."

"Nanti malam aku jemput jam 7 malam ya."

"Mau ke mana?" Bingung Visha.

"Tante Rema belum cerita?"

"Belum, memangnya mau ada acara apa mas?"

"Nanti kamu pasti tahu, aku jalan dulu. Kamu hati-hati nyupirnya."

Visha mengangguk, mengamati Gani yang mulai melajukan mobilnya. Ada satu hal yang masih membuat Visha bingung, nanti malam ada acara apa?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 18 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

TravishaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang