Prolog

19 2 0
                                    

"ALLEN!!"

"BERHENTI KAMU!!"

Allen terus berlari menghindari guru BK yang tengah mengejarnya. Heran, ia perasaan tidak melalukan apapun.

"Huh huh ini gue salah apa dah?"

Allen terus berlari dan bersembunyi di balik dinding koridor.

"Bentar bentar, fitnah ini fitnah." gumam Allen.

"Yang mecahin telur ke mobil Bu Endang kan bukan gue." terusnya kembali.

"Ardi sialan!" pekiknya tanpa sadar.

"Ngumpet disini ternyata kamu."

Allen tersentak kaget ketika Bu Endang sudah berada di hadapan nya.

"Suer Bu, bukan saya. Si Ardi itu Bu." ucap Allen.

"Halah! Maling mana ngaku, jelas jelas kamu yang berdiri di depan mobil saya." balas Bu Endang.

"Si Ardi ngelempar telur dari rooftop Bu, kalo nggak percaya kita susul si Ardi ke atas." ajak Allen.

"Yaudah ayo."

Mereka berjalan ke lantai 4, tempat dimana rooftop berada.

"Saya dobrak ya Bu."

"Ja-"

Brakk

Bu Endang menghela napas lelah, pintu rooftop rusak dan akhirnya mereka masuk.

"TUH BU! KELAKUAN MEREKA!"

Keadaan rooftop kacau, terigu, bau menyengat dan telur berserakan dimana mana.

"APA APAAN KALIAN?!"

Teriakan dari Bu Endang membuat ke empat lelaki itu terhenti dari kegiatan mereka.

"Ibu kenapa ada disini?" tanya seorang lelaki berambut ikal.

"Jadi kamu yang bikin mobil saya penuh sama telur?" tanya Bu Endang.

"Eh? Mobil ibu kena?"

Bu Endang menatap mereka semua tajam. "Lionell, Ardi, Zyan, Arsya! Kalian semua ke ruang BK."

"Loh? Kok saya di bawa bawa si Bu? Kan Ardi yang lempar." protes Lionell.

"Liat ruangan ini!" perintah Bu Endang.

Mereka semua mengedarkan pandangan nya.

"Ulah siapa ini?" tanya Bu endang.

"Kita." jawab Arsya.

Plakk

"Bego! Kenapa di jawab?" kesal Zyan.

"NAMA YANG IBU SEBUTIN TADI, KE BK SEKARANG!!" teriak Bu Endang.

Allen bersorak riang. "Kalo begitu saya pamit ya Bu."

"Eits, kamu juga ikut saya ke ruang BK." ucap Bu Endang.

"Loh? Ngapain Bu?" tanya Allen.

"Jadi saksi."

Setelah mengatakan itu, Bu Endang pergi meninggalkan mereka ber lima yang menganga. Ardi berjalan mendekati Allen.

"Allen kampret! Jadi lo yang ngadu?"

"Kenapa? Nggak seneng?"

Ardi menggeram kesal. "Ih, kok gitu si? Comel banget."

"Apa apaan lo ngatain gue comel?"

"Kenapa ngadu coba?" tanya Ardi.

"Gue di tuduh, kita tuh harus menekan kan keadilan Ardi Suhardi." jawab Allen.

"NYEBELIN! nama gue Ardi Mahardika." ujar Ardi sembari menghentakkan kakinya.

"Dih, lebay."

Ardi kesal, ia hendak mengangkat tangan nya ke arah Allen. Namun, tangan kekar menghalanginya.

"Jangan kasar."

"Kok lo malah ngebela Allen si?" tanya Ardi.

"Gentle! Lo emang salah."

Setelah mengatakan itu, lelaki itu menarik tangan Allen dengan lembut meninggalkan mereka yang seolah tak percaya.

"LIONELL!!

"JANGAN BILANG LO SUKA SAMA ALLEN!"

****


Allen bernapas lega, akhirnya ia bisa keluar juga dari ruangan mematikan itu.

"ALLEN!"

Allen tersenyum melihat Clarisa-Sahabat nya, menghampiri dirinya.

"Lo darimana aja? Pelajaran pertama sama kedua nggak ada." tanya Clarisa.

"Dari ruang BK." jawab Allen.

"Ngapain? Seorang Allen bikin masalah?" tanya Clarisa.

Allen memutar bola matanya dengan malas. "Gara gara gengnya Lionell."

"Lah? Wah! Kata gue jangan berani berani lo nyari masalah sama mereka." ujar Clarisa.

"Kenapa?" tanya Allen.

"Serem, apalagi lo tau sendiri berita yang beredar soal Lionell sama geng nya." jawab Clarisa.

"Emang berita apaan? Gue sekolah 2 tahun setengah kaga tau apa apa." ucap Allen.

"Lu kan kuper." celetuk Clarisa membuat Allen melotot.

"Ngapain juga gue ngikutin mereka? Emang apa beritanya cla?" tanya Allen.

"Si Lio—"

"Jangan ngerusak otak cewe gue."

Deg

LIONELLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang