LIONELL

[dua]

Sebuah kaca menampilkan gadis yang sudah rapih dengan pakaian SMA nya, Allen menatap pantulan cermin dengan senyum lebar. Secantik ini ternyata.

Tok tok

"BENTAR PIPOY"

Allen tau bahwa itu sang baginda, seperti biasa Arion-ayah Allen. Setiap ingin berangkat pasti menjemput putrinya terlebih dahulu.

Clek

Allen berbalik. "Pipoy all—"

"BANG GHEA!" pekik Allen.

Pria dengan setelah jas dan kacamata hitam yang bertengger di hidung mancungnya menatap Allen bangga, ia tersenyum sembari merentangkan tangannya.

"Saya pulang."

Allen berlari kedalam pelukan pria tersebut, menghirup aroma maskulin yang sudah lama ia rindukan.

"Kangen." rengek Allen.

Ghea Maghma A. Pria itu terkekeh lalu mengelus rambut Allen dengan lembut.

"Berangkat bareng, mau?" tanya Ghea.

Allen melepaskan pelukan mereka, matanya menatap Ghea dengan berbinar. "Mau mau."

Ghea tersenyum lalu menarik hidung mungil Allen. "Princes saya nggak berubah."

Allen menggandeng ghea turun kebawah. "Allen nggak pernah berubah."

"Allen masih yang dulu." sambungnya.

"Ghea mau nganter Allen dulu?"

Suara lemah lembut menghentikan langkah mereka, wanita paruh baya yang masih cantik itu tersenyum menatap mereka.

"Iya mi."

****

Mobil Buggati Chiron milik Ghea memasuki parkiran sekolah dan langsung menjadi pusat perhatian karna Ghea yang turun dari mobil untuk membukakan Allen pintu.

"Jangan cemberut." ucap Ghea.

"Lagian! Nanti kalo kehidupan Allen nggak tenang gimana?" tanya Allen.

"Maksudnya?"

"Ya Allen berangkat sama cowo yang kaya gini, di sangka simpenan om om lagi." ujar Allen membuat Ghea melotot.

"Saya bukan om om Allen, kita cuman beda 4 tahun." balas Ghea.

"Sama aja! Ghea kaya om om."

Ghea menghela napas berat, mengeluarkan uang dari dompetnya.

"Nih."

Mata Allen tiba tiba berbentuk lope. "Buat Allen nih?"

"Iya."

"Seratus"

"Dua ratus"

"Tiga ratus"

"Empat ratus"

"Lima ratus"

"Enam ratus"

"Tujuh ratus"

"Delapan ratus"

"Sembilan ratus"