BAB 45 ( TERBONGKAR )

35 3 0
                                    

Happy reading...

*
*
*
*

" Untuk apa memberi harapan, kalau pada akhirnya itu hanya sebuah hayalan. "

* Zeeva *

Malam ini Laren dan Mela memaksa Dava untuk ikut ke rumah sakit untuk menemani Ilona memeriksa kandungannya. Awalnya Dava tetap menolak dan memberi alasan sebanyak mungkin, namun Laren yang juga keras malah memberi ancaman tiada henti pada putranya itu dan akhirnya Dava terpaksa ikut bersama mereka.

Bukannya bergerak cepat, Dava malah membawa mobilnya dengan santai sampai terjebak di kemacetan. Sampai di rumah sakit, Dava benar-benar tersenyum tipis melihat keluarganya sudah keluar dari dalam ruangan seusai memeriksa kandungan Ilona. Yah, sepertinya datang terlambat adalah pilihan yang benar.

" Baru datang? Dari tadi kemana aja? " Sinis Laren
" Tadi jalanan macet banget gara-gara ada perbaikan, pa. Oh,ya gimana hasilnya? " Dava menatap Ilona dengan senyuman.
" Baik, " Ilona juga tidak kalah dengan senyuman yang dimilikinya.
" Anak kamu tumbuh dengan baik. Kata dokter janin sama ibunya sehat banget. Lain kali lebih di perhatikan,ya kandungannya? " Tangan Mela terus saja mengusap kepala Ilona dengan lembut.
" Iya,tan. "
" Sekarang kamu bawa Ilona pulang. Biarin dia istirahat. Kamu tau sendiri,kan kalau ibu hamil itu cepat capek? Yaudah,sana. " Titah Laren pada Dava. Mela hanya tertawa disaat suasana saat ini cukup hangat.
" Yuk, sayang kita pulang. " Tiba-tiba saja Dava bersikap manis pada Ilona dan membuat gadis itu tertegun sejenak dan Dava langsung membawanya keluar dari rumah sakit.

Sepanjang jalan Ilona terus saja menatap Dava dengan tatapan heran sekaligus sinis karena sepertinya Dava sedang mempermainkan dirinya. Tak butuh waktu lama, rasa penasaran Ilona pun terjawab ketika Dava melepaskan genggamannya di depan rumah sakit lalu berjalan lebih dulu menuju pintu mobil tempat dia akan duduk.

" Ngapain lo bengong di situ? Cepetan masuk! Lo pikir enak bawa mobil seharian? " Cetus Dava tanpa hati.
" Sabar kenapa,sih? " Ilona membanting pintu mobil sedikit kuat dan memasang seatbelt dengan malas.

Mobil pun melaju dengan sangat cepat untuk mengantar Ilona ke rumahnya kembali. Di pertengahan jalan, bukan keheningan yang menerpa melainkan perselisihan tak berujung pun terjadi diantara mereka.

" Ini udah satu bulan lo hamil. Beruntung karena gue belum membongkar rahasia lo. " Manik mata Dava masih tetap fokus kedepan walau mulutnya terus mengoceh untuk memancing Ilona untuk bersuara.
" Gue memang beruntung dari awal. Dari dulu,kan gue udah bilang kalau gue bakal dapetin lo lagi. Zeeva benar-benar kalah kali ini. Lo tau, sampai sekarang gue masih rahasiain kehamilan ini dari mama gue. Mau nggak mau,lo harus tetap nikahin gue, Dav. " Ilona bersidekap dada sambil tersenyum miring.
" Jangan harap. Gue nggak sudi nikah sama lo, apalagi jadi ayah buat anak haram lo. "
" Nggak sudi? Nggak usah sok gitu,deh. Bayi ini juga bakal jadi anak lo jugak. " Dengan paksa, Ilona menarik tangan kanan Dava dan diletakkannya di perutnya.

Dava langsung kalang kabut, berusaha untuk menarik tangannya tapi tidak bisa karena Ilona terus menahan dan apalagi dia juga sedang fokus menyetir.

" Lepasin sialan. "
" Nggak mau. Rasain,deh. Perut gue udah mulai buncit,kan? Didalam sini ada baby kita, loh. " Tangan Ilona mulai menyentuh punggung tangan Dava di atas perutnya.
" Ilona lep-- "
" Halo papa. Papa jangan sakitin mama,ya? Mama sayang papa,loh. Baby juga sayang sama papa. Papa tau,kan kalau mama cuma punya papa yang dia sayang? "

Dava menggigit bibir bawahnya kuat-kuat berusaha menahan sabar dan menahan detak jantungnya yang berdetak kencang. Ini bukan karena dia lemah pada hal seperti ini, itu karena teringat jika memang dirinya seorang yang bisa memahami Ilona setelah pacaran 2 tahun ketimbang dengan keluarganya yang sama sekali memperlakukan Ilona dengan buruk.

Secret 8,3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang