Supermarket Malam

13 16 0
                                    

Setiap sabtu, Renjun akan selalu melipir ke supermarket dua puluh empat jam langganannya untuk belanja keperluan mingguannya sehabis pulang kerja.

"Yosh! Saatnya pulang"

Waktu sudah menunjukkan pukul sembilan malam ketika Renjun telah menyelesaikan pekerjaannya.

"Wah, ternyata cukup larut. Baiklah, aku harus segera berbelanja dan pulang"

Renjun mengemasi barang-barang ke dalam ranselnya. Ia berjalan kaki seperti biasa setiap harinya ㅡpulang dan pergi dari kantor, ataupun ketika pergi ke manapun yang masih bisa terjangkau jarak tempuhnya dengan berjalan kaki. Malam itu, udara sangat dingin. Tubuh mungil Renjun sedikit bergetar karena angin terus menerpa dirinya.

"Sepertinya akan turun hujan. Aku harus cepat"

Ia sedikit berlari, hingga akhirnya tiba di supermarket langganannya. Jarak dari kantor ke supermarket tidak begitu jauh, hanya memerlukan waktu dua puluh menit berjalan kaki.

Renjun sedikit terheran ketika Ia masuk. Lampu di dalam sedikit remang, juga ada bau lembap dan pengap.

"Tidak seperti biasanya"

Ia mengedarkan pandangannya sejenak dan melihat petugas kasir yang asing baginya.

"Oh? Ada petugas kasir baru?"

Renjun mengedikkan bahu, tidak mau ambil pusing dengan segala hal yang terlihat sedikit aneh malam itu. Ia bergegas mengambil keranjang dan mulai menyusuri lorong-lorong yang sudah Ia hafal di luar kepala.

Ia sampai di lorong daging, dan lampu di atasnya berkelip beberapa kali. Renjun menoleh ke atas, dan lampu itu kembali menyala dengan benar.

"Uh, sepertinya lampu ini perlu diperbaiki. Aku akan mengatakannya nanti pada petugas kasir"

Ketika Ia menolehkan pandangannya kembali ke depan, yang bisa Ia lihat di sekelilingnya hanyalah kegelapan. Satu-satunya cahaya yang ada, hanyalah di tempat Ia berdiri sekarang ㅡtepat di bawah lampu.

Lorong-lorong lain yang baru saja Ia lalui, semuanya lenyap, menyisakan kegelapan yang hampa. Dengan ragu, Renjun menoleh ke arah lorong daging yang berada di sampingnya.

"AHHH!"

Sekujur tubuhnya menegang. Ia tidak mempercayai apa yang Ia lihat. Lorong daging yang sebelumnya berisikan daging hewan ternak mentah, kini berisikan potongan tubuh dan organ manusia. Bau amis mulai menyeruak.

Renjun panik dan bingung harus melakukan apa sekarang. Ia hanya dikelilingi oleh kegelapan, yang membuatnya tidak yakin untuk melarikan diri.

"Hashh shaa ashh.."

Suara bisikan menyeramkan yang entah datang dari mana, membuat Renjun ketakutan. Ia berjongkok dan menutup kedua matanya.

"Ini tidak nyata, ini tidak nyata, ini tidak nyata"

Sebuah tangan menyentuh pundah Renjun dan hal itu berhasil membuat sang empu berteriak histeris.

"TIDAK! LEPASKAN AKU! JANGAN SAKITI AKU!"

"Hei, tenangkan dirimu. Kau tadi berhenti di sini dan tidak lama, kau terlihat ketakutan kemudian berteriak. Kau melihat sesuatu?"

Renjun membuka matanya perlahan. Ia melihat ke sekeliling, dan pemandangan sekitarnya sudah kembali normal, layaknya kondisi supermarket yang Ia biasa lihat. Di hadapannya berdiri petugas kasir yang sudah Ia kenal.

"K-kau bekerja hari ini?"

"Tentu saja, aku kan bekerja setiap akhir pekan. Kenapa terkejut begitu?"

"T-tadi, s-saat aku datang, petugas kasirnya bukan kau. Lalu, lampu di sini juga terlihat remang-remang"

Petugas kasir itu terkekeh.

"Ah, aku rasa kau kelelahan karena bekerja. Semuanya tampak seperti biasanya"

Tidak bisa mencerna apa yang terjadi barusan, Renjun memijat keningnya keheranan. Akhirnya Ia memutuskan untuk menyudahi kegiatan berbelanjanya.

"Aku rasa, aku akan berbelanja lagi besok pagi. Sepertinya aku memang kelelahan. Aku akan bayar ini sekarang"

Sang petugas kasir tersenyum dan berjalan menuju ke tempat kasir. Renjun mengekor, namun dompetnya terjatuh. Ia menunduk dan mengambil dompetnya. Ketika Ia mau kembali melanjutkan langkahnya menuju kasir, tubuhnya seperti terhisap cepat entah kemana.

Bruk!

Ia jatuh terduduk di sebuah tempat yang sangat dingin dan gelap. Bau anyir tercium lagi oleh indera penciumannya. Dari kejauhan, ada suara langkah kaki bersamaan dengan suara besi yang terseret di lantai.

Renjun sudah tidak bisa berpikir apapun. Ia rasa dirinya gila. Ia mulai menutup matanya dan kembali merapal.

"Ini tidak nyata, ini tidak nyata, ini tidak nyata"

Tiba-tiba suasana menjadi hening. Renjun pun membuka matanya.

"AHHH!"

Kini dirinya dikelilingi oleh orang-orang aneh yang memakai kostum hewan buas. Bercak darah berlumuran pada kostum-kostum mereka.

"Saatnya giliranmu, Renjun-ah"

Halloween 0.1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang