Sebuah Surat [1]

75 10 23
                                    

START THE CHAPTER!

di suatu siang yang sangat cerah.

"ku mohon.. a-aku tak ada pemasukan lagi.." lirih lelaki yang terbata bata, sangat ketakutan.

"ayolah.. kapan lagi kau membayar hutang-hutangmu? Sudah di beri 5 bulan!.. masa kau tak ingin membayar lagi!? " Ucap sang lelaki yang lebih tinggi.

"Kumohon, berikan aku waktu sedikit lagi.." permohonan itu, hanya di balas berdecak kesal oleh orang yang lebih tinggi, bersurai coklat. Tanpa aba aba,ia mencengkram erat kerah baju berwarna hitam, milik sang surai biru. Surai coklat adalah pelaku yang mengangkat badan orang yang berada di depannya, yang merasakan ketakutan.ia Mengangkat dengan tinggi.

Orang yang berada di belakang surai coklat, sedari tadi hanya diam dan melipat tangannya, akhirnya ia mengangkat bicaranya dan berkata "sudahlah,Nevin. Sudah, jangan kau terlalu keras kepada dia.. lagipula aku tak masalah.." ucapnya santai, mencoba untuk menenangkan kawannya, "TAPI VEL-" seruan nya terpotong, oleh tatapan tajam kawannya,surai ungu.

"Baiklah,Kau kali ini beruntung." Lalu ia melepaskan cengkraman lelaki surai biru tua itu dengan kasar,lelaki yang baru saja di berikan kesempatan lagi, hanya bisa berterima kasih kepada sang surai ungu, biasa di panggil, Elestial ataupun Marvel.

"Tapi.. aku beri kamu waktu 2 minggu lagi,jikalau kau belum menuntaskan hutang kamu. Siap siap saja, Nevin tidak akan memberikan ampun sedikit pun." Jelas Elestial, orang yang di panggil dengan sebutan 'Nevin' hanya diam, Yap. Itu adalah sang surai coklat.

"B-baiklah.. t-terimakasih.." Ucapan Sang surai biru tua hanya di balas anggukan oleh Elestial, "Sama - sama, Ayon." Jawab Elestial, memanggil nama orang yang berada di depan, Ayon namanya.

"Gimana ini.. gw ga punya duit buat bayar hutang.. masa- gw harus jual ginjal gw!?" Ayon hanya bergumam sendiri sembari berjalan jalan untuk menenangkan pikirannya,tetapi. Bisa dilihat sendiri jika itu membuat dia semakin kepikiran akan hal itu.

"Andai aja.. jikalau ayah tidak memberikan semua hutangnya. Diriku ini pasti tak akan di kejar kejar oleh mereka." Menghela nafas lelahnya terdengar, Ia menatap ke atas langit, sangat lah indah. langit yang berwarna biru terang,awan awan yang menghiasi langit itu, kicauan burung terdengar, angin sepoi-sepoi yang menyentuh kulit Ayon. Dan memainkan sedikit rambut berwarna biru tua.

"Well.. sepertinya, memang gw harus jual ginjal gw deh- yah.. gapapa, masih punya 2 kok.. haha!" Ayon menertawakan dirinya yang berpikiran untuk menjual salah organnya,walau itu sangat berisiko kepada dirinya sendiri.

"Kulakukan besok deh.. jangan sekarang. Aku.. belum siap."

Ayon telah sampai di lampu merah, mengapa ia pergi ke sana? Karena itu adalah jalan yang biasa ia lewati untuk sampai di taman kota, wah sangat ramai ya, seperti itulah keseharian di dekat taman kota, pasti ramai akan orang orang.

Ayon menutup kepalanya dengan hoodie hitamnya, matahari sudah mulai terik, cahaya itu seperti membakar kulit Ayon. Lampu sudah berganti,saatnya yang lain untuk menyebrang. Saat Ayon menyebrang, ia tak sengaja melirik ke salah seorang yang berjalan berlawanan arah. Orang tersebut menutup matanya dengan kain putih, rambutnya juga terlihat putih.

Tetapi, Ayon tak bisa melihat terlalu jelas,hanya sekedar melirik nya, tak sampai benar benar menatap orang tersebut. Tapi, kali ini. Ayon merasakan hawa tak enak saat melewati orang tersebut. Dan Ayon tak ingin memikirkan hal itu, jadinya ia membuang jauh jauh pikirannya.

Tetapi, seperti nya memang ada yang janggal.

Kaki yang tertutup oleh sepatu hitam. Ia menginjak rumput di taman itu, dengan bahagia ia berseru sembari merenggangkan tubuhnya."Akhirnya!.. tempat yang membuat ku aman.." Ayon akhirnya sampai di taman kota. Bukan yang utama, tapi taman kota yang jarang di kunjungi. Yap,tidak terlalu ramai, namun,menurut Ayon itu sangat cukup membuat dia menjadi tenang.

Nyawa hanyalah taruhan.[disconnected]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang