"APA MAKSUDMU HARUS MENGORBANKAN ANAKKU SEBAGAI BENTUK TIMBAL BALIK PERDAMAIAN KITA?!" teriak seorang Raja di depan Raja lain yang berstatus musuhnya.
"Hey, aku sudah memperbaiki lahanmu dan membuat kerajaanmu kembali makmur. Sebagian hartaku sudah kau pegang... Kau ingin memberiku apa dengan hasil harta milikku yang ku berikan untukmu?" jawabnya dengan nada mengejek.
Ia adalah Donghae, pria yang cukup terbilang muda bagi seorang Raja karna ayahnya meninggal dengan cepat melebihi batas perkiraannya. Sedangkan pria tadi, Yuhan, hanya bisa pasrah.
"Aku... Akan kembali maju dan akan mengembalikan semua harta yang kau beri!" ucapnya dengan lantang. Donghae tertawa geli dengan netra yang memperhatikan pria di hadapannya dengan rendah.
"Pak tua... Apa kau lupa, kau sudah membunuh anakku enam tahun yang lalu...?" ucapnya. Terdengar datar namun tersirat akan kemarahan yang begitu besar di setiap kata yang pria itu ucapkan.
Tubuh Yuhan menegang. Ia hampir lupa dimana dia membunuh putra dari musuh bebuyutannya yang masih berusia 16 tahun.
Yuhan berpikir remaja tak di kenal itu adalah mata-mata yang di utus musuh bebuyutannya untuk melakukan pembunuhan berencana di Kerajaannya.
Saat itu kedua kerajaan yang di kenal sangat akur dan tak pernah berseteru, seketika berubah menjadi musuh semenjak kejadian tragis itu. Saat ini mereka sedang berdiskusi tentang perdamaian yang akan mereka lakukan dengan timbal balik setimpal tentunya.
Dulunya kedua Raja itu dikenal sebagai sahabat sehidup semati. Mereka bersama sejak kecil dan selalu akur.
Namun semua itu berubah karna kesalahpahaman.
Yuhan tak sengaja membunuh anak dari sahabatnya 6 tahun yang lalu. Yuhan memang memiliki banyak saingan, kala itu banyak kerajaan yang berencana merebut kekuasaannya. Itu yang membuat Yuhan overprotective pada keluarganya, ia takut sewaktu-waktu mereka akan menyakiti keluarganya dan berakhir dirinya hidup menderita dengan semua penyesalan yang menumpuk di lubuk hatinya.
Yuhan terlalu takut dengan apapun yang terjadi padanya di masa depan. Ia sudah banyak belajar dan kemampuannya menguasai kerajaannya sudah meningkat pesat.
"Hei, jangan menatapmu dengan mata membunuhmu. Jika kau membunuhku, bagaimana dengan keluarga dan rakyatku? Tak ada penerus, karna putraku sudah kau lenyapkan." ucapnya di sertai kekehan mengejek.
"Dengar, aku tau bahwa kau memang lebih kuat dariku. Tapi...." Donghae mendekat.
"Tidak dengan istrimu..."
Tangan Yuhan mengepal kuat. Tersirat amarah yang meluap di dalam dirinya. Ia benar-benar marah sekarang, dan sangat ingin membunuh Raja di hadapannya sekarang.
"Mau membunuhku ya?" tanyanya dengan nada mengejek. "Coba saja bunuh aku, tapi taruhannya rakyat dan keluargamu akan hidup sengsara selamanya."
"Apa kau lupa, banyak rakyatmu berpindah ke tempatku? Kau sangat bodoh mengatur kekuasaan." ejeknya. Donghae tertawa mengingat bagaimana bingungnya Yuhan mengenai kekuasan. Kakak pertama yang di nobatkan sebagai Raja meninggal karna sakit keras.
Yuhan tidak menyangka akan hal ini. Ia belum pernah mempelajari tata hal seorang raja karna orang tuanya yang terlalu membebaskannya seenak hati.
Ia memang bisa mengatur rakyatnya, namun jika di pikir-pikir lagi, Raja itu sangat payah mengatur emosi.
Seringkali ia hampir menghancurkan desa dikarenakan hal sepele. Ia juga terkadang menyakiti Ratu dan anaknya untuk melampiaskan semua amarah yang ia tahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
LUCIFER
Historical Fiction"Pria itu hanya di utus sang raja untuk menjaga putri satu-satunya, karna ayahnya telah melenyapkan putra pertama raja. Ia tak pantas mencintai sang putri walaupun ayahnya seorang raja namun raja sialan itu pernah melenyapkan pangeran kita!" "Ssttt...