"Ibu, kemana kita pelgi?" tanya balita perempuan yang masih berusia 3 tahun itu, sambil mendongakkan kepalanya untuk menatap wajah wanita dewasa cantik yang saat ini tengah duduk sambil memangkunya di pangkuannya.Wanita dewasa itu, yang merupakan Ibu dari balita perempuan itu, pun mengulas senyuman lembut atas keingintahuan putri kecilnya itu.
"Kita akan pergi mengunjungi teman Ibu, Rosie," jawab sang ibu, dengan suara lembut dan hangatnya yang khas.
"Teman ibu?" beo balita itu, dengan kepalanya yang miring ke samping dan ke-dua mata hijau zamrud besarnya yang berkedip penasaran. Berhasil membuat sang Ibu menjerit gemas dalam hati lantaran ke-imutan putri kecilnya.
"Iya. Teman Ibu. Kami telah mengenal semenjak Ibu berada di Akademi dan telah menjadi teman baik hingga saat ini. Apakah kamu tahu kenapa kita mengunjunginya sekarang?"
Balita itu menggelengkan kepala kecilnya sebagai balasan, membuat senyuman lembut sang Ibu semakin melebar.
"Itu karena teman ibu baru saja memiliki seorang Bayi!" jawab sang Ibu, dengan antusiasme dan semangat dalam kata-katanya.
"Seolang bayi? Sepelti Ibu memiliki aku?" tanya balita itu, yang mendapatkan anggukan semangat dari Ibunya.
"Ya! Seperti Ibu memilikimu! Dan itu artinya, kamu juga akan segera bertemu dengan teman baru!" kata sang Ibu, masih bersemangat dan antusias.
Kening balita itu mengerut atas perkataan sang Ibu, "Teman balu?"
Sang Ibu kembali mengangguk, sambil mengusap gemas pucuk kepala putrinya yang imut.
"Ya! Bayi dari teman ibu, tentunya akan menjadi temanmu juga!"
"Apakah kamu bersemangat untuk bertemu dengan teman baru, Rosie?" tanya sang Ibu setelahnya, menatap putri kecilnya dengan kedua mata hijau zamrud yang berbinar antusias.
Balita itu terdiam sesaat, mengerutkan keningnya seolah-olah tengah memikirkan sesuatu.
Dan setelah beberapa saat, balita itu kemudian menganggukkan kepala kecilnya, "Eung..! Losie ingin beltemu teman balu!" jawabnya kemudian, yang membuat senyuman sang Ibu semakin melebar.
"Bagus! Kalian pasti bisa menjadi teman baik, sama seperti Ibu dan teman Ibu!" kata sang Ibu, seraya menepuk-nepuk pucuk kepala Putrinya. Merasa Bangga dan senang karena Putri kecilnya itu tampak siap untuk menyambut seorang teman baru, yang akan menjadi teman pertamanya semenjak terlahir di dunia ini.
"Tapi sayangnya, kamu harus menunggu beberapa tahun lagi untuk bisa mengajaknya bermain-main," kata sang Ibu setelahkan, kali ini dengan sedikit kesedihan dan kekecewaan dalam nada suaranya.
"Kenapa, bu?" tanya balita itu. Kembali mendongak untuk menatap sang Ibu.
"Itu karena teman barumu saat ini masih sangat kecil. Dia baru saja berumur satu minggu. Utuk sementara ini, ia hanya bisa berbaring saja di tempat tidur dan akan membutuhkan waktu setidaknya 1 tahun baginya untuk bisa berjalan, lalu 1 tahun lagi untuk bisa sepenuhnya bermain-main denganmu," jawab sang Ibu, dengan helaan nafas yang mengiringinya. Agak sedih dengan perbedaan jarak 3 tahun yang dimiliki oleh anaknya dan anak temannya.
"Belalti Losie halus belsabal?" tanya balita itu, yang membuat sang Ibu kembali mengulas senyuman atas pengertian yang dimiliki Putri kecilnya.
Putrinya memang sangat pintar dan bijaksana untuk anak se-usianya!
"Ya. Rosie harus sedikit bersabar," jawab sang Ibu, sembari mengelus pucuk kepala putrinya, sedangkan pandangan matanya beralih pada pemandangan di balik jendela kereta kuda yang mereka bedua tempati.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Dear, Rossaliete
Romance"Aku seharusnya mati dalam peperangan itu," Rossaliete dè Cavriend. "Apakah kau berpikir aku akan membiarkan itu terjadi?" Alarich Von Zaphiere. Begitu terbangun dari tidurnya, Anna mendapati dirinya secara mengejutkan dan tidak terduga, telah bert...