p r o l o g

10 3 0
                                    

Malam sepi nan sunyi, angin berhembus pelan menerpa hamparan rumput yang luas. Malam itu adalah malam yang indah, dimana langit berhias ribuan bintang dan bulan sabit sebagai pelengkapnya. Tak lupa suara serangga-serangga kecil yang bersahutan mengisi kekosongan malam.

Di malam sepi nan sunyi itu samar-samar terlihat ada dua orang yang sedang duduk di atas hamparan rumput yang luas itu. Kepala mereka menengadah, terlihat seperti sedang menikmati indahnya langit malam.

Selang beberapa detik kemudian, salah satu dari mereka membuka pembicaraan. Hal itu membuat malam itu tak lagi terasa sepi nan sunyi.

"Pernah ga sih lo mikir..?" Seorang perempuan berambut gelombang itu menolehkan kepalanya ke samping dengan kerutan tipis yang menghiasi dahinya. Annisa Qolbun Karimah, namanya. Perempuan cantik berhati mulia yang memiliki kekurangan dalam hal beragama.

"Pernah." Seorang lelaki yang bernama Athar menanggapi pertanyaan itu asal. Widyanata Athar Sailendra, lengkapnya. Seorang lelaki yang paham agama tapi perilakunya masih melenceng dari agama.

"..tentang keinginan buat jadi lebih baik(?)" Lanjut Annisa.

"Maksud lo taubat?"

"Iya"

"Pernah"

"Trus?"

"Ya.. yaudah cuma kepengen aja. Tapi belum gue lakuin." Lelaki itu mengendikkan bahunya acuh.

"Ck! Gue itu kepengen tau rasanya ngejalanin perjalanan atau rintangan buat jadi lebih baik itu gimana. Susah atau engga.." Ujar Annisa dengan wajah kesalnya yang berlanjut lesu.

"Kenapa ngomong gitu?" Tanya Athar penasaran.

"Ya.. gue pengen jadi pribadi yang lebih baik aja dari diri gue yang dulu. Tapi gue takut.." Jelas Annisa yang kemudian rautnya berubah lagi. "Takut gagal di tengah jalan."

"Gagal bukan berarti nyerah, kan? Kalo lo gagal, lo bisa coba lagi sampai lo bisa di tahap yang lo pengenin. Selama lo ga nyerah lo pasti bisa." Ujar Athar menampik perkataan Annisa.

"Seyakin itu?"

"Ya. Karena Tuhan selalu bersama para hamba-Nya yang saleh."

"Kalau hamba-Nya itu ngga saleh?"

"Yang penting mau bertaubat."

"Memangnya bakal diterima?"

"Tuhan itu Maha Pengampun."

"Walaupun hamba-Nya itu banyak berlumur dosa?"

"Ya."

"Tapi kalau nggak mau taubat?"

"Tuhan selalu kasih kesempatan kedua buat hamba-Nya yang masih aja bermaksiat tapi masih mau bertaubat."

"Kalau tetep ngga mau taubat juga gimana?"

"Jangan harap bisa hidup."

Annisa diam membisu. Ia merasa hatinya sedikit tertusuk oleh perkataan Athar barusan. Kemudian ia bergelud sendiri dengan pikirannya. Apakah dirinya selama ini telah sangat jauh dari Tuhan-Nya? Apakah betul ada kesempatan kedua untuknya menjadi lebih baik? Apakah benar yang dikatakan Athar bahwa Tuhan akan mengampuni para hamba-Nya yang berlumur dosa seperti dirinya?? Oh, itu membuat dirinya sungguh merasa bersalah. Bersalah karena mungkin dirinya terlalu durhaka terhadap Tuhan-Nya sendiri.

"Terkadang, hati perlu ditusuk agar cahaya dapat masuk." Batin Athar. Tapi sedetik kemudian, ia berpikir, bagaimana dengan dirinya sendiri? Bukankah dirinya juga banyak berlumur dosa?

Terlalu mudah baginya untuk menasihati orang lain. Namun, terlalu sulit baginya sendiri untuk melakukan apa yang telah ia ucapkan pada orang lain.

_bataswilayah_

Assalamu'alaikum, pemirsa. Ini karya pertama Mii yang telah berhasil dipublikasikan. Maafkan jika ada kesalahan pengetikan maupun penyusunan kalimat, karena Mii sendiri masih seorang pemula.

Tolong hargai Mii dengan memberikan vote dan komennya, ya, teman..

Terima kasih.
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 30 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

HijrahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang