kepergian ibu

3 0 0
                                    

Hari itu, aku menjadi bingung. Entah beberapa kali aku memikirkannya. Orang-orang mulai berdatangan ke arah rumahku. Aku sungguh menjadi sadar, namun tak berharap hal buruk itu datang padaku. Orang orang mulai mengerumin ibuku. TIdak, sama sekali tidak boleh. Meski perasaan ku selalu di buat linglung hari itu.

"Mana aya?sini nak! " Ucap wanita paruh baya itu dengan suara yang getir. Aku tak bisa menahan tangis di pelupuk mataku, namun aku sengaja tak membuat air itu jatuh. Aku menatap kearah ibuku seperti tak ada harapan lagi.

" Aya di sini ma! " Saut ku dengan nada rendah yg sengaja ku tahan agar tangisku tak pecah. Yah air mata yang sedari ku tahan malah meluncur tanpa persetujuan ku. Ibuku meraba wajahku,  sembari memangku pipiku yang kini basah tanpa ku sadari.

" Jangan menangis nak! Cukup doa kan ibu. Tolong bacakan ibu ayat suci alquran saja. " Ucap ibuku aku mengangguki nya. Segera aku mengambil kitab suci ku, sembari membuka lembaran itu dan membacanya.

Rasanya pikiranku di penuhi oleh banyak hal, entah dari bagaimana aku bisa bernama cahaya hairani, dan lahir dalam keluarga ini. Padahal baru saja aku bersama ibuku tak selang dari 3 tahun mengapa Tuhan begitu banyak memberiku kejutan takdir seperti ini.

Sekilas aku melihat ayah yg mencoba menguatkan ibuku, aku tahu ayah pun juga merasakan hal yang sama seperti ku. Aku juga takut akan kehilangan sesosok ibu di hidupku meski di suatu titik aku pernah kesal dengan semua ocehannya. Namun sungguh ia sesosok yang paling aku sayangi.

Aku menatap kosong, kearah kerumunan, bahkan untuk membaca alquran bukan lagi menjadi fokus ku. Aku menatap kearah sesak itu, terdapat adikku yang kecil sedang berusaha menyelinap kearah kerumunan itu.
" Ibu! " Ungkapnya. Hatiku terenyuh, bagaimana tidak adikku yang lugu itu menatap kearah ibuku yang mungkin kini tak bisa melihat kearah siapapun lagi.

Ibuku lagi lagi menyentuh kearah pipi adikku sembari mengusap usap wajahnya penuh kasih.

" Lili jangan tangisi ibu ya! Anak ibu kan udah besar, doa kan ibu aja ya, kan anak ibu pintar! " Ungkap ibuku, adikku hanya diam saja. Mungkin ia tidak mengerti keadaan yang harus ia hadapi hari ini. Aku menatap sendu ke arahnya, anak itu hanya mengangguk. Meski usia kita tak terpaut jauh. Aku yang berumur masih 15 thn dan adikku yang baru menginjak usia nya yang kesepuluh thn.

Meski usia kita tak terpaut jauh namun bagiku iya tetap adik kecil yg lugu bagiku.

Aku menatap ke arah ibuku dengan penuh rasa takut dalam pikiranku.
Samar Samar aku mendengar kalimat la ilaha illallah dalam bibir ibuku dan kini menjadi ucapan terakhir setelah menghembuskan nafasnya yg terakhir.

Tangisku menjadi pecah, tidak aku tak ingin kehilangan seorang ibu yang baru saja aku dapat peran darinya. Seseorang mencoba memangku ku namun tak bisa menghalangi tangisku yang pecah. Aku hanya bisa menerima fakta bahwa ibu telah tiada, meski seribu harapan ku yang sama, namun tak bisa mengubah takdir yg luar biasa Tuhan beri padaku.

Aku menjerit sejadi jadinya, aku tak tahu siapa yang memangku ku lagi, aku tak tahu siapa yang mencoba untuk menenagkanku, yg Samar Samar kudengar memintaku mengikhlaskan ibuku. Tidak, sungguh aku tidak bisa iklas rasanya. Kini isakan tangisku menjadi tangisan yg paling pecah dalam hidupku. Sedalam itu lah luka itu tertancap dalam hidupku. Aku tak tahu kedepannya aku harus berbagi cerita ku pada siapa lagi.

Sesaat setelah aku merasa puas dengan tangis ku aku mencoba berhenti dan menguatkan atas segala yang terjadi sembari menatap ibuku yang telah terbujur kaku, rasanya sial sekali hidup ku. Rasa sesak itu masih menggantung di dalam dadaku.

" Nak aya! " Panggil seseorang itu, aku mengambil langkahku yang gemetaran.
Ia tersenyum padaku, ia menarapku penuh dengan rasa ibanya. Ia menyusap kepalaku, " Sini cium ibumu dulu! " Pintanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 06 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

anak perempuan pertamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang