content warning: kissing
matahari kini bersembunyi, bulan gantikan perannya tuk terangi malam. angin dingin berhembus menerpa surai merah caine. dinginnya angin malam sedikit buat tubuhnya menggigil, namun rion yang kini berada di sampingnya beri kehangatan lalui rangkulan pada pinggang ramping yang terkasih, hal yang sejujurnya sangat rion sukai. baginya tak ada momen yang lebih sempurna selain singgahkan lengannya di pinggang si surai merah.
mereka menghabiskan malam yang cukup singkat sembari melihat gemerlap lampu dari atas puncak bukit. rion sangat menikmati detik maupun menit yang ia habiskan tuk temani sang terkasih. akhirnya rion bisa habiskan waktu berdua tanpa adanya gangguan dari keluarganya.
"rion. I'm sorry for changing our date plans, malah ngajak kamu kesini".
awalnya rion ingin mengajak caine tuk habiskan malam dengan dinner date di tepi pantai. namun caine meminta tuk pergi kepuncak saja.
"it's okay sayang, jangan minta maaf. I don't mind, whatever it is as long as it's with you".
rion bersumpah ia tak masalah sama sekali, namun jauh dalam dilubuk hatinya ia masih sedikit emosional jika mengingat kejadian beberapa minggu lalu. tempat ini, tempat dimana ia manyaksikan caine bersama perempuan lain. tetapi dapat ia lihat caine sangat menyukai tempat ini, dirinya pun mulai menyukai tempat ini karna disini ia dapat melihat kota dari ketinggian. sungguh sangat cantik begitupun sosok yang berada disampingnya, caine.
"kita pulang ya. dingin aku takut kamu sakit" ajak rion yang mulai khawatir karna angin yang bertambah dingin. ia tak ingin sang terkasih jatuh sakit.
anggukan caine berikan sebagai jawaban atas pertanyaan rion. dirinya sudah cukup puas melihat pemandangan yang begitu elok ini.
kini keduanya berjalan beriringan, dengan lengan rion yang merangkul pinggang caine. dirinya benar benar tak mau lepas dari caine. ia ingin terus menempel, jujur ia tak ingin waktu berduanya segera berakhir. rion itu bukan orang yang menunjuk kan keromantisannya di public. dan ia tahu anak-anak nya juga sangat menempel pada caine. buat dirinya susah tuk habiskan waktu berdua dengan caine.
butuh waktu sepuluh menit tuk sampai diparkiran mobil. rion segera membukakan pintu untuk si surai merah. setelahnya ia berlari kecil tuk sampai di pintu pengemudi dan mulai masuk. begitu masuk ke mobil dirinya tak segera melajukan mobilnya.
"sayang, thank you for wanting to spend time with me. I love you"
ucap rion sembari dirinya menggenggam tangan caine dan mulai mengecup punggung tangan caine dengan lembut."no problem. aku seneng bisa jalan jalan sama kamu setelah sekian lama".
rion tak melepas genggaman nya ia justru mengeratkan genggaman nya. rion kembali beri beberapa kecupan punggung tangan caine dengan penuh kasih, kuasanya yang lain kini berpi dah mengusap lembut pipi caine. rion kembali menatap wajah caine dengan lamat, pipi, mata, hidung, bibir semuanya begitu indah dan sempurna. kini rion terpaku pada bibir manis milik caine. sedari dia mengobrol dengan caine rion benar benar menahan hasrat tuk cium bibir manis caine, yang selalu beri rasa candu. sama seperti nikotin yang sering ia sesap, namun bibir caine adalah salah satu hal yang paling ia sukai. semua tentang caine rion suka.
"can I kiss you?".
ucap rion meminta izin pada caine, dirinya sudah tak bisa menahan hasrat tuk ciumi bibir sang submissive .
lagi-lagi caine hanya anggukan kepala tuk beri jawaban. dapat ia lihat wajah sumringah rion. terlihat lucu dimata caine.
"pangku sini"
dua kata masuk pendengar caine, dapat ia rasakan wajahnya memanas. caine yakin saat ini wajahnya sudah memerah. sungguh rion sangat suka melihat reaksi caine. rion tarik tangan yang sebelumnya Ia genggam. tuntun sang terkasih tuk pindah pada pangkuannya.
rion mencium bibir caine dengan penuh kasih. tak butuh waktu lama bagi caine tuk balas ciuman tersebut. bibirnya terbuka izinkan rion semakin memperdalam ciuman.
kuasa caine kini berpindah melingkar di leher sang dominantcaine tak dapat sembunyikan rasa senangnya. ia begitu merindukan rion. ciuman rion kini beralih ke leher agar mereka berdua bisa ambil oksigen sebanyak-banyak
nya. caine melengguh pelan saat rion menghisap lembut kulit lehernya."don't leave any marks".
"why? are you afraid amy will see this?"
rion membalas ucapan caine disela sela ciumannya. ia sedikit menjauh dari caine tuk dapat pandangi kembali wajah manis nya."aku udah jelasin masalah itu, kamu masih aja cemburu".
"of course i'm. this is also the place where you take her for a date, right?" caine hanya bisa menghela napas berat mendengar ucapan rion. sungguh dirinya tak menyukai bagaimana rion selalu mengungkit masalah-masalah sepele.
"I'm sorry, I just don't want to lose you"
belum sempat caine balas ucapannya, rion kembali memanggut bibir caine. bahkan lebih dalam dan lebih tergesa dibanding tadi. lidah rion mengeksplor mulut caine dengan rakus. kuasa rion kini bergerak tuk meremas belakang leher caine, guna perdalam ciumannya.
"damn, you diving me crazy, caine".
rion mengakhiri ciumannya, ia harus mengontrol dirinya agar tak lakukan hal lebih dari ini."kita pulang, More than this I really can't control myself, caine"
ajak rion tuk segera pulang. mengingat waktu yang sudah semakin gelap. dapat ia lihat caine beri anggukan tuk setujui ajakan rion. kini ia segera lajukan mobilnya dengan caine yg masih tetap ada dalam pangkuannya. tangan rion tak henti rangkul pinggang caine selama perjalanan pulang.aku kehabisan ide wkwk. jujur pgn bikin rioncaine yg ada plot ceritanya biar gk bingung tiap nulis. tapi beda cerita sama ini, cuman aku malesss. mungkin chapter selanjutnya aku up screenshot chat images kyk yg kemaren aja.
KAMU SEDANG MEMBACA
tnf [rioncaine]
General Fictiondisclaimer; cerita ini hanya karangan, OOC. berisi kapal rioncaine dan tnf. jika tidak suka cerita homo bisa di skip. enjoy reading.