Kepergian Arzan

72 36 72
                                    

Hai,

bab baru lagi nieh🤧

Met baca, moga suka!





( Happy Reading )


Di perjalanan pulang ke rumah, Zhiwan terlihat sangat lesu dan lemas. Ia berpikir sehancur apa hati istri dan menantunya saat mengetahui Arzan benar-benar telah pergi.

Dengan langkah kaki yang semakin melemas, ia turun dari mobil. Sebelum masuk ke dalam, ia menarik nafas dan menghembuskannya.

Arqi baru saja terbangun dari tidur, ia mencari keberadaan Arzan.

Fatma yang melihat menantunya seperti mencari sesuatu, segera menghampirinya dengan tangan yang membawa segelas air.

“Kamu mencari apa, Nak?” tanya Fatma sambil meletakkan segelas air di atas meja.

Arqi menatap ibu mertuanya dengan sorot kesedihan mendalam. “Bu, tadi Arqi mimpi Mas Arzan kecelakaan,” ungkapnya.

“Nak, mimpi hanya bunga tidur, enggak akan terjadi apa-apa dengan Arzan, percaya sama Ibu,” jelas Fatma, ia mencoba menenangkan Arqi.

Pintu rumah terbuka menampilkan Zhiwan dengan raut wajah yang tak se bahagia tadi pagi. Arqi menghampiri Ayah mertuanya.

“Ayah, Arqi mau cerita,” ujarnya

Zhiwan menatap sekilas ke arah Fatma istrinya lalu beralih menatap Arqi. “Cerita apa?”

Arqi menjelaskan mimpi yang di alaminya tadi. “Ayah, tadi Arqi mimpi Mas Arzan kecelakaan, rasanya nyata sekali, semoga aja Mas Arzan gapapa,” paparnya.

“Itu bukan mimpi, Arzan emang udah enggak ada,” tukas Zhiwan.

Arqi menatap Ayah mertuanya tak percaya, kenapa bisa Ayah dari suaminya berbohong. “Ayah, kenapa bicara begitu, Mas Arzan masih hidup Ayah, sini Arqi buktiin,” ujarnya, kemudian berjalan mengambil handphone yang ada di atas meja.

Arqi menekan kontak Arzan, ia menunggu panggilan itu diangkat, untuk membuktikan. Ternyata tidak ada suara sama sekali.

Arqi menatap bingung benda pipih yang di pegangnya. “Kok....”

Zhiwan yang melihat menantunya kebingungan itu, lantas mengeluarkan suara. “Percuma kamu telepon, handphonenya sudah meledak,” sambung Zhiwan.

Arqi dengan geram menoleh ke arah Zhiwan. “Ayah, cukup! Kau sudah keterlaluan, Ayah. Ayah kenapa sih!” teriak Arqi.

Tak lama ada notif di handphonenya.

Terlihat ada berita kecelakaan pesawat dan pesawat tersebut meledak. Betapa terkejutnya Arqi melihat nama pesawat itu.

“Tidak mungkin!” teriak Arqi, handphone yang di pegangnya sampai jatuh terbentur ke lantai.

Fatma menghampiri Arqi yang histeris karena melihat sesuatu di handphonenya. “Nak, kamu enggak papa kan?”

Arqi terus menggelengkan kepalanya. “Bu, ini berita hoax, kan? Enggak mungkin Mas Arzan udah enggak ada,” racaunya.

Zhiwan mengambil handphone Arqi di lantai. Ia mencoba menghidupkan handphone tersebut, sepertinya handphone ini sudah mati total akibat benturan keras keramik dan kaca handphone juga retak.

Arqi menoleh ke arah mertuanya. Ia juga melihat ada air mata yang hendak keluar tapi tertahan. Dalam hati ia membatin Ibu benar, aku harus kuat dan bangkit walaupun tanpa sosoknya di sampingku.

Arqi beranjak lalu memeluk Fatma. “Bu, maafin Arqi, ya. Arqi egois dan enggak bisa memahami perasaan ibu, Arqi minta maaf, ya, Bu,” ungkapnya.

Fatma membalas pelukan Arqi, dapat ia rasakan tubuh menantunya itu bergetar hebat. Tangannya mulai mengelus punggung Arqi. “Iya, Nak enggak papa. Ibu hanya ingin berpesan kamu harus jadi perempuan yang kuat,” pesannya untuk Arqi.

Cukup lama mereka berpelukan sampai akhirnya Arqi melepaskannya. Ia kembali menatap Fatma yang sudah ia anggap seperti ibunya sendiri. “Demi Ibu, Arqi akan berusaha kuat dan mengikhlaskan kepergian Mas Arzan,” jawabnya sungguh-sungguh.

Melihat pemandangan di depannya membuat hati Zhiwan tersentuh. Ia berdoa semoga putranya tenang di alam sana.

Fatma mengajak Arqi untuk menyiapkan tahlil nanti malam. “Nak, ayo kita siapin untuk tahlil nanti malam,” ajaknya diangguki oleh Arqi.

Bersambung

See you next part🤪

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 03 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Gus Zafan Untuk Arqi ( Hiatus )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang