03. TUKANG DRAMA

298 24 0
                                    

Happy reading!

Padahal saat berbicara dengannya, ia hanya mendengar nada sinis, ketus dan bentakan.

Azriel pun dengan sigap menggendong Elvano.

"Apakah kau tidak tahu dia sedang sakit!?, dia demam tinggi karena ulahmu!. Punggungnya membentur lantai dan sekarang kau menambahnya!" Ucap Azriel panjang lebar. Tidak peduli siapa yang tengah ia marahi.

"Berani sekali kau memarahiku!, hanya karena anak sialan itu!" Sentak Aditama.

"Berhenti memanggilnya anak sialan!" Lagi-lagi Azriel berteriak, membuat Elvano yang berada di gendongan Azriel pun merasa takut.

" Hikss... Abang udah... Jangan marah-marah, Abang... Hikss... " Isak Elvano semakin keras karena ia tidak suka teriakan, itu membuatnya takut.

"Hustt, jangan menangis sudah ya?" Suara Azriel melembut saat menenangkan Elvano.

Elvano pun mengangguk mendengar apa yang  dilontarkan abangnya itu. Walaupun masih terisak pelan.

Azriel pun membawa Elvano ke kamarnya. Memang akhir-akhir ini Elvano selalu tidur bersama abang kesayangannya itu.

Baru saja membuka pintu kamar namun, Azriel sudah merasakan nafas adiknya yang mulai teratur. Elvano tidur. Dasar kebo...

Tetapi tak apa, karena adiknya ini dari semalam merengek dalam tidurnya dan mengeluh semua badan nya sakit. Jadi tak heran jika sekarang ia tertidur.

Menidurkan sang adik dikasur king size nya, lalu beralih menelfon kembali dokter yang semalam datang kerumah ini.

Untuk mengetahui bagaimana keadaan adiknya, apakah ada luka yang serius atau tidak. Takutnya luka serius.

Dan dokter pun datang, dan mulai memeriksa keadaan Elvano. Lalu mengoleskan salep kepada punggung sang empu.

"Bagaimana keadaannya?" Azriel pun bersuara.

"Sakit di punggungnya  untungnya tidak serius, tapi apa yang menyebabkan tuan muda memiliki memar di punggungnya?, karena jika ini terus terjadi bisa menyebabkan cidera yang serius pada punggung tuan muda." Jelas sang dokter panggil saja Gino.

"Dia jatuh". Singkat Azriel.

"Baiklah kalau begitu saya permisi tuan". Pamit Gino. Dan hanya dibalas anggukan saja oleh Azriel.

Azriel pun pergi ke kamar mandi untuk berganti pakaian tidak lupa mandi juga lah biar tambah ganteng. Keluar dari kamra mandi sudah menggunakan setelan jas hitam khas kantoran.

Pria itu akan pergi bekerja, ya walupun ia bos nya tetap saja masih banyak kertas bernilai milyaran yang harus ia tanda tangani secara langsung.

Apalagi Azriel sudah tidak pergi ke perusahaannya selama beberapa hari terakhir membuat pekerjaannya semakin menumpuk.

Walaupun ia memiliki sekretaris, tetapi tetap saja ia tidak bisa memberikan semua itu kepada sekretarisnya, kan kasihan.

Azriel pun mendekati sang adik yang sedang tertidur pulas di kasurnya. Mengelus kapala Elvano sayang sambil berpamitan.

"Abang ke kantor dulu ya?, Abang usahakan pulang secepatnya." Begitulah kira-kira ucapan Azriel. Mengecup sebentar kening adiknya lalu pergi ke kantor.

Siang hari sekitar pukul 12.00, adalah waktu yang digunakan orang-orang untuk makan siang.

Elvano terbangun karena rasa lapar yang kembali melanda, wajar saja. Karena tadi sarapan pun hanya habis setengah saja, gara-gara drama pagi hari.

turun dengan perlahan untuk menuju dapur menggunakan tangga, hingga indra pendengar nya menangkap sebuah suara rengekan anak perempuan.

ELVANO [transmigrasi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang