Prolog

1.6K 113 8
                                    

Jika memaki orang tua adalah perbuatan mulia, pasti sudah Arya lakukan sejak tadi. Pemuda bermanik bak gelapnya malam itu menatap malas sang bunda yang tidak ada angin tidak ada hujan menonton sinetron di kamarnya. Lihatlah, bahkan wanita paruh baya yang masih terlihat cantik itu sudah merebut seluruh cemilan yang Arya punya. 

"Bunda ngapain sih nonton disini?" Tanya Arya.

"Bunda lagi sebel sama papa kamu, dari tadi nonton film gamau gantian sama bunda."

Arya menghela nafas lelah. Beginilah suasana rumah keluarga Mahesa setiap hari, ada saja tingkah pasangan Mahesa yang udah seperti tom and jerry. Terkadang Arya bertanya-tanya; kenapa kedua orang tuanya ini seperti jelmaan bocil yang selalu banyak tingkah? Arya menggeleng, menghilangkan pikiran aneh yang mampir di kepalanya, dosa berprasangka buruk pada orang tua sendiri. 

"Terus kenapa bunda nggak nonton di bawah?" Tanya arya sekali lagi.

"Gamau ah, sepi di bawah. Udah deh, kamu lanjutin baca aja jangan ganggu bunda." 

Arya memutar bola matanya malas, siapa yang menganggu siapa yang dimarahi. Bagaimana ia bisa melanjutkan membaca jika bundanya menonton TV dengan volume maksimal? Sebenarnya bundanya itu nonton TV atau ingin hajatan?
Arya tak tahan lagi, pada akhirnya pemuda itu memilih pergi, meninggalkan sang bunda yang sudah menangis tersedu-sedu karena adegan aneh di sinetron, "Dasar ibu-ibu."

"Lhoh kamu mau kemana Ar?" 

Arya terus berjalan, menuruni tangga dengan cepat tanpa menjawab teriakan sang bunda. Masa bodo dibilang durhaka, ia hanya butuh ketenangan di hari liburnya. Arya memutuskan untuk melanjutkan bacaannya di gazebo yang terletak di belakang rumah, berharap tidak ada lagi yang akan mengganggunya.

Namun nasib baik sepertinya sedang tidak berpihak kepadanya karena beberapa saat setelah Arya duduk di gazebo, terlihat kepala keluarga Mahesa berjalan mendekat sembari membawa spiker kecil.

"Papa mau ngapain?" tanya Arya begitu Samuel tiba di dekatnya. 

"Mau senam poco-poco kamu mau ikutan?"

Jawaban sang papa membuat Arya menjerit tertahan. Hancurlah sudah akhir pekan tenangnya. Pemuda itu menjambak rambunya sendiri lalu pergi kembali ke dalam rumah. 

Samuel yang melihat anaknya uring-uringan hanya mengendikkan bahu, lalu melanjutkan rencananya untuk senam poco-poco. 

---------------

Sementara itu di tempat lain, Aphrodita Illeana Bagaskara, dengan semangat mengayuh sepedanya, menikmati keindahan musim semi yang baru saja datang. Kota London terlihat begitu menakjubkan dengan berbagai bunga bermekaran. Ille dengan yakin akan menobatkan London sebagai pemilik musin semi tercantik dari sekian kota dan negara yang pernah ia tinggali.

Selama 17 tahun hidup Illeana, Inggris adalah negara ke delapan yang telah keluarganya tinggali. Pasangan Bagaskara memutuskan untuk berkeliling dunia saat umur Illeana tujuh tahun.

Bagi Ille, berpindah-pindah tempat tinggal adalah hal yang menyenangkan sekaligus melelahkan. Tak jarang ia merasa lelah untuk beradaptasi dan menyesuaikan diri dengan hal-hal baru. Tapi, tak bisa dipungkiri menjelajahi dunia bersama kedua orang tuanya adalah hal yang menyenangkan.

"Good morning, Mr. Justin." Sapa Ille pada penjual bunga langganan sang mama. 

"Hallo Ille, mawar merah?"

Ille mengangguk antusias. Pria paruh baya itu sangat hafal dengan bunga yang akan Ille beli Karena sang mama sangat sering membeli bunga di sana.

Setelah menerima bunga dari Mr. Justin, Ille kembali mengayuh sepedanya. Kali ini ia akan pergi ke toko kue pie favoritnya sebelum pulang.  

---

"Ma, ille pulang." Teriak ille begitu memasuki apartemen sederhana yang sudah menjadi rumahnya 1 tahun belakangan.

Gadis itu meletakkan bunga dan pie apel yang baru ia beli di atas meja makan, lalu menghampiri sang mama yang sedang sibuk memasak di dapur. Satu ciuman dibubuhkan oleh si gadis di pipi sang mama sebelum mencomot cookies yang baru saja ditata di dalam toples. 

"Papa mana?" Tanya Ille sembari mengunyah cookies nya.

"Lagi ngurus kerjaan di kamar, sayang."

Ille mengangguk-angguk. Papa ille mempunyai perusahaan penerbitan besar di Indonesia. Perusahaan itu saat ini masih dihandle oleh sang papa dengan bantuan beberapa orang kepercayaan.

Beberapa minggu belakangan, banyak masalah yang terjadi di perusahaan. Beberapa kali papa Ille harus pulang ke Indonesia untuk menyelesaikan beberapa masalah secara langsung. Namun sepertinya masalah itu belum juga selesai hingga sekarang.

"Dua bidadari papa lagi apa?"

Pucuk dicinta ulam pun tiba, orang yang sedari tadi dibicarakan tiba-tiba sudah berada di hadapan mereka. Ille sedikit khawatir melihat keadaan sang papa yang sepertinya kurang tidur. gadis itu menuntun sang papa untuk duduk.

"Papa sibuk?" Tanya Ille sembari memijit kedua bahu papanya.

Gilang mengangguk kecil dengan senyum hangat yang tak luntur dari bibirnya karena melihat tingkah manis sang anak. 

"Kayaknya kita harus pulang ke Indonesia. Ada beberapa masalah lagi di perusahaan yang harus papa selesaikan."

Ucapan Gilang membuat kedua perempuan di hadapannya terkejut, terutama Ille, namun beberapa saat kemudian senyum indah terbit di bibirnya. Akhirnya setelah 10 tahun ia akan pulang, pulang ke rumah masa kecilnya, dan pulang ke pelukan orang-orang yang dirindukannya.

---------

Hai aku kembali dengan tema gander switch yaaa. Buat kalian yang keberatan boleh skip langsung.

Cerita ini akan sangat ringan dan cringe banget. Mungkin kalian akan menemukan alur yang mirip soalnya emang se cringe itu hehehe.

Btw, tulisan ini pernah aku publish di akun lain dengan karakter yang berbeda dan berjudul 'ararya'. Jadi mungkin kalian pernah baca, aku nggak plagiat yaaa tapi itu memang akun ku yang lain hehe.

⚠️WARNING⚠️

Akan ada banyak typo karena penulisnya emang pengidap typo akut, mohon dikoreksi hehehe.

Bantu vote dan komen yang banyak ya biar penulisnya semangat terus buat update.


Semoga kalian suka dengan book ini hehehe

With love,
💚Reynialeen, Arya & Illeana 💚

Aphrodita [nomin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang