#3

809 104 5
                                    

Ille menggeliat kecil lalu tersenyum, tidurnya terasa sangat nyenyak. mata gadis itu mengerjap beberapa kali sebelum terbuka sempurna.

Pandangannya langsung bersibobrok dengan manik kelam milik sosok yang tengah duduk dengan nyaman di sofa yang terletak tak jauh dari ranjang.

"Udah bangun?" Tanya sosok itu dengan Suara berat.

"Kamu siapa?" Tanya ille takut-takut. Nampaknya apa yang terjadi saat Arya memaksanya bangun tak terekam di memorinya.

Arya bangkit dari duduknya, berjalan perlahan menghampiri Ille yang masih mematung di atas kasur.

"Gimana? nyaman kasur gue?" Tanya Arya. Pemuda itu menumpu kedua tangannya di atas kasur, kemudian mensejajarkan wajahnya dengan wajah takut Ille.

Mati-matian Arya menahan gemas melihat raut ketakutan di wajah Ille yang malah terlihat sangat menggemaskan. Arya mengatur nafas, berusaha menahan gejolak dalam dirinya yang meronta-ronta ingin mencubit dan menciumi setiap jengkal wajah Illeana sekarang juga.

"Kamu siapa?" Tanya Ille sekali lagi dengan wajah merah padam.

"Gue yang punya kamar."

Illeana melotot terkejut, kemudian matanya menelisik setiap inci wajah sang pemuda, seperti sedang memastikan sesuatu.

"Kamu Arya?"

"Iya, gue Arya, kenapa?"

Raut takut yang sejak tadi menghiasi wajah sang gadis langsung sirna, digantikan dengan senyum cerah.

"Ayaaa, Ille kangen bangetttttttt."

Ille berteriak antusias, kemudian menerjang tubuh sang pemuda secara tiba-tiba. Keduanya terjatuh terjerembab dengan Arya yang menjadi tumpuan. Bukannya langsung beranjak, Ille malah menyamankan posisi nya, memeluk leher Arya dengan erat.

Berbeda dengan Ille yang tampak girang, Arya hanya bisa diam mematung. Pemuda itu tak pernah berfikir akan mendapat serangan mendadak seperti ini. Jantungnya bak dipompa sangat cepat hingga rasanya bisa meletus kapan saja. Illeana remaja nampaknya sangat berbahaya untuk kesehatan jantungnya.

"Kayaknya kita bakal jadi besan deh Sar."

"Iya deh Mit, tinggal siapin acara aja kita nih."

Suara dari arah pintu membuat Arya tersadar, pemuda itu langsung melepaskan dirinya dari pelukan Ille lalu kabur keluar kamar.

"Eh Ar mau kemana kamu?"

"Ke rumah Bagas." Teriak Arya yang sudah hampir tiba di lantai bawah sangking cepatnya berjalan.

Tawa Sarah dan Mita pecah melihat tingkah laku Arya. Apa lagi Mita yang sangat puas menggoda anaknya. Sedangkan Ille, gadis itu hanya memandang kedua wanita yang masih setia berdiri di depan pintu dengan raut heran.

---

Hari Minggu pagi di rumah Arya sudah terjadi perang dunia ke ketiga antara bunda dan papanya. Arya yang malas melerai hanya diam sambil menonton. Salahkan papanya yang tiba-tiba berkata jika nasi goreng buatan sang bunda terlalu asin. Padahal sedari tadi Arya mati-matian menghabiskan nasi goreng itu agar tidak kena omel.

Arya memandang kedua orang tuanya yang sedang berdebat dengan malas. beberapa saat kemudian pemuda itu tersenyum misterius begitu menyadari sesuatu. Ia meletakkan sendoknya dengan pelan, lalu mengendap-endap meninggalkan ruang makan. Begitu langkahnya sampai tangga, Arya bergegas berlari naik menuju kamarnya. Senyumnya merekah lebar karena berhasil kabur dari nasi goreng asin buatan sang bunda. Ingatkan Arya untuk berterimakasih pada papanya nanti.

----

"Bundaaaaaa"

Mita yang tengah fokus menonton sinetron langsung menoleh saat mendengar suara cempreng sang anak gadis yang memanggilnya. Senyum di wajahnya merekah, tak sadar merentangkan tangan untuk menyambut kedatangan Illeana yang tengah berlari kecil kearahnya.

Aphrodita [nomin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang