#7

687 90 12
                                    

Seperti janjinya, jam 7 malam Arya sudah sampai di rumah Ille untuk menjemput si cantik. Malam ini Arya berencana untuk membawa Ille berkeliling kota dan mencoba berbagai jajanan malam. Mereka berdua sama-sama suka makan jadi pasti akan menyenangkan.

Senyum Arya mengembang tipis, tidak sabar memperkenalkan berbagai makanan ke pada Ille yang sudah lama hidup di negeri orang.

"Udah siap?" Tanya Arya kepada Ille yang ternyata sudah menunggu di ruang tamu. Gadis itu terlihat sangat cantik, apa lagi rambut panjangnya yang dikepang dua, sungguh menggemaskan.

"Udah dong, yuk berangkat."

"Mami sama papi mana?"

"Keluar, mau kemana gitu tadi katanya, lupa."

"Ohh, yaudah yuk."

Mereka berdua berjalan beriringan keluar rumah. Ille sedikit heran saat tidak menemukan mobil Arya di halaman rumahnya.

"Kamu nggak bawa mobil?"

Arya tidak menjawab, pemuda itu malah menggandeng tangan Ille menuju sebuah motor besar yang terparkir sedikit jauh dari pintu masuk. Malam ini Arya sengaja mengendarai motor agar Ille dapat lebih leluasa menikmati pemandangan malam.

"Naik motor?" Tanya Ille lagi. Gadis itu terlihat antusias tapi juga sedikit ragu. Ini adalah pertama kalinya seorang Ille naik motor.

"Iya naik motor, lebih seru."

Arya mengambil paper bag yang menggantung di salah satu stang motornya, lalu mengeluarkan sebuah jaket kulit berwarna hitam dari sana. Jaket leather yang mirip dengan yang sedang Arya kenakan itu memang sengaja dibeli untuk Ille.

"Pake jaket, biar nggak kedinginan."

Arya membantu Ille memakai jaketnya tak lupa ia juga memakaikan helm yang juga ia sudah siapkan. Arya benar-benar menyiapkan semuanya agar Ille nya nyaman dan senang.

-----

Ille benar-benar menikmati pengalaman pertamanya menaiki motor. Senyum di wajahnya tak sirna barang sedikit pun merasakan hembusan angin malam ibu kota yang menerpa wajahnya.

Ditengah rasa senangnya memperhatikan jalan, Ille merasa lapar. Gadis itu memang belum makan sejak siang karena ingin puas makan jajan malam ini.

"Ya, Ille laper." Ucap Ille sedikit berteriak, takut Arya tidak bisa mendengar ucapannya. 

"Iya, mau makan apa?"

"Ha?" Pekik Ille saat tidak bisa mendengar dengan jelas apa yang Arya ucapkan.

"Lo mau makan apa?"

"Apa?"

"Mau makan apa?"

"Ha? Apa sih ya, kalo ngomong yang kenceng. Ille nggak denger."

Sepertinya Ille sama seperti tipikal gadis Indonesia pada umumnya, mendadak budeg di jalan. Salahkan Arya yang berbicara kurang kencang padahal ia sedang menggunakan helm full face.

Arya menghela nafas. Inilah resiko berkendara dengan motor. Pemuda itu akhirnya memelankan laju motornya, membuka kaca helm, kemudian sedikit menoleh sebelum kembali berbicara.

"Mau makan apa Ille sayang?"

Suara Arya tak begitu kencang namun bisa terdengar dengan jelas di telinga Ille.

"Terserah." Cicit Ille setelah terdiam beberapa saat. Gadis itu terlalu terkejut mendengar ucapan terakhir Arya. Wajahnya tiba-tiba panas dan jantungnya mendadak  berdegup dengan cepat, seperti sedang berdisko. Entah kenapa panggilan Arya rasanya sangat menggelitik perutnya.

Arya yang heran dengan diam nya Ille memutuskan untuk melihat gadisnya melalui spion. Seringai kecil terbit di bibirnya saat  mengetahui apa yang tengah terjadi. Arya terkekeh kecil, merasa gemas dengan wajah memerah Ille.

"Nggak usah merah gitu dong mukanya." Ucap Arya tiba-tiba.

Ille yang mendengar itu sontak saja menenggelamkan wajahnya ke bahu Arya.

Ahhh menggemaskan sekali gadisnya.

Beberapa menit kemudian, mereka berdua tiba di sebuah lapangan yang penuh dengan pedagang makanan, mirip pasar malam. Arya memarkirkan motornya dengan rapih di parkiran, membantu Ille melepaskan helm sebelum mengajak gadis itu untuk masuk ke dalam.

Kedua sejoli itu bergandengan tangan sambil melihat-lihat berbagai macam makanan yang dijual. Ille terlihat sangat antusias, tangannya tak berhenti menunjuk makanan yang ingin ia coba dan Arya akan dengan senang hati membelikan untuknya.

Setelah puas dengan banyak kresek makanan di tangan, Arya mengajak Ille untuk mencari tempat duduk. Pemuda itu menyewa tikar kecil dari bekas bungkus sabun lalu membentangkannya sebagai alas duduk.

"Duduk sini."

Ille menurut, melepas sepatunya sebelum duduk di tengah tikar. Makanan yang tadi sudah dibeli diletakkan di depan mereka.

"Mau makan yang mana dulu?"

Ille menunjuk sate. Gadis itu ingat, saat kecil ia sering diajak sang papi untuk makan sate di dekat rumah. Ille jadi rindu rasa makanan tersebut.

"Yaudah, sini gue bukain."

Arya tersenyum melihat betapa lahapnya Ille makan. Gadis itu ternyata tak banyak berubah dari yang terakhir Arya ingat. Sejak dulu, Ille mamang selalu semangat jika diajak makan dan jajan.

"Ngapain kamu lihatin aku?" Tanya Ille saat sadar jika Arya sejak tadi tidak makan dan malah memperhatikan nya.

"Emang nggak boleh?"

"Enggak."

"Kenapa?"

"Ya pokoknya nggak boleh. Udah sana kamu makan aja jangan lihatin aku."

Bukannya menurut Arya malah semakin intens melihat Ille sambil bertopang dagu.
Ille yang diperlakukan seperti itu tentu saja salah tingkah. Arya benar-benar berbahaya untuk hati seorang Illeana.

"Nggak usah salah tingkah gitu."

Ucapan Arya mendapat hadiah pukulan dari Ille. Namun bukannya kesakitan pemuda itu malah tertawa kencang, sangat menyebalkan.

Mereka menyelesaikan makan dengan Arya yang terus-menerus menggoda Ille. Sedari tadi gadis itu sudah mati-matian menahan detak jantungnya agar Arya tidak mendengar. Karena kalau tidak pasti pemuda itu akan lebih semangat menggodanya.

Selah semua makanan habis, mereka memutuskan untuk kembali berkeliling kota sebentar, kemudian pulang saat malam sudah terasa semakin dingin.

----

TBC

Udah update nihhhh

Vote and comment juseyoong 💚

Aphrodita [nomin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang