Malamnya Akira dan Adnan

100 10 0
                                    

Maaf jika ada kesamaan karakter, tokoh, alur, atau elemen lainnya. Cerita ini murni hasil imajinasi saya.

Wajib follow author dulu sebelum membaca, ya! storyzaaa

Selamat membaca, semuanya!





Alfaro masih terus mencari informasi tentang Akira, tetapi hingga kini belum juga mendapatkan kelanjutannya. Ia sudah berusaha menghubungi beberapa orang, namun hasilnya nihil.

"Ck, lama amat," gerutunya sambil mengetuk-ngetukkan jarinya ke meja.

Rasa tidak sabar mulai menguasai dirinya. Ia benar-benar ingin segera mengetahui keberadaan Akira.

Dengan sigap, Alfaro meraih ponselnya dan membuka WhatsApp, berharap ada pesan masuk dari sumber informasinya. Namun, layar ponselnya tetap sepi. Tidak ada pesan, tidak ada kabar. Ia mendesah pelan, menahan rasa frustrasi yang mulai menggunung.

Keinginannya untuk menemui langsung orang yang seharusnya memberinya informasi semakin besar. Namun, ia juga sadar itu hanya akan membuang-buang waktu jika hasilnya tetap nihil.

Teman-teman Akira yang lain pun seakan bungkam. Tidak ada yang tahu, atau mungkin tidak ada yang mau memberi tahu di mana alamat lengkap rumah Akira. Semua terasa begitu sulit.

"Al, gimana?" suara Shaka menyadarkannya dari lamunannya.

"Masih belum ada info, Ka," jawab Alfaro, nada suaranya terdengar lesu.

"Udah dua hari, masa belum ada perkembangan?" tanya Grace dengan alis berkerut.

Alfaro menggeleng pelan.

"Iya, Grace. Belum ada apa-apa."

Ia mulai merasa frustrasi, tapi menyerah bukan pilihan, apalagi jika menyangkut Akira.

Sementara itu, sumber informasi Alfaro juga masih berusaha mencari tahu alamat rumah Akira. Namun, hasilnya tetap sama-tidak ada petunjuk yang bisa diandalkan.

"Susah amat ya," batinnya, sembari menatap kosong layar ponselnya.

Alfaro menekan punggungnya ke kursi, berusaha berpikir jernih. Ia tidak akan menyerah. Bagaimanapun juga, ia harus menemukan Akira.

*****

Seperti biasanya, Adnan mengajar di pesantren, sementara Akira tetap di rumah bersama Adiba.

Waktu sudah menunjukkan pukul 15.00, menandakan saatnya Adnan pulang. Ia segera berkemas dan bersiap untuk kembali ke rumah.

Sampai di depan pesantren, seperti biasa, ia memesan ojol yang kini sudah menjadi langganannya. Alasannya sederhana-karena pengemudinya seorang perempuan, membuatnya merasa lebih nyaman.

Setibanya di rumah, Adnan langsung masuk setelah mengucapkan salam.

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh."

Akira yang sejak tadi menunggu, segera menyambut suaminya dengan senyuman hangat.

"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh, Mas Adnan." Ia lalu mencium tangan suaminya, dan Adnan membalas dengan mengecup kening istrinya dengan penuh kasih sayang.

Dari sudut ruangan, Adiba hanya bisa mengamati pasangan itu dengan mata berbinar.

"So sweet kali, setiap hari begini," batinnya sambil tersenyum kecil.

My sweet heart [revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang