Prolog

836 79 8
                                    

Hening. Tak ada satupun penghuni malam yang berbunyi. Hanya ada suara hujan deras, seperti kala itu, saat tak ada lagi kata 'kita' diantara aku dan kamu.

Rasaku dipaksa untuk mati, aku dipaksa untuk merelakan. Rasa yang awalnya menggebu-gebu dipaksa untuk redup, akibat perlakuan bodohku.

Mereka bilang, syukuri lah saja. Kenyataannya, bahkan rela tak semudah kata. Aku masih belum rela kisah kita berakhir hanya karena kesalahpahaman, bisakah kamu kembali ke dekapanku?

Aku mati rasa, Makoto.
Agil-mu ini, telah mati rasa. Bahkan sampai kamu memiliki kekasih yang baru, aku tetap mencintaimu.

Kemana dirimu yang selalu ku anggap sebagai rumah?

Kamu tak ingin pulang untuk ku dekap? Kamu tak rindu?

Sampai saat ini, aku tetap bertanya-tanya apakah kamu benar-benar rela kisah kita berakhir. Karena aku belum rela, sangat belum rela.

Senyuman manismu. Aku bahagia kala melihat senyum manis yang kau tunjukkan kepada kekasih barumu, bisakah kamu seperti itu padaku lagi?

Makoto, please give me one last chance. Mari kita komunikasikan ini baik-baik, please.

Tertanda,

Kawamura Agil.

Halo, panggil saja aku Sera

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Halo, panggil saja aku Sera.

Ini hanya fanfiction semata, ya.
Aku buat cerita ini karena fanfic mereka masih sedikit, sekaligus memberi asupan pada diri sendiri.
Tolong jangan dibawa ke real life, apalagi mereka hanya roleplay semata.
Terimakasih.

Sederhana; Magil.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang