Pagi-pagi sekali, Makoto sibuk di dapur. Bahkan membuat kedua orang tuanya bangun, karena khawatir dengan anaknya. Namun, ternyata putra mereka hanya sedang membuat bekal untuk kekasihnya. Bekal spesial untuk meminta maaf karena keegoisannya kemarin.
Suasana hati Makoto sangat baik hari ini. Bahkan di kelas, Makoto selalu tersenyum manis dan bahagia. Membuat teman-temannya merasa ikut bahagia.
Kepala Makoto celingak-celinguk, netranya menelusuri kantin yang sangat ramai itu. Ia sedang mencari Agil di kantin. Namun sepertinya Agil tidak ke kantin saat ini, atau haruskah ia ke gedung timur di mana kelas Agil berada?
"Mako, lagi nyariin siapa?" tanya Echi. Ia masih menyeruput es tehnya dengan tenang, netranya menatap Makoto dengan binar bingung.
Makoto berdecak, masih melanjutkan acara mencari kekasihnya itu.
"Lagi nyari Agil dia tuh," ungkap Mia yang baru datang, dan langsung duduk di dekat Selia.
Selia menggelengkan kepalanya, "Minimal duduk atuh."
"Gak bakal nurut dia, seret aja." cetus Echi, yang langsung bergidik kala mendapat tatapan kematian dari Makoto.
Mata Makoto berbinar kala melihat Caine, Riji, dan Rion datang. Harusnya mereka tahu Agil dimana, 'kan?
"Gue dari tadi kagak lihat Agil," jelas Arion cepat, tak mau memberi harapan.
Makoto langsung terduduk lesu di kursi, dirinya membenamkan wajahnya di bahu Selia.
"Mako, kenapa harus lu yang minta maaf? Kenapa gak dua-duanya aja yang minta maaf?" tanya Selia, mengusak surai Makoto lembut.
Makoto berbisik pelan. "Karena gue yang salah."
"Coba ke gedung barat. Aku temenin," saran Caine, langsung beranjak dari tempat duduknya.
Makoto menghela nafas, dan mengambil tote bag-nya yang berada diatas meja. "Tapi nanti kalau gak ada gimana?" tanya Echi.
Caine terkekeh geli. "Yah, dicoba dulu gak ada salahnya, 'kan?"
Echi mengangguk paham, perhatiannya langsung fokus ke Rion. Dengan tampang polosnya, ia langsung mengulurkan tangannya untuk mendesak pria itu agar dirinya diberi uang. Malak, istilahnya.
Sementara itu, Caine dan Makoto berjalan ke gedung barat tanpa adanya obrolan apapun. Tadinya Caine mau bertanya sesuatu, namun lidahnya terasa kelu saat melihat netra Makoto yang menyendu... Ciri khas Makoto jika ia sedang overthinking.
Senyum Makoto merekah saat sampai didepan kelas itu, namun menjadi lesu lagi kala ternyata Agil tak ada di kelasnya.
"Emang Agil sibuk ngapain?" tanya Caine, melirik ke dalam kelas yang memang tidak ada kehadiran Agil di sana.
"Loh, gak tahu aku. Dari pagi gak kelihatan, Kak," tutur siswa yang memang sekelas dengan Agil.
"Sibuk band kayaknya? Atau bisa jadi sibuk sama Osis," sahut satu siswi yang sedang membuang sampah jajanannya.
"Osis, yakin aku. Soalnya di grub chat kelas ada pemberitahuan yang osis disuruh kumpul, rapat katanya," timpal siswa lainnya yang berada di depan kelas. Caine mengangguk singkat.
"Kayaknya Osis, deh. Tadi sama Airuma dia," tambah siswi lain yang memang sekelas dengan Agil.
Perkataan siswi itu membuat netra Makoto menyendu, tak ada satupun kata yang keluar dari mulutnya. Lidahnya terasa kelu.
"Makasih," pamit Caine ramah, lalu menggandeng tangan Makoto. Caine mengantarkan Makoto ke kelasnya, sementara yang diantarkan terlihat linglung.
Echi, Ennon, Krow, dan Mia yang sekelas dengan Makoto hanya melirik. Sementara Makoto berjalan gontai menuju kursinya.
![](https://img.wattpad.com/cover/367585253-288-k804988.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Sederhana; Magil.
FanficSederhana. Karena pada akhirnya kisah kita ditutup luka yang membuat kita sama-sama terluka. Short story about Magil created by UnquietSeraphic, 2024.