BAB II

290 62 8
                                    

"Kyaaa! Kau serius, Sakura? Pangeran Sasuke datang dan menyelamatkanmu dari si Bodoh Kiba itu?! Romantis sekaliii!" pekik Ino antusias setelah Sakura menceritakan kejadian di kantin akademi kerajaan hari ini.

Demi apapun, Ino benar-benar menyesal karena tidak bisa melihat adegan romantis itu berhubung ia sedang sakit.

Andai saja Ino tahu kalau hari ini akan terjadi sebuah momen yang luar biasa antara Sasuke dan Sakura, pasti ia rela masuk sekolah meskipun ia sedang demam parah.

Sakura mengangkat bahunya santai, kemudian ia menyomot biskuit hangat yang ada di hadapannya. "Yah, begitulah ..."

"Lalu bagaimana perasaanmu? Kau pasti senang kan karena Pangeran Sasuke menolongmu?"

"Biasa saja."

"Aduh, jangan malu-malu begitu, Sakura. Aku tahu kok sebenarnya selama ini kau menyukai Pangeran Sasuke secara diam-diam," goda Ino kepada sahabatnya itu.

"Uhuk! Uhuk!" Sakura tersedak biskuit, lalu ia melempar pelototan tajam kepada Ino. "Hey, jangan sembarangan bicara ya!"

"Siapa yang sembarangan bicara? Aku hanya sedang mengungkapkan fakta."

"Tapi kau tidak punya bukti atas ucapanmu itu!"

"Bukti? Kau meminta bukti?" Ino malah tertawa geli. "Semua buktinya ada di buku diary milikmu, Sakura."

Sakura terkejut bukan main. "B-bagaimana bisa kau membaca buku diary-ku?!"

Ino mengangkat bahunya santai. "Oh, waktu itu buku diary-mu tidak sengaja ketinggalan di kamarku. Jadi ya sudah, aku baca saja."

"Sial." Sakura menjambak rambutnya frustasi. Ia merasa malu karena rahasia terbesarnya diketahui Ino.

"Lagipula tanpa membaca buku diary itu pun aku sudah tahu kalau kau menyukainya, Sakura," ucap Ino dengan santai. Ia sempat menyesap teh hangatnya, lalu kembali berkata, "Salah satunya dari caramu menatap Pangeran Sasuke. Tatapanmu sangat dalam dan penuh perasaan setiap kali kalian mengobrol."

Sakura cukup tersentak. Perkataan Ino membuatnya berpikir keras.

Benarkah itu? Apakah terlihat sangat jelas kalau ia menatap Sasuke dengan cara yang berbeda? Bahkan Sakura sendiri tidak sadar kalau dirinya menatap Sasuke sedalam itu.

"Jadi bagaimana? Sekarang kau mau mengaku atau tidak?" tanya Ino membuyarkan lamunan Sakura.

"Mengaku soal apa?"

"Apa lagi? Tentu saja mengaku kalau kau menyukai Pangeran Sasuke."

Sakura mendengus pasrah. Tidak ada gunanya lagi untuk mengelak di depan Ino.

"Iya," ucap Sakura singkat, padat, dan jelas.

Ino memiringkan kepalanya sambil berpura-pura memasang tampang tidak mengerti. "Hmm? Apa maksudmu dengan iya? Tolong katakan dengan jelas, Sakura. Aku tidak mengerti dengan maksud ucapanmu itu."

Sakura menggeram kesal. Tingkah Ino sangat menyebalkan. "Iya-iya! Aku menyukai Pangeran Sasuke. Kau puas sekarang?"

"Puas! Sangat puas!" Ino tertawa terbahak-bahak. Setelah itu ia menghela napas lega, lalu membaringkan tubuhnya di atas kasur. "Ah ... entah kenapa tiba-tiba aku merasa demamku sudah sembuh. Aneh sekali."

Sakura memutar bola matanya malas. "Bilang saja kau terhibur dengan semua ini."

Ino terkekeh geli. "Yup. Tapi di sisi lain aku juga senang mendengar pengakuanmu itu, Sakura. Karena yang aku tahu, selama ini kau sulit sekali untuk terbuka dengan orang lain, bahkan dengan diriku. Padahal aku ini sahabatmu."

Sakura akui kalau yang dikatakan Ino memang benar adanya.

Jujur saja Sakura bukan tipe orang yang suka memberitahu apa yang sedang ia rasakan kepada orang lain. Karena Sakura pikir, hal itu tidak penting untuk dilakukan.

Namun untuk kali ini saja, Sakura membiarkan Ino untuk mengetahui soal perasaan sukanya kepada Sasuke. Ya, untuk kali ini saja. Tidak ada lain kali.



.

.

.



Seperti biasa, kegiatan yang biasa Sasuke lakukan di sore hari adalah menikmati beberapa cangkir teh hangat bersama Mikoto, ibunya.

Hari ini jenis teh yang dihidangkan adalah chamomile tea, yang merupakan favorit Sasuke. Terhitung sudah lima cangkir teh yang sudah Sasuke minum sore ini.

"Aku dengar kau telah membuat kehebohan di akademi hari ini, Putraku. Pangeran Sasuke diam-diam menjalin hubungan khusus dengan Haruno Sakura, benarkah itu?"

"Mama sudah mendengarnya?"

"Tentu saja. Berita itu cepat sekali menyebar di seluruh Kerajaan Konoha." Mikoto meletakkan cangkir tehnya yang telah kosong. "Dan aku dengar kau tidak menyangkal berita itu."

Sasuke mengisi cangkir kosong Mikoto hingga terisi penuh. "Aku melakukannya hanya demi menjaga Sakura. Itu saja."

"Kau yakin hanya itu saja alasanmu, Sasuke?" tanya Mikoto tidak percaya.

"Ya, Mama. Hanya itu alasanku," ucap Sasuke tanpa ragu. "Lagipula, tidak mungkin aku menyukai perempuan yang sudah kuanggap seperti adikku sendiri."

Mikoto tersenyum lembut. "Kau terdengar sangat percaya diri, Putraku."

"Mama meragukanku?"

"Tentu saja. Karena yang namanya perasaan tidak bisa ditebak, bukan?"

Namun Sasuke tetap bersikeras dan berkata, "Aku sudah bertekad, Mama. Aku tidak akan menyukai Sakura. Aku akan menjaganya, seperti aku menjaga Naomi."

Mikoto merubah posisi duduknya menjadi lebih tegak. Topik pembicaraan ini semakin menarik.

"Kalau suatu hari nanti ada pria yang ingin mendekati Sakura, apa yang akan kau lakukan?" tanya Mikoto penasaran.

Sasuke terdiam, ia berpikir keras. "Aku tidak akan membiarkan pria itu mendekati Sakura dengan mudah, Mama."

"Posesif sekali."

Dahi Sasuke berkerut. "Aku tidak posesif. Aku hanya ingin menjaga Sakura dari pria yang tidak baik."

"Lalu pria seperti apa yang akan kau perbolehkan untuk mendekati Sakura, Putraku?"

Kali ini Sasuke terdiam lebih lama dari sebelumnya. Otak pintarnya mendadak berhenti bekerja saat mendapat pertanyaan sederhana dari sang ibu.

"Setidaknya pria itu harus sama sepertiku. Aku tidak mau Sakura berakhir dengan pria yang salah," jawab Sasuke setelah berpikir panjang.

Mikoto tersenyum setelah mendengar jawaban putra bungsunya. "Ah, kalau begitu kasihan sekali Sakura. Dia akan hidup menyendiri selamanya."

"Kenapa Mama berpikir seperti itu?"

"Karena aku ragu kau tidak akan bisa menemukan sosok pria yang menurutmu tepat bagi Sakura, Putraku."



Tbc~




.

.

.






Fyuh, akhirnya selesai juga nulis bab 2. So far menurut kalian gimana kesan untuk cerita ini? Apakah seru atau membosankan?🤔

Kalau ada kritik atau saran, jangan sungkan ya untuk drop di kolom komen😎👍🏻

See you di bab yang selanjutnya~





23 April 2024 | maulidyaandini

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 23 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Royal Love I : The Uchiha's Concubine | SASUSAKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang