12. Taman.

101 6 0
                                    

Biasakan sebelum membaca wajib vote terlebih dahulu ‼️‼️‼️

"Terkadang orang yang selalu tersenyum bukannya tidak pernah merasakan kesedihan, malah dibalik senyuman itu ia menyembunyikan kesedihan yang amat luar biasa."

Haruna Akiara Estrella

🌺🌺🌺

"Pasti sakit banget, ya?" Dengan penuh perhatian Malven melihat luka Haruna.

Lelaki itu membawa Haruna menuju rumahnya. Dengan terburu-buru ia mengambil kotak P3K untuk mengobati luka Haruna. Terlihat jelas raut kekhawatiran dikedua bola matanya.

"Aku gapapa," kata Haruna dengan tersenyum lebar. Ia tidak ingin membuat Malven khawatir kepada-nya. Dirinya menatap sendu kearah Malven yang tengah sibuk mengobati lukanya.

"Jangan menyembunyikan sebuah luka dibalik senyuman."

Haruna langsung seketika menarik senyumannya kembali. Gadis itu menundukkan kepalanya berusaha menguatkan diri agar tidak menangis. Sebenarnya Haruna tidak sekuat itu, bagaimanapun dirinya membutuhkan teman untuk curhat. Tapi dia menggeleng, dia tidak ingin orang lain tau masalah hidupnya. Dirinya tidak suka dikasihani oleh sebab itu Haruna menyembunyikan sebuah luka dibalik senyuman.

"Butuh teman curhat?" tawar Malven setelah selesai mengobati lukanya. Ia pun menaruh kotak tersebut terlebih dahulu lalu kembali menuju Haruna.

"Aku bakalan jadi rumah, sahabat, keluarga, dan teman kamu, Na. Jadi jangan malu sama aku. kalau rumah pertamamu menyakiti kamu, kamu bisa kembali ke rumah keduamu yang akan selalu membuka pintu lebar-lebar hanya untukmu."

Lelaki itu membalikkan tubuh Haruna dan mengangkat dagunya dengan wajah khawatir. Lelaki itu menatap wajah cantiknya Haruna dan terdiam sejenak.

"Kalau kamu mau curhat sama aku. Aku bakalan dengerin kamu." Lelaki itu mengelus rambut panjang Haruna dengan lembut.

"Aku gapapa, kok. Mau curhat apa? Hehe," tawa Haruna terdengar cringe.

"Gak usah pura-pura ketawa!" sentak Malven dengan tatapan kesal. Haruna malah menutup lukanya dengan sebuah senyum dan tawa.

"Aku beneran gak kenapa-kenapa, Aven sayang." Haruna memegang wajah Malven dengan tatapan teduh.

"Kalau butuh teman curhat sama aku aja. Aku siap kapanpun kamu mau," katanya.

Haruna hanya mengangguk saja. Gadis itu lalu membuka cokelat dan memakannya lalu memasukkan separuh cokelat itu kedalam mulut Malven.

Malven mengunyah cokelat pemberian Haruna dengan nikmat. Manik matanya melihat cokelat yang menempel dibibir Haruna.

"Jadi berantakan." Malven mengelap bibir Haruna yang dipenuhi oleh cokelat dengan penuh romantis. Lelaki itu bisa melihat wajah Haruna yang tersipu malu dan menyengir.

"Hehe, enak cokelatnya."

"Kamu suka, Hem?"

"Suka! Tapi lebih sukaan permen milkita!" Haruna mengambil permen tersebut dan langsung dibukain oleh Malven. Ia pun mengemut permennya dengan riang.

Malven tersenyum dan hanya menatapnya saja dengan penuh kasih sayang. Namun pikirannya masih memikirkan luka Haruna. Dirinya sedikit kecewa karena Haruna tidak mau menceritakan Semuanya kepada Malven.

"Gue tau Lo nyembunyiin luka Lo dibalik senyuman itu kan, Na?" batin Malven menebak.

"Lo pandai menyembunyikan sebuah luka dibalik senyuman."

Haruna menatap heran kearah Malven yang terlihat terdiam seolah tengah memikirkan sesuatu. Dirinya bertanya-tanya, apa yang sedang dipikirkan oleh Malven?

MALVENHARUNA [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang