07 - Kitchen

193 29 0
                                    

Jake menarik kasar lengan Lana setelah Meisy meninggalkan mansion. "Pelan-pelan." Peringat Lana saat dirinya hampir terjatuh karena tidak bisa menyeimbangkan langkah kaki Jake.

Bruk.....

"ADUHH." Pekik Lana, Jake mengendus kesal saat Lana terjatuh.

Jake menarik tangan Lana untuk berdiri, lalu menatapnya kesal. "Kau bisa jalan yang benar tidak?"

"Kan aku sudah bilang pelan-pelan." Cicitnya. Jake melirik lutut Lana sebentar, tergores dan berdarah sedikit.

Lelaki itu membawa Lana ke kamarnya yang gadis itu tempati tiga hari ini, Jake mendorong Lana hingga terduduk di bibir kasur.

Lana hanya diam memperhatikan Jake ketika lelaki itu mengambil sesuatu dari maid yang berada di luar kamar. Jake menutup pintunya lalu menghampiri Lana.

Jantung gadis itu bekerja dua kali lebih cepat saat Jake datang menghampirinya, entah karena takut atau perasaan lainnya.

Yang baru Lana sadari adalah luka mengering di wajah Jake, bahkan beberapa bukan hanya satu.

"Ambil ini."

"Totebag?" Beo Lana menatap bingung totebag di depannya.

"Kau tidak mau? Jika tidak mau maka aku akan mengambilnya-"

Lana segera mengambil totebag tersebut, ketika dilihat isinya membuat Lana membelalak. "Pakaian dalam?" Batinnya.

"Itu... maid yang menyiapkan." Jelas Jake tanpa diminta, bahkan lelaki itu mengusap belakang lehernya seraya menghindari tatapan Lana.

"T-terimakasih."

Pintu lemari terbuka lebar, menampilkan beberapa kaos serta kemeja Jake yang menggantung di dalamnya. "Kau bisa pakai bajuku dulu, pakailah sesukamu."

"Tapi kenapa harus pakai bajumu? Tidak bisa kalau pake baju maid Jona-"

"Tidak." Jake mendekat kemudian berbisik. "Ini perintah, perintah tidak boleh dilarang."

Bulu kuduk Lana sempat meremang sebentar, Jake kembali ke depan lemari lalu membuka salah satu laci di bawahnya.

"Ku rasa kau bisa melihatnya sendiri, pakailah apapun yang kau mau." Lana mengangguk patuh.

Jake kembali membuka laci kecil lainnya namun setelah itu terdiam, lelaki itu menatap Lana sebentar sebelum menutup lacinya kembali.

Gadis itu bingung. "Ku rasa yang ini tidak perlu ditunjukkan." Jake mengunci laci itu lalu menunjukkannya ke Lana.

"Kenapa?"

"Tidak apa-apa." Jake memasukkan kunci itu ke dalam kantung jaketnya.

Tanpa sepatah kata, Jake keluar kamar meninggalkan Lana sendirian dengan rasa bingungnya.

Lana menghampiri lemari Jake lalu membuka laci sebelahnya yang tak terkunci, gadis itu memalingkan wajah saat melihat isinya.

"Kenapa tidak bilang kalau laci ini pakaian dalam sih." Gerutunya lalu menutup kasar laci tersebut.

Gadis itu membuka laci lainnya lalu mengendus. "Pakaian dalam dia banyak sekali." Lana mengangkat satu buah pakaian dalam milik Jake.

Lalu melihatnya intens. "Wah seleranya bagus juga."

Cklek....

Panik. Lana menyimpan tangannya di belakang badan lalu menutup laci tadi dengan kakinya. Jake muncul dari balik pintu.

Jake menyadari mimik wajah Lana berubah. "Apa yang kau sembunyikan?" Tanya Jake penuh selidik seraya menghampiri Lana.

"Hah? Apa, bukan apa-apa." Lana mengangkat tangannya seperti sedang menyerahkan diri ke polisi, lelaki itu mengangguk.

𝐒𝐰𝐞𝐞𝐭 𝐃𝐞𝐢𝐦𝐨𝐬Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang