Rintik gerimis menyapu kota Bangkok, Thailand. Angin malam sesekali berhembus memberikan suasana dingin nan segar. Sangat jarang di cuaca panas seperti ini, Bangkok diguyur oleh hujan. Apalagi kota Bangkok yang sering dipadati oleh polusi dari kendaraan umum dan pribadi, belum juga pabrik-pabrik yang ada di sekitaran kota.
Suasana malam seperti ini memang sangat pas digunakan untuk menyeduh minuman hangat serta camilan untuk menemani diri. Seperti halnya Sea saat ini. Dirinya duduk termenung dengan secangkir teh hangat di tangannya, dan semangkuk mie yang sengaja ia buat untuk mengganjal perutnya.
Langit diselimuti oleh awan hitam yang masih mengguyurkan hujan. Cahya rembulan yang tadinya bersinar terang hilang dimakan oleh awan hitam. Bintang-bintang yang bertaburan menghiasi langit malam juga entah kemana. Hanya ada suara gemercik air hujan yang jatuh menyirami bumi dan seisinya. Angin dingin sesekali berhembus membuat Sea sesekali bergidik dingin. Tengah malam yang dingin, dengan hujan gerimis yang menemani. Suara hewan-hewan malam yang bersahutan satu sama lain. Indahnya suasana malam ini membuat Sea enggan untuk masuk kedalam rumah dan kembali mengistirahatkan tubuhnya.
.
.
.
Wave berjalan lunglai. Dirinya sedikit mengernyit melihat pintu depan terbuka. Niat ingin mengambil segelas air putih untuk membasahi tenggorokannya harus ia urungkan untuk menutup pintu depan.
" Siapa juga yang malam-malam membuka pintu, hanya orang gila yang melakukannya, " gerutunya sambil berjalan pelan kedepan untuk menutup pintu yang terbuka itu.
Sebelum dirinya benar-benar sampai dekat pintu, Wave melihat siluet seseorang yang sepertinya ia kenal. Wave semakin mendekat dan menajamkan pandangannya. Dirinya mengernyit bingung melihat kekasihnya berdiri melamun dengan secangkir teh yang ia genggam.
.
.
.
Greb!
Sea tersentak kecil mendapat pelukan tiba-tiba dari belakang. Dirinya tersenyum dengan manis saat tahu bahwa Wave lah yang memeluknya. Tangan yang lain. Terangkat untuk mengusap tangan Wave yang melingkar di perutnya.
" Kenapa kamu bangun? " tanyanya pada Wave yang masih memeluknya.
Wave mengerutkan alisnya mendengar pertanyaan Sea padanya. Wave tersenyum sebelum dirinya menjawab apa yang Sea katakan.
" Seharusnya aku yang bertanya seperti itu. Kenapa kamu bangun? Apa ada masalah? " tanyanya kembali pada Sea.
" Tidak, " jawabnya singkat.
Sea hanya diam setelah menjawab pertanyaan kekasihnya, begitupun dengan Wave. Dirinya juga diam dan tetap memeluk Sea dengan erat. Entahlah, posisi seperti ini seperti menyalurkan semangat bagi Wave.
.
.
.
Plak!
Dunk menampar keras pipi Sky hingga bibirnya kembali mengeluarkan darah segar. Belum kering luka yang kemarin, kini Sky harus mendapatkan luka baru lagi.
Sret
" Argh.... Sakit.... " rintih Sky saat Dunk menjambak rambutnya.
Dunk tetap menarik rambut Sky tanpa memperdulikan rintihan kesakitan Sky. Sky hanya pasrah dan mengikuti kemana Dunk akan membawanya. Dirinya hanya mengikuti kemana Dunk akan menghukumnya. Dengan tertatih-tatih Sky mencoba untuk menyamakan langkahnya dengan Dunk. Tapi sepertinya dirinya sangat lemah, hingga sesekali ia tersandung dan hampir terjatuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
5 Menit dalam Dekapan Laut
Teen FictionLaut itu indah, tapi apakah kalian tahu, seberapa ganasnya laut jika kita sudah terlanjur jatuh padanya? . . . " Sea dan Wave, kita saling mencintai... Tapi kenapa hanya Wave yang terluka..... "