Home.

229 37 3
                                    

Haechan menatap pagar tinggi dan besar di hadapannya dari dalam mobil yang ia dan Mark kendarai.

Pintu pagar itu terbuka secara otomatis ketika mobil mereka mendekat, dan Haechan bisa melihat pemandangan di balik pintu pagar itu. Rumah besar, halaman luas, serta terlihat sangat asri dan asing disaat bersamaan.

"Welcome home..." seru Mark, membuyarkan lamunan Haechan. Lelaki itu hanya melirik Mark tanpa ekspresi.

"Kita sampai di rumah, sayang." Pria alpha itu tersenyum sumringah hingga membuat Haechan mabuk karena feromonnya. "Aku memiliki kejutan untukmu di dalam." Sambungnya.

Mark keluar dari mobil terlebih dahulu, membuka bagasi mobil mereka dan menurunkan kursi roda milik Haechan.

"Ayo, sayang." Haechan mengulurkan kedua tangannya dengan pasrah. Membiarkan Mark menggendongnya dan meletakkannya pada kursi rodanya.

Dorongan yang diberikan Mark cukup pelan, hingga memberi Haechan waktu untuk melihat-lihat sekitarnya dengan jelas.

"Itu adalah taman bunga milikmu." Mark kembali berbicara sambil menunjuk sebuah rumah kaca yang ada di pinggir rumah. "Kau sangat menyukai bunga mawar. Terutama mawar hitam."

Haechan menatap rumah kaca itu dari kejauhan. Ia tidak tahu apa yang dirasakannya, tetapi perasaan geli di bawah perutnya yang menggelitik membuatnya merasa tidak nyaman.

"Kau mungkin masih belum terbiasa dengan semua ini, tapi kau tidak perlu khawatir. Aku akan selalu ada untukmu dan menjagamu, membantumu supaya kau mendapatkan ingatanmu kembali." Ujar Mark, suaranya terdengar tulus. Tetapi Haechan masih bungkam, ia enggan untuk berbicara sepatah kata pun.

"Surprise!" Tiba-tiba pintu depan terbuka, menampilkan banyak orang yang tentu saja tidak dikenali oleh Haechan.

"Hai, sayang..." seorang lelaki paruh baya tiba-tiba datang menghampiri Haechan dan memberinya sebuah pelukan yang sangat erat.

"Papa sangat merindukanmu, putraku. Maafkan papa karena tidak bisa mengunjungimu di rumah sakit." Ujar lelaki itu dengan suara bergetar menahan tangis.

"P-papa?" Bisik Haechan dengan suara seraknya. Ulu hatinya terasa seperti habis dipukul, mendengar lelaki itu menyebut dirinya papa, membuat Haechan tidak bisa menahan tangisnya.

"Iya, sayang. Ini papa. Papamu, Haechan." Lelaki omega itu berkata dengan wajah berlinang air mata.

Sebelum Haechan kembali berbicara, pria lainnya merangsek ke arahnya dan memberinya pelukan singkat. "Apa kau juga melupakan ayahmu ini?" Tanyanya.

Haechan menatap pria alpha di hadapannya. Penampilannya terlihat.. menyeramkan. Ia hampir memekik karenanya. Dan feromonnya, Haechan sangat tidak tahan untuk tidak beringsut mundur ketika menciumnya.

Akhirnya lelaki omega itu hanya menggeleng pelan. Semuanya terlalu mendadak, terlalu berlebihan. Haechan juga kesulitan untuk menerimanya. Dan hal itu membuat kepalanya langsung nyeri.

Haechan mengerang dengan keras sambil memegangi kepalanya.

"Haechan," Mark bersimpuh di hadapan suaminya dan menatap lelaki omega itu dengan panik. "Sayang, kau baik-baik saja?"

"M-Markh, kepalakuㅡ" tubuh Haechan tiba-tiba melemas. Dan ia tidak bisa merasakan kakinya, tangannya, lalu kesadarannya sedikit demi sedikit semakin menipis.

"Tolong... tolong aku, jangan sakiti aku."

"Kumohon lepaskan aku."

"M-Markㅡ"

.

.

.

Haechan terbangun saat mimpi buruk menghampirinya. Ia terengah dan rambutnya basah oleh keringat. Tubuhnya terasa kaku dan nyeri saat ia menggerakannya dan mencoba untuk bangun.

The Rotten AlphaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang