"Haechan..."
"Haechan, oh sayang... akhirnya kau sadar."
Lelaki itu mengerjapkan matanya yang terasa berat. Bau-bauan aneh pertama kali menyapa indra penciumannya, dan kepalanya terasa seperti baru saja dihantam batu.
Ia mengedarkan matanya ke seluruh ruangan dan mendapati seseorang tengah menatapnya dengan lamat. Lelaki itu menjelaskan ekpresi si pria di hadapannya karena penampilannya yang... berantakan dan menyeramkan serta feromonnya yang berbau busuk.
.
Haechan membuka matanya kembali dengan perlahan, mengerjapkannya ketika cahaya di sekitarnya menyilaukan matanya. Langit-langit berwarna putih terlihat seperti glitch menyambut pandangannya, seketika membuatnya pusing dan mual.
"Haechan, sayangku. Apa kau bersamaku?" Seseorang menyentuh pelipis Haechan yang terasa berdenyut nyeri. Bola matanya hanya bisa mengikuti ke mana tangan itu bergerak serta menatap wajah si pria asing dengan tatapan heran.
"Kau di sini." Pria itu kembali berbicara. Kali ini Haechan bahkan bisa menghirup aroma feromon pria itu. Terasa menyegarkan dan menenangkan walau asing di saat bersamaan. Ia tidak mengenalinya sama sekali.
Haechan hendak berbicara, namun tenggorokkannya terlalu kering dan perih. Alat bantu napasnya juga menyulitkannya untuk mengeluarkan sebuah kalimat.
Haechan menghembuskan napasnya dengan frustrasi, ia mencoba menggerakkan tangannya yang terasa pegal, dan mencoba untuk mencabut alat itu dari wajahnya namun pria di hadapannya dengan cepat menghentikannya.
"Kau butuh sesuatu? Akan kupanggilkan dokter." Pria itu mengulurkan tangannya dan langsung memencet sebuah tombol yang ada di dinding di atas kepala Haechan. Ia menatap Haechan dengan khawatir di balik kacamata bulat yang dipakainya.
"S-siapa?" Suara Haechan terdengar serak dan pelan, seperti sebuah bisikanㅡsaat dedaunan bergesekan dengan ranting karena tertiup angin.
Pria itu menatap Haechan dengan kaget selama sedetik, kemudian ekspresinya berubah menjadi sedih. Namun perkataannya tertahan sebelum ia akan berbicara karena seorang dokter dan beberapa perawat memasuki ruang rawat Haechan.
"Halo, selamat sore, Haechan. Sepertinya kau sudah bangun." Dokter priaㅡyang kemungkinan seorang beta ituㅡmenyapa Haechan dengan senyum cerahnya.
Perawat membantu Haechan melepaskan alat-alat yang menurut Haechan membuatnya kesulitan bergerak. "A-aku di mana?" Lelaki itu kembali berbicara setelah ia terbebas dari siksaan kecil itu.
Dokter pria itu serta di pria alpha saling menatap dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Suami anda mengalami amnesia.." ujar dokter itu. "Kami perlu melakukan tes untukㅡ"
Haechan berhenti mendengarkan perkataan sang dokter. Terlalu banyak informasi asing dan mencengangkan yang membuatnya kaget sehingga ia kesulitan untuk mencerna keadaannya.
Suami? Haechan telah menikah? Oh, tuhan. Apakah ini tidak bisa lebih buruk lagi?
"Dan kami minta maaf tuan Mark, karena kami juga tidak bisa menyelamatkan bayi kalian."
Bayi? Bayi? Haechan merasa nyawanya baru saja dicabut dari tubuhnya. Tiba-tiba dadanya terasa sakit. Dadanya terasa amat nyeri.
[]
KAMU SEDANG MEMBACA
The Rotten Alpha
FanfictionIt's not love, it's obsession. Mark Lee x Lee Haechan bxb | | omegaverse | | dark | | romance | | ominous | | survival | |